• Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
Infomu
No Result
View All Result
Energi Matahari dalam Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan: Pilar Spiritualitas dan Solusi Energi Global

Energi Matahari dalam Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan: Pilar Spiritualitas dan Solusi Energi Global

Syaiful Hadi by Syaiful Hadi
30 Juni 2025
in Literasi, Opini
0

 

Energi Matahari dalam Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan: Pilar Spiritualitas dan Solusi Energi Global

Oleh : Dr. Munawar Alfansury Siregar, ST.,MT

 

Sejak ribuan tahun silam, manusia telah memandang matahari sebagai pusat kehidupan. Dalam Islam, matahari bukan sekadar objek kosmik, tetapi juga simbol kekuasaan Tuhan. Al-Qur’an menggambarkan matahari dengan istilah sirajan wahhaja (pelita yang menyala-nyala) dalam Surah An-Naba’ ayat 13. Istilah ini menegaskan bahwa matahari adalah sumber utama cahaya dan energi di bumi. Ayat-ayat lainnya seperti Surah Al-Anbiya’ (21:30), Ya-Sin (36:38-40), dan Yunus (10:5) memberikan gambaran jelas tentang posisi matahari sebagai bagian dari
sistem penciptaan yang tertata dan penuh hikmah.

Matahari dalam Al-Qur’an: Simbol Spiritualitas dan Petunjuk Ilahi
Dalam pandangan Al-Qur’an, matahari bukan sekadar benda langit yang bersinar, melainkan manifestasi kekuasaan Allah yang diciptakan dengan penuh tujuan dan keteraturan. Al-Qur’an menyebut matahari sebagai sirajan wahhaja (pelita yang menyala-nyala) dalam Surah An-Naba’ ayat 13, menegaskan peran vitalnya sebagai sumber cahaya dan energi utama kehidupan di bumi. Penamaan ini mengandung makna mendalam: matahari menjadi pusat kehidupan biologis sekaligus pusat kontemplasi spiritual.

Lebih dari sekadar cahaya, matahari dalam Al-Qur’an juga berfungsi sebagai instrumen ilahi dalam pengaturan waktu. Dalam Surah Al-Isra’ (17:12), Allah menyatakan bahwa malam dan siang diciptakan sebagai tanda-tanda, agar manusia mampu menghitung waktu dan mengenali karunia Tuhan. Matahari, dalam konteks ini, bukan hanya pengatur siang dan malam, tetapi juga penentu ritme kehidupan, ibadah, dan aktivitas sosial. Ayat-ayat lain seperti Surah Yunus (10:5), Ya-Sin (36:38-40), dan Al-Anbiya’ (21:33) menggambarkan orbit matahari secara teratur, menyiratkan keteraturan kosmos yang menjadi bukti adanya perancang agung. Pengetahuan modern tentang gerak rotasi dan revolusi bumi, serta posisi matahari dalam sistem tata surya, justru memperkuat kebenaran isyarat Al-Qur’an.Simbol spiritualitas ini tidak dimaksudkan untuk disembah, sebagaimana penolakan Al-Qur’an terhadap penyembahan benda langit, tetapi sebagai sarana tadabbur (perenungan) terhadap kebesaran Allah. Dengan demikian, matahari menjadi penghubung antara langit dan bumi-antara kekuasaan Tuhan dan tanggung jawab manusia. Ia adalah tanda (ayat) yang mengajak manusia berpikir, bersyukur, dan bertindak bijak dalam mengelola karunia-Nya.

Sains dan Teknologi: Energi Surya sebagai Solusi Masa Kini
Dalam dunia sains modern, matahari diakui sebagai reaktor nuklir alami yang menghasilkan energi melalui reaksi fusi. Energi ini, yang sampai ke bumi dalam bentuk radiasi matahari, sangat besar jumlahnya. Setiap meter persegi permukaan bumi menerima sekitar 4,8–5,5 kWh energi matahari per hari, tergantung pada lokasi geografisnya. Indonesia, sebagai negara tropis yang dilintasi garis khatulistiwa, memiliki keuntungan strategis dari intensitas radiasi matahari tersebut. Berdasarkan data dari Outlook Energi Indonesia 2024, energi surya
baru menyumbang sekitar 3% dari total bauran energi nasional, sedangkan kebutuhan listrik Indonesia pada 2023 mencapai 315 TWh.

Dengan efisiensi panel surya sekitar 20%, perhitungan menunjukkan bahwa hanya dibutuhkan sekitar 450 juta unit panel surya (masing-masing 400 Watt) untuk mencukupi seluruh kebutuhan listrik nasional. Luas lahan yang dibutuhkan untuk semua panel tersebut hanya sekitar 900 km²—setara dengan 0,05% dari total luas daratan Indonesia. Ini menunjukkan bahwa secara teknis dan geografis, Indonesia mampu sepenuhnya bergantung pada energi surya untuk kebutuhan listriknya.

Namun, tantangan terletak pada kebutuhan sistem penyimpanan energi. Untuk menjamin ketersediaan listrik 24 jam, Indonesia memerlukan sekitar 3,83 juta baterai berkapasitas 200 kWh. Total biaya investasi gabungan panel surya dan baterai diperkirakan mencapai USD 245–495 miliar atau sekitar Rp 4.000–8.000 triliun. Biaya ini memang besar, namun dalamjangka panjang akan lebih hemat dibanding biaya operasional tahunan pembangkit listrik berbasis fosil, yang terus membebani APBN setiap tahunnya. Selain itu, pengembangan PLTS
skala rumah tangga juga menjadi solusi mikro yang efektif. Rata-rata kebutuhan listrik rumah sederhana hingga menengah sebesar 8–15 kWh per hari dapat dicukupi dengan PLTS 4.000 Wp dan 4 unit baterai 4,8 kWh. Ini memberi peluang kemandirian energi bagi masyarakat, khususnya di wilayah-wilayah yang belum terjangkau listrik PLN, seperti Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara.

 

Indonesia, sebagai negara berkembang dengan populasi besar dan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, mengalami peningkatan kebutuhan energi yang signifikan setiap tahunnya. Pada tahun 2023, total konsumsi listrik nasional mencapai 315 TWh (terawatt-jam). Dari jumlah tersebut, energi baru terbarukan (EBT) hanya menyumbang sekitar 15%, atau sekitar 47,25 TWh. Sayangnya, energi surya—yang sebenarnya memiliki potensi besar di negeri khatulistiwa ini—baru berkontribusi sekitar 3% dari total kapasitas EBT, atau setara dengan 0,4 GW.

Kondisi ini menunjukkan bahwa Indonesia masih sangat bergantung pada sumber energi fosil seperti batu bara dan gas bumi. Padahal, potensi geografis dan intensitas radiasi matahari yang tinggi di Indonesia menjadikan energi surya sebagai pilihan strategis untuk diversifikasi dan dekarbonisasi sektor energi. Pemanfaatan energi surya di wilayah terpencil dan kepulauan pun sangat relevan, karena infrastruktur jaringan listrik konvensional belum merata menjangkau seluruh wilayah Nusantara.

Biaya produksi listrik sangat bervariasi tergantung pada jenis sumber energi yang digunakan. Menurut data Outlook Energi Indonesia 2024, PLTU berbasis batu bara masih menjadi sumber energi paling murah dalam konteks produksi listrik, namun dengan konsekuensi emisi karbon yang sangat tinggi. Sebaliknya, pembangkit berbasis energi surya (PLTS) kini telah menjadi lebih ekonomis dibandingkan beberapa jenis pembangkit fosil, terutama minyak bumi.

Namun demikian, tantangan utama pada PLTS adalah kebutuhan akan sistem penyimpanan energi agar suplai tetap stabil saat malam atau cuaca buruk. Berikut ringkasan biaya per sumber energi:
1. Batu bara: Termurah, namun memiliki jejak karbon tinggi.
2. Minyak bumi (PLTD): Paling mahal karena ketergantungan pada impor BBM.
3. Gas (PLTG): Biaya menengah dan masih bergantung pada fluktuasi harga gas.
4. Surya (PLTS): Biaya investasi awal semakin rendah, namun perlu baterai untuk stabilitas.
5. Panas bumi & hidro: Stabil dan bersih, tetapi investasi awal sangat tinggi.

Dari sisi ekonomi jangka panjang, PLTS memiliki biaya operasional rendah, membuatnya semakin kompetitif dan menarik untuk dikembangkan secara luas, terutama dalam skala rumah tangga, komunitas lokal, dan industri kecil. Indonesia menerima paparan sinar matahari yang melimpah sepanjang tahun, dengan rata-rata intensitas radiasi 4,8 kWh/m² per hari. Jika efisiensi panel surya mencapai 100% (secara teoritis), maka setiap meter persegi lahan dapat menghasilkan listrik sebesar 4,8 kWh per hari. Dengan menggunakan panel surya efisiensi 20 % (standar saat ini), maka satu meter persegi dapat menghasilkan sekitar 700 kWh per tahun.

Secara kalkulasi, untuk memenuhi seluruh kebutuhan listrik Indonesia sebesar 315 TWh per tahun, dibutuhkan sekitar:
1. 450 juta unit panel surya kapasitas 400 Watt,
2. Total luas lahan: ±900 km², hanya sekitar 0,05% dari total luas wilayah Indonesia.

Integrasi Spiritualitas dan Sains: Membangun Masa Depan Berkelanjutan

Energi matahari bukan hanya soal teknologi, tetapi juga nilai-nilai kehidupan. Dalam Islam, manusia ditunjuk sebagai khalifah di bumi, yang tugasnya menjaga keseimbangan alam dan menghindari kerusakan (la tufsidu fil-ardh). Eksploitasi sumber daya yang merusak lingkungan bertentangan dengan ajaran Islam, sebagaimana pemanfaatan energi terbarukan adalah bentuk konkret pelestarian ciptaan Tuhan. Menggunakan energi surya secara bijak menjadi bentuk ibadah dan tanggung jawab moral. Ia mencerminkan kesadaran ekologis dan spiritualitas yang mendalam. Surah An-Nur (24:35) menggambarkan Allah sebagai ” Cahaya
langit dan bumi” —sebuah simbol bahwa energi cahaya (termasuk dari matahari) adalah bagian ari karunia ilahi yang harus dijaga dan digunakan untuk kebaikan bersama.

Di sinilah pentingnya integrasi antara sains dan spiritualitas. Ketika umat Islam memahami bahwa memanfaatkan energi matahari adalah bagian dari amanah Tuhan, maka transisi energi bukan hanya soal kebijakan, tetapi juga soal kesadaran kolektif. Para ulama, akademisi, organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah, dan pemerintah dapat bersinergi untuk mengedukasi dan mendorong masyarakat dalam penggunaan energi surya.

Dalam konteks global, pengembangan energi surya juga menjadi langkah strategis dalam menghadapi perubahan iklim dan menurunkan emisi karbon. Dunia sedang bergerak ke arah transisi energi. Indonesia tidak boleh tertinggal. Apalagi, kita memiliki potensi geografis yang sangat menguntungkan, modal sosial keagamaan yang kuat, dan semangat gotong-royong yang dapat mendorong transformasi besar ini.

Penutup
Energi matahari adalah anugerah tak ternilai yang telah diisyaratkan dalam Al-Qur’an dan kini dikonfirmasi oleh ilmu pengetahuan modern. Ia adalah simbol spiritualitas, sekaligus solusi rasional atas krisis energi global yang kita hadapi saat ini. Di tengah keterbatasan sumber energi fosil dan ancaman perubahan iklim, energi surya hadir sebagai harapan masa depan. Namun, masa depan itu hanya bisa terwujud jika kita memiliki keberanian untuk berubah, semangat kolaboratif untuk bertindak, dan visi jangka panjang yang mengintegrasikan nilai-nilai spiritual, ilmu pengetahuan, dan kebijakan publik. Matahari sudah bersinar—tinggal bagaimana kita menyalurkannya menjadi cahaya bagi peradaban.

*** Penulis, adalah  Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dan Wakil Ketua LHKP PWM Sumatera Utara

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
  • Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru) Cetak
Previous Post

Hyundai Surges Amid Speculation of Apple Electric Car Collaboration

Next Post

Ngeri! Ini 10 Negara Dengan Rasio Utang Terbesar, Ada Indonesia?

Next Post
Ngeri! Ini 10 Negara Dengan Rasio Utang Terbesar, Ada Indonesia?

Ngeri! Ini 10 Negara Dengan Rasio Utang Terbesar, Ada Indonesia?

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Beranda
  • Kabar
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar
  • Pendidikan
  • Redaksi
Call us: +1 234 JEG THEME

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.