Ekonomi RI Melesat di Kuartal III, Lampaui Pertumbuhan Singapura dan China
INFOMU.CO | Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) resmi mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2025 yang mencapai 5,04 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Capaian ini sedikit melampaui ekspektasi pasar dan menegaskan daya tahan ekonomi nasional di tengah perlambatan global. (Dilansir dari Bloomberg Technoz, 5 November 2025).
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh Edy Mahmud, menyebut nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku (ADHB) pada periode tersebut mencapai Rp6.060 triliun. Angka itu menandakan aktivitas ekonomi domestik tetap solid, didorong oleh konsumsi rumah tangga, investasi, serta ekspor yang masih tumbuh positif.
Berdasarkan konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk kuartal III-2025 sebelumnya berada di level 5 persen. Artinya, realisasi 5,04 persen menjadi sinyal optimisme bahwa kinerja ekonomi Indonesia masih terjaga di tengah tekanan eksternal seperti ketegangan geopolitik dan ketidakpastian pasar global.
Jika dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan Asia Tenggara, posisi Indonesia cukup menonjol. Singapura hanya mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 2,9 persen yoy pada periode yang sama, turun dari 4,5 persen pada kuartal sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan kinerja ekonomi terbaik di kawasan.
Sementara itu, ekonomi China tumbuh lebih lambat dari perkiraan di tengah melemahnya sektor properti dan konsumsi domestik. Perbandingan ini memperlihatkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia relatif lebih kuat, terutama karena ditopang oleh diversifikasi sektor riil dan perbaikan daya beli masyarakat.
BPS mencatat, meski konsumsi rumah tangga sempat melambat, sektor ekspor justru menunjukkan peningkatan signifikan, terutama pada komoditas unggulan seperti batu bara, nikel, dan produk industri pengolahan. Hal ini menjadi kompensasi penting terhadap tekanan inflasi global yang masih terasa di sejumlah negara.
Pemerintah menilai capaian ini sejalan dengan arah kebijakan fiskal dan moneter yang tetap konsisten menjaga stabilitas harga serta memperluas stimulus terhadap sektor produktif. Dukungan belanja negara untuk infrastruktur dan subsidi energi juga berperan menjaga momentum pertumbuhan di tengah kenaikan biaya impor.
Di sisi lain, pasar keuangan merespons positif laporan tersebut. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat berbalik menguat, sementara nilai tukar rupiah menipiskan pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat. Investor menilai data BPS ini memperkuat kepercayaan terhadap ketahanan ekonomi Indonesia menjelang akhir tahun.
Para analis menilai pertumbuhan 5,04 persen merupakan sinyal bahwa ekonomi nasional tetap kompetitif meski menghadapi tekanan global. Dengan basis konsumsi domestik yang kuat dan stabilitas politik yang relatif terjaga, Indonesia dipandang memiliki ruang untuk mempertahankan momentum pertumbuhan hingga 2026.
Ke depan, pemerintah diharapkan mampu menjaga keseimbangan antara kebijakan ekspansif dan pengendalian inflasi, sembari mendorong transformasi ekonomi berbasis industri hijau, digital, dan energi bersih. Dengan strategi ini, ekonomi Indonesia berpeluang tetap tumbuh di atas 5 persen secara berkelanjutan. (vivanusa)






