Jangan Takut Menjadi Seorang Marketer
Oleh : Dharma Ari Prianto, S.E., M.M
Masih banyak orang yang memandang pekerjaan di bidang marketing dengan sebelah mata. Bahkan, tidak sedikit yang merasa malu atau takut jika harus bekerja sebagai marketing. Mereka takut dianggap ‘tukang jualan’, takut ditolak berkali-kali, atau takut dipandang rendah hanya karena pekerjaannya berhubungan dengan menawarkan barang atau jasa.
Padahal, kalau mau jujur, tanpa marketing, hampir tidak ada produk atau ide besar di dunia ini yang bisa dikenal orang banyak. Kita sering mengagumi perusahaan besar seperti Apple, Nike, atau brand lokal yang kini mendunia tapi jarang disadari bahwa di balik produk hebat, selalu ada tim marketing yang bekerja keras mengenalkan, mempengaruhi, dan membangun kepercayaan publik.
Marketing adalah Jembatan, Bukan Sekadar Penjualan
Banyak orang salah kaprah bahwa marketing hanyalah soal menjual. Padahal, inti marketing bukan cuma menukar barang dengan uang, melainkan menciptakan nilai dan komunikasi dua arah. Marketing adalah jembatan antara kebutuhan orang dengan solusi yang tepat. Seorang marketing harus peka mendengar apa yang orang butuhkan, memahami masalah mereka, lalu menghadirkan produk atau layanan yang memang relevan. Di sinilah letak sisi manusiawi marketing mendengar, memahami, menawarkan dengan empati.
Mengapa Orang Takut?
Rasa takut menjadi marketing biasanya datang dari ketakutan pada penolakan. Penolakan memang hal yang wajar, tapi seringkali disalahartikan sebagai kegagalan pribadi. Padahal, seorang marketing yang hebat tahu, penolakan bukan tanda gagal, tapi tanda proses. Bahkan, di balik seratus penolakan, bisa saja muncul satu klien besar yang nilainya lebih dari cukup untuk menutup semua usaha yang sudah dilakukan. Selain itu, menjadi marketing juga melatih mental tahan banting. Orang yang terbiasa jadi marketing biasanya lebih percaya diri, lebih luwes berkomunikasi, lebih berani
mengungkapkan gagasan. Mereka terbiasa berdialog dengan berbagai macam orang, menghadapi karakter berbeda, dan belajar cara memengaruhi tanpa memaksa.
Hidup Ini Pun Marketing
Kalau dipikir lebih dalam, hidup ini pun marketing. Seorang pelamar kerja ‘menjual’ dirinya melalui CV dan wawancara. Seorang influencer ‘menjual’ ide dan kepribadiannya ke audiens. Seorang guru ‘menjual’ materi pelajaran agar murid tertarik belajar. Bahkan kita pun setiap hari ‘menjual’ diri kita lewat cara kita bicara, berpakaian, bersikap. Jadi sebenarnya, kita semua sudah menjadi ‘marketing’ tanpa sadar. Bedanya, mereka yang benar-benar menekuni dunia marketing hanya lebih terlatih, lebih strategis, dan lebih berani menghadapi risiko penolakan.
Saatnya Mengubah Cara Pandang
Alih-alih takut, sudah saatnya kita memandang profesi marketing sebagai ladang pembelajaran diri. Di bidang ini, seseorang belajar public speaking, negosiasi, riset pasar, branding, manajemen waktu, bahkan psikologi manusia. Semua kemampuan ini bisa dibawa ke mana pun, bahkan jika suatu saat ia tak lagi bekerja di bidang marketing. Itulah sebabnya, banyak pemimpin perusahaan besar berawal dari dunia marketing. Mereka terbiasa memengaruhi orang, membaca pasar, dan melihat peluang di balik tren.
Kesimpulan
Jangan takut menjadi seorang marketing. Karena marketing bukan hanya tentang menjual barang, tapi juga tentang menjual kepercayaan, ide, dan nilai. Marketing mengajarkan kita untuk kuat menghadapi penolakan, kreatif menawarkan solusi, dan berani berdiri di depan orang banyak.
Jadi, jika kamu diberi kesempatan terjun ke dunia marketing jalani dengan bangga. Karena apa pun yang kita lakukan hari ini, pada dasarnya kita semua sedang ‘memasarkan’ diri kita pada dunia. (***)

