Harusnya Mencontoh Muhammadyah untuk Membangun Tata Kelola Organisasi World Class
Jelas aku bingung, BUMN kumpulan orang pinter yang itu Organisasi Bisnis _Profit Oriented_ justru banyak yang merugi dan menjadi sarang korupsi. Sebuah organisasi yang nafasnya _Profitability Centre_ bisa terjadi begitu banyak kasus _fraud_ dan korupsi?
Aku juga bingung bagaimana Lembaga-lembaga pemerintahan baik pusat dan daerah silih berganti dipenuhi kasus korupsi dan inefssiensi. Padahal itu adalah Organisasi Publik yang tidak dibebani mencari dana apapun kecuali pelayanan pada public dengan didanai APBN. Itu organisasi _Cost Center_ yang filosofisnya adalah _cost effective and efficient_, tetapi justru banyak yang gagal memenuhinya.
Tapi lihat lah Muhammadyah, ini contoh _success story_ yang indah luar biasa. Ini _non-profit Organisation_ dan juga _non-state funded Organisation_, tapi bisa berkiprah dengan jayanya. Organisasi Muhammadyah itu adalah contoh langka di dunia (bukan cuma Indonesia), sebagai salah satu dari sedikit Organisasi yang berprinsip sebagai _Responsibility Center_ yang amat efektif menjalankan misinya.
Muhammadyah untuk Organisasi _Resposibility Center_ jelas kualifikasinya _World Class_. Jadi, tidak perlu jauh-jauh belajar dari negara-negara hebat Eropa Utara yang berhasil membangun sistem _non-profit organisation_ nya menjadi hebat. Kita punya contoh _success story_ yang TIDAK terbantahkan, yaitu Organisasi Muhammadyah!
Tentu tidak bisa kita tolak bahwa Muhammadyah sukses karena ada etika moral tinggi disana yang menjadi spirit nafasnya. Salah satu Slogan Etika Mistikus-nya: “Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah”. Itu adalah spirit moral.
Hanya di dataran implementatif tentu saja harus dibangun tradisi professional yaitu: professional di kualitas, professional di _recruitment_ dan pengembangan karir serta professional di numerasi. Itu jelas logika management organisasi. Muhammadyah mampu secara ciamik mengintegrasiikan antara spirit moral dengan kerja-kerja professional.
Mengapa Muhammadyah mampu membuat Sistem berbasis _Good Corporate Governance_ secara massif dengan _success story_ yang begitu moncer? Mengapa justru BUMN/BUMD kita banyak yang tidak mampu melakukannya padahal jelas2 _Profit Oriented Oragnisation_. Tentu tidak semua yah, hanya _common sense_ dan _general knowledge_ kita sering mengeluhkan ini. _To be fair_, kusebut tetap ada BUMN kita yang amat _inspiring_ salah satu (ini cuma salah satu dan ada yang lainnya juga), PT KAI!
Tampaknya ada baiknya, sebagai tugas mulianya mungkin Para Intelektual Muhammadyah perlu buat _Standard TEMPLATE_: “Bagaimana mereka membangun Tata Kelola Organisasi yang membuat organisasinya moncer”. Nah, _standard template_ ini sudah pasti khas produk karakter budaya Indonesia dan etika moral kita. Ini akan sangat _suitable_ jika itu diterapkan di berbagai organisasi kita seperti BUMN/BUMD atau BLU atau juga Pemerintahan Pusat/Daerah.
Contoh _success story_ Muhammdyah dalam membangun GCG pada organisasinya pantas untuk dicontoh oleh organisasi lain dengan metode ATMI – Amati, Tiru, Modifikasi dan Inovasi untuk organisasi lainnya di Indonesia. Untuk mempermudah mencontohnya: akan lebih baik Muhammadyah mengambil misi mulia dengan membuat _STANDARD TEMPLATE_ _based on Success Story_-nya bagaimana membangun Tata Kelola Organisasi yang tepat buat organisasi di Indonesia. (Prof Heru Kurnianto Tjahjono}
