Istiqomah dan Kegentingan Sakaratul Maut
Oleh : Syahbana Daulay, M.Ag, MT PWM SUMUT
Istiqomah adalah salah satu konsep penting dalam Islam yang menuntut seorang Muslim untuk tetap teguh dalam keimanan, ibadah, dan akhlak. Dalam kehidupan, istiqomah menjadi penentu seberapa kokoh seseorang dalam menghadapi cobaan dan ujian dunia. Yang lebih penting lagi, ternyata keistiqomahan dalam beriman sangat berkaitan dengan bagaimana seseorang menghadapi sakaratul maut, bagaimana buah istiqomah memberikan ketenangan saat sakarat.
Pengertian Istiqomah
Secara bahasa, istiqomah berasal dari kata "qama" yang berarti berdiri tegak atau lurus. Dalam
istilah syariat, istiqomah berarti tetap berada di jalan yang benar, tidak menyimpang dari ketaatan kepada Allah dalam segala aspek kehidupan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istiqomah diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsisten.
Menurut terminologi akhlak, istiqomah adalah siap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun berbagai macam tantangan dan godaan. Istiqomah dalam Keimanan, Ibadah, dan Akhlak Secara asasi, penerapan istiqomah dimulai dari ranah keimanan kepada Allah dalam wilayah Rububiyah, Uluhiyah, Nama dan Sifat-sifat-Nya. Begitu juga dalam kelima rukun iman tanpa terpengaruh oleh keraguan. Rasulullah SAW bersabda:
قل آمنت بالله ثم استقم
“Katakanlah, ‘Aku beriman kepada Allah,’ kemudian beristiqomahlah!" (HR. Muslim)
Begitu pula dalam beribadah, tentu dituntut sikap istiqomah. Seperti konsistensi dalam shalat lima waktu secara berjamaah, baca al-Quran setiap hari, berpuasa, bersedekah dan ibadah lainnya. Kemudian, dari cara beriman dan beribadah yang istiqomah akan lahir akhlak mulia yang istiqomah pula. Dalam kejujuran misalnya, bagaimana seseorang tetap berlaku jujur dalam seluruh aktifitasnya, dalam amanat jangan sampai khianat, dalam berkeadilan bila dia seorang pemimpin atau penegak hukum harus konsisten berlaku amanat dan adil.
Istiqomah Dan Sakaratul Maut
Sakaratul maut adalah puncak ujian manusia di dunia. Bagi yang beriman dan bertakwa, ini adalah awal dari kebahagiaan abadi. Namun, bagi yang lalai dan durhaka, ini adalah awal dari siksaan yang lebih besar. Tentu setiap kita ingin melewati proses sakarat dengan mudah dan tenang. Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk selalu berdoa kepada Allah agar dimudahkan dalam menghadapi sakaratul maut dan diberikan akhir kehidupan yang husnul khatimah. Bagi mereka yang istiqomah, saat proses sakarat, akan turun malaikat untuk menghibur dan
menenangkan hati mereka.
إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا
تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami adalah Allah’ kemudian mereka tetap istiqomah, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu” (QS. Fushshilat: 30)
Hal senada, dalam QS. Al-Ahqaf: 13 dejelaskan: "Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,’ kemudian mereka tetap istiqomah, maka tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”
Dari ayat-ayat tersebut, dapat dipahami bahwa sikap istiqomah dalam keimanan dapat mengundang turunnya malaikat saat sakaratul maut untuk menenangkan dan menghibur. Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa malaikat akan menyampaikan berita gembira kepada mereka dengan tiga hal:
1. Tidak perlu takut terhadap apa yang akan datang (di alam barzakh dan hari kiamat).
2. Tidak perlu bersedih atas apa yang ditinggalkan (keluarga, harta, dan dunia).
3. Mereka dijanjikan surga sebagai balasan atas keistiqomahannya.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam Kitab Ar-Ruh menjelaskan bahwa ketika seorang hamba yang beriman berada dalam sakaratul maut, malaikat turun dengan membawa cahaya dan wajah yang berseri, menghibur serta meneguhkan hatinya agar tidak merasa takut atau sedih. Dalam tafsir as-Sa’di disebutkan Malaikat akan turun kepada mereka yang istiqomah saat menjelang kematian menyampaikan berita gembira agar jangan merasa takut terhadap perkara yang dihadapi, dan jangan merasa sedih atas apa-apa yang ditinggal.
Imam Al-Qurthubi dalam Tafsir Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an juga menegaskan bahwa istiqomah adalah syarat utama mendapatkan ketenangan saat kematian. Malaikat akan datang dengan memberikan ketenangan dan kebahagiaan sebagai bentuk penghormatan atas konsistensi seseorang dalam keimanan kepada Allah.
Bersikap Istiqomah Itu Tidak Mudah
Bersikap istiqomah (konsisten dalam iman, ibadah, dan kebaikan) memang tidak semudah mengucapkannya. Banyak rintangan yang harus dihadapi dalam pengamalannya, di antaranya:
1. Godaan Duniawi dan Hawa Nafsu : Dunia menawarkan berbagai kesenangan yang bisa menggoda seseorang untuk meninggalkan kebaikan atau melalaikan ibadah. Godaan seperti kemewahan, ketenaran, dan kesenangan dunia sering kali membuat seseorang sulit untuk istiqomah dalam menjalankan perintah Allah.
2. Lingkungan yang Tidak Mendukung : Seseorang bisa sulit untuk istiqomah jika berada dalam lingkungan yang tidak mensupport. Jika teman, keluarga, atau rekan kerja tidak memiliki kebiasaan yang baik, seseorang bisa ikut terbawa dalam kebiasaan buruk.
3. Rasa Malas dan Bosan : Manusia memiliki sifat lemah, sehingga mudah merasa malas atau bosan dalam menjalankan ibadah atau melakukan kebaikan secara terus-menerus.
4. Ujian dan Cobaan Hidup : Ujian seperti kesulitan ekonomi, kehilangan orang yang dicintai, sakit, atau kegagalan bisa membuat seseorang merasa putus asa dan menjauh dari Allah.
5. Pengaruh Media Sosial dan Informasi yang Menyesatkan : Informasi yang beredar di internet dan media sosial sering kali membuat seseorang bingung atau tergoda untuk mengikuti tren yang tidak sesuai dengan nilai Islam.
Kesimpulan
Sikap istiqomah dalam keimanan membawa dampak besar bagi kehidupan seseorang, terutama saat menghadapi kematian. Allah menjanjikan ketenangan dan pertolongan bagi hamba yang istiqomah, termasuk turunnya malaikat untuk menghibur dan meneguhkan hati mereka. Pendapat para ulama seperti Ibnu Katsir, as-Sa’di, Ibnu Qayyim, dan Al-Qurthubi semakin memperjelas bahwa istiqomah adalah jalan menuju ketenangan dan keselamatan di dunia serta akhirat.
Walau tidak mudah, seorang muslim harus tetap berusaha agar selalu istiqomah dalam keimanan, ibadah dan prilaku keseharian. Allah SWT juga berjanji akan membantu hamba-Nya yang berusaha untuk istiqomah, sebagaimana dalam firman-Nya: ” Dan orang-orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta
orang-orang yang berbuat baik”; (QS. Al-Ankabut: 69). wallahu a’lam
*** penulis, Syahbana Daulay, M.Ag, MT, Dosen UMSU, Anggota MT PWM SUMUT

