• Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
Infomu
No Result
View All Result
Sejarah Muhammadiyah Cabang Percut Sei Tuan

Instruktur: Mesin Penggerak di Balik Layar Muhammadiyah

Syaiful Hadi by Syaiful Hadi
30 September 2025
in Opini
0

Instruktur: Mesin Penggerak di Balik Layar Muhammadiyah

(Tulisan ke-23 dari Beberapa Tulisan Terkait Kader)

Oleh: Amrizal, S.Si., M.Pd – Wakil Ketua MPKSDI PWM Sumut / Dosen Unimed

“Sebelum patah telah tumbuh, sebelum hilang telah berganti” 

 

Pernahkah kita memperhatikan, dalam setiap pelatihan kader Muhammadiyah, ada sosok yang berdiri di depan kelas, membagikan semangat, mengurai materi, lalu tetap tersenyum meski matanya memerah karena kurang tidur? Ia bukan sekadar fasilitator. Ia adalah
instruktur—mesin penggerak di balik layar kaderisasi Muhammadiyah. Mereka hadir bukan untuk sekadar mengajar, tetapi membentuk cara pandang, membakar semangat, dan menanamkan nilai yang kelak tumbuh menjadi amal nyata di tengah masyarakat. Namun, di balik kiprah mereka yang luar biasa, ada kenyataan yang tak banyak dibicarakan: jumlah instruktur yang benar-benar mau mewakafkan diri untuk mengelola kaderisasi masih sangat terbatas. Di era serba cepat ini, menemukan kader yang siap menjadi instruktur profesional, yang mengutamakan pengabdian dibanding kepentingan pribadi, adalah tantangan tersendiri.

Jantung Kaderisasi Muhammadiyah
Bagi Muhammadiyah, kaderisasi bukan sekadar rutinitas. Ia adalah nadi yang memastikan gerakan tetap hidup dan relevan sepanjang zaman. Dan instruktur adalah jantung yang memompa darah segar itu ke seluruh sendi organisasi. Instruktur bukan hanya “pengajar materi”. Mereka adalah penutur sejarah, penanam ideologi, pengawal moral, dan penuntun arah perjalanan kader. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya Allah, Malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi, bahkan semut di lubangnya dan ikan di lautan, bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. Tirmidzi)

Hadis ini menegaskan kemuliaan peran instruktur—mengajar bukan sekadar transfer ilmu, tetapi bagian dari jihad membangun peradaban.
Mengapa Sulit Menemukan Instruktur? Realitanya, menjadi instruktur membutuhkan kombinasi langka: kompetensi materi, kedalaman
ideologi, kematangan emosional, kemampuan memotivasi, dan yang tak kalah penting—kerelaan berkorban. Di tengah kesibukan kerja, studi, dan keluarga, banyak kader yang memilih peran yang “lebih ringan”. Padahal, jika diibaratkan panggung, instruktur adalah sutradara. Penonton mungkin tak melihat wajahnya, tetapi tanpa sentuhan tangannya, pertunjukan kaderisasi tak akan berjalan sempurna.

Seorang instruktur senior pernah berkata kepada saya: “Kalau hanya soal lelah, kita semua lelah. Tapi menjadi instruktur itu soal cinta. Kalau sudah cinta, lelah pun terasa nikmat.” Kalimat itu menampar sekaligus menghangatkan hati. Cinta kepada dakwah membuat para
instruktur terus bergerak, meski kadang harus meninggalkan kenyamanan rumah demi mengawal perkaderan di pelosok-pelosok negeri.

Kisah dari Lapangan 
Saya masih ingat, beberapa tahun lalu, kami mengadakan Baitul Arqam di sebuah kecamatan terpencil di Sumatera Utara. Jalan menuju lokasi rusak parah, listrik lebih sering mati daripada hidup. Namun, para instruktur datang dengan wajah cerah. Mereka menginap di rumah warga, makan seadanya, tapi setiap sesi selalu diisi dengan antusiasme. Salah satu peserta, seorang guru muda, bercerita setelah pelatihan:
“Saya baru sadar, jadi anggota Muhammadiyah itu bukan sekadar ikut rapat. Ini soal amanah untuk memperbaiki masyarakat.” Kalimat itu seperti hadiah tak ternilai bagi instruktur. Sebab tujuan akhir mereka bukan tepuk tangan, melainkan lahirnya kader yang siap memikul beban dakwah.

Instruktur dan Islam Berkemajuan
Instruktur adalah penjaga roh “Islam Berkemajuan” yang menjadi napas Muhammadiyah. Mereka memastikan setiap kader memahami bahwa dakwah bukan hanya urusan ceramah, tetapi juga kerja-kerja nyata di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hingga pemberdayaan sosial. KH. AR Fachruddin pernah mengingatkan: “Kader itu tidak boleh puas hanya menjadi penonton. Harus jadi pelaku, penggerak, dan
pembaharu.” Instruktur memastikan pesan itu meresap dalam hati para peserta. Mereka membimbing kader agar bukan hanya paham ideologi, tetapi juga tangguh menghadapi tantangan zaman.

Menjawab Tantangan: Dari Kesadaran ke Gerakan
Untuk menguatkan barisan instruktur, ada beberapa langkah yang perlu ditempuh:
1. Regenerasi Terencana
Proses menyiapkan instruktur baru harus dimulai sejak kader masih muda. Buka ruang belajar, dampingi mereka, dan beri kesempatan mempraktikkan peran fasilitator secara bertahap.
2. Penghargaan dan Dukungan
Bukan berarti instruktur mencari imbalan, tetapi penghargaan moral dan dukungan logistik akan membuat mereka merasa dihargai dan terus termotivasi.

3. Penguatan Kompetensi
Dunia terus berubah. Instruktur harus dibekali keterampilan komunikasi, teknologi, dan pemahaman isu-isu kontemporer agar materi yang disampaikan relevan dan menginspirasi.
4. Penguatan Spirit Dakwah
Tidak ada yang lebih penting dari menjaga niat. Pelatihan ruhiyah, pengajian, dan tarbiyah harus menjadi bagian dari pembinaan instruktur.

Refleksi: Mengabdi Tanpa Pamrih
Instruktur adalah pejuang sunyi. Mereka mungkin tak selalu mendapat sorotan, tapi dari tangan merekalah lahir ribuan kader yang kelak memimpin persyarikatan, umat, dan bangsa. Menjadi instruktur adalah panggilan jiwa. Ia adalah bentuk pengabdian yang tak bisa diukur
dengan materi, tetapi dengan doa dan manfaat yang terus mengalir. Seperti sabda Rasulullah ﷺ: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad).

Maka, kepada para kader muda Muhammadiyah: bukalah hati dan lapangkan pikiran. Jadilah mata rantai yang menjaga gerakan ini tetap menyala sepanjang zaman. Jangan berhenti hanya sebagai peserta pelatihan; siapkan dirimu untuk kelak berdiri di garis depan, menjadi instruktur yang menyalakan bara semangat dan menuntun generasi berikutnya. Sebab di balik ruang-ruang kecil yang sepi, sesungguhnya tengah kita persiapkan panggung besar: panggung peradaban Islam berkemajuan. Dan pada panggung itulah, instruktur bukan sekadar pelengkap, melainkan mesin penggerak utama yang memastikan roda sejarah terus berputar dengan arah yang benar. “Menjadi kader bukan sekadar hadir di barisan, tetapi memastikan barisan itu terus bergerak maju meski kita suatu hari tiada.”
Wallahu a’lam Bish Shawab

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
  • Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru) Cetak
Tags: amrizalinstrukturkaderopini
Previous Post

Diskusikan Peluang Pendidikan di AS, Duta Besar Amerika Kunjungi UMSU

Next Post

Wakaf Produktif, Praktik Zaman Nabi dan Sekarang

Next Post
Wakaf Produktif, Praktik Zaman Nabi dan Sekarang

Wakaf Produktif, Praktik Zaman Nabi dan Sekarang

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Beranda
  • Kabar
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar
  • Pendidikan
  • Redaksi
Call us: +1 234 JEG THEME

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.