• Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
Infomu
No Result
View All Result
Diksi Pilihan dalam Sehimpun Puisi Wirja Taufan

Diksi Pilihan dalam Sehimpun Puisi Wirja Taufan

Syaiful Hadi by Syaiful Hadi
16 Juli 2021
in Literasi, Puisi, Seni dan Budaya
86

Diksi Pilihan dalam Sehimpun Puisi Wirja Taufan

Oleh. S. Ratman Suras

Tinggal di sebuah bangunan  rumah yang kokoh dan asri, tentu perasaan akan tenang,  riang, serta bahagia. Barangkali? Untuk membangun rumah tersebut diperlukan bahan-bahan yang terpilih. Tentunya bahan yang dimaksud adalah bahan yang paten dengan selektif, tidak asal comot sembarangan.. Begitu juga saat saya menikmati 65 judul puisi:-puisi Wirja Taufan dalam buku sehimpun puisinya yang berjudul, Bunga, Kupu-kupu, Mimpi dan Kerinduan, diterbitkan Spirit Kita-Imaji Indonesia (2020). Sepertinya saya sedang menikmati tinggal di sebuah rumah kokoh dan asri itu. Penyair Wirja Taufan sangat teliti dalam memilih diksi- diksi dalam membangun puisi-puisinya. Sehingga menurut saya, karya penyair ini sangat enak dinikmati, punya daya gugah, renungan panjang, /kontemplatif, tidak asal taruh, kata-katanya tetap terjaga, sehingga terasa segar dalam getar dada si pembaca.  Tapi, terus terang bangunan puisinya sedikit gelap perlu membacanya berulang-ulang, agar bisa masuk kedalamannya.

Sedikit mengulang dan saling mengingatkan. Bahwa diksi adalah pilihan kata-kata yang tepat, benar, dan lazim,  dalam bangunan bernama puisi, hingga puisi yang sudah jadi bisa terasa enak untuk dinikmati. Nilai puitiknya mencengangkan penikmatnya. Penyair Wirja Taufan dalam berimajinasi menulis puisi sudah melampaui ini semua. Bayangkan ia sudah berpuisi sudah sejak lama, sejak dekade-80an. Kita baca puisi lawasnya.

Wirja Taufan, Penyair

ADA MIMPI BERGUGURAN

Ada mimpi berguguran menyiram bayang
gairah ranjang Kita. Menyatu harum wangi wajah yang luka
meleleh di dinding cuaca

dan kita pun menggigil. Menyibak kelopak bunga mengental
di langit jelaga : melebur ruang dan waktu

Medan, 1983

 

Untuk menangkap apa yang terungkap dan apa makna tersembunyi dari puisi di atas, sangat tidak gampang. Memang diksi-diksi yang digunakan sepertinya biasa-biasa saja.  Tapi perlu kerja keras, menukik kedalaman yang terdalam. Kita bisa masuk lewat judulnya.

Ada mimpi berguguran. Mimpi berarti terjadi ketika tertidur. Kita dengan k besar. Ranjang. Cuaca. Menggigil. Kelopak bunga. Langit jelaga. Ruang dan waktu. Lalu melebur.  Pada puisi ini, Wirja Taufan ingin bercerita tentang Kita, sebagai manusia yang memenuhi bumi yang digambarkan sebagai ranjang, tempat segala impian dan mimpi manusia menggapai segala keinginan hidupnya.  Apakah semua mimpi Kita bisa tercapai? Tentu jawabnya ada pada diri kita masing-masing.  Perburuan hidup, susah-senang, siang-malam akan selalu menjadi bahan bagi penyair. Cita-cita, impian dan mimpi, cinta, kerinduan akan hari depan yang gemilang manusia
harus selaras menerjang cuaca. Musim
keadaan, habitat, ekologi, bencana alam, ,saling mempengaruhi impian Kita
Beradaptasi dengan alam, walau kadang cuaca bisa menggulung semua jadi hancur lebur, langit cuma jelaga hitam, waktu pun melayang.

Memasuki abad milenium keadaan dunia pun masih belum beranjak dari kisruh. Perang masih terjadi di beberapa wilayah bagian bumi. Sesama suku, ras, agama,  masih gontok-gontokan. Yang kecil dan lemah terus dilibas oleh kekuatan yang merasa kuat. Terlepas dari teritorial, geografis, dan kepercayaan tertentu. Minoritas masih jadi bancakan bagi yang merasa mayoritas. Tak ada lagi nilai-nilai luhur kemanusiaan yang didengung-dengungkan, hak azasi manusia yang paling dasar.  Hal ini bisa kita baca pada  pada puisinya  di bawah ini.

RAKHINE DALAM DADA YANG TERBELAH

Tak ada puisi di sini
Kata-kata terkubur dalam dada yang terbelah
Rakhine meleleh jadi api
Membakar kebenaran dan Tuhan
Dalam dada yang terbelah
Airmata menjadi sungai yang mengalir
Menuju lembah dan bukit-bukit

Sampai kapan jarum jam menggigil
Tak tahan terendam darah dan airmata
Dalam dada yang terbelah
Tangan-tangan mungil melambai-lambai
Seperti isyarat selamat tinggal
Kepada cinta, kebenaran dan Tuhan

Tak ada puisi di sini
Hari-hari seperti dajal yang menakutkan
Dan kau masih saja diam membisu

Medan, 2017

Rakhine adalah konflik regional Asean tetangga negara kita. Kawasan ini berada di negeri Myanmar, dulu bernama Burma. Sebuah negara dalam genggaman tangan besi junta militer. Masih banyak di belahan bumi lain. Timur tengah, Afrika, sampai detik ini mereka masih berteman
dengan konflik internal mereka.  Ada yang menohok pikiran kita pada bait terakhir puisi itu.
/Tak ada puisi di sini/ Hari-hari seperti dajal  yang menakutkan/
/Dan kau masih diam membisu.
Memang kita cuma bisa mengelus dada. Jika kita melihat di tayangan televisi atau dunia maya. Dan tentunya kita bersyukur negeri kita Indonesia hidup damai, walau dalam cengkeraman pandemi covid-19.

AKU TAK SUKA POLITIK

Aku tak suka politik
Tak pernah belajar untuk menyukainya
Bahkan tak suka diksi untuk puisi-puisi cinta
Aku tak suka belaian kosong mereka
Janji-janji cuma sihir yang memabukkan

Padang, 2018

Politik adalah strategi, untuk mendapatkan sesuatu. Biasanya jabatan atau kursi. Sebagian orang beranggapan politik itu kotor.  Pelakunya disebut politikus. Pada puisi itu, penyair terus terang tak suka berpolitik. Padahal kita hidup berbangsa tak lepas dari keadaan politik. Demokrasi Pancasila adalah hasil keputusan para pendiri bangsa. Setiap sendi kehidupan adalah keputusan politik. Bayar pajak, bayar parkir adalah keputusan politik. Bagi anak bangsa yang tak suka politik tak apa. Inilah hebatnya demokrasi kita.

Meski tak suka politik penyair Wirja Taufan, dalam puisi-puisinya banyak menyoroti berbagai ketimpangan-ketimpangan masyarakat urban dan bencana alam. Artinya pilihan untuk tak suka politik, jadinya bagian dari politik itu sendiri. Fenomena bumbung kosong atau golput, juga unsur dalam berpolitik.

Efek dari keputusan politik yang hantam kromo tentu, berakibat fatal buat kelanjutan hidup orang banyak. Kerusakan lingkungan yang terus digerus eksplorasi alam yang berlebih. Banjir, tanah longsor, perang saudara, konflik global adalah bagian dari kerakusan elite politik yang tamak.

CATATAN LUKA

Biarkan aku menyelesaikan puisiku
Katamu di ujung senja, di sebuah taman terbuka
Hujan membasahi tubuhmu
Melobangi setiap luka di dadaku
Angin kencang melambai-lambaikan rambutmu
Bersama seribu doa yang berhamburan
Melesat ruang dan waktu

Medan, 2014

Catatan luka menegaskan bahwa hujan yang seharusnya membawa berkah bagi tanah pun cuma membawa luka, bagi sang penyair. Adakah hujan membawa luka? Dalam puisi diksi hujan bisa saja punya makna lain. Hujan badai. Hujan tangis. Hujan pandemi. Hujan penyakit. Hujan berita hoax, tentu bernas pada luka-luka hati massa. Bukan hanya hujan fakta sesungguhnya. Yang turun dari langit membawa kabar baik. Menumbuhkan biji-bijian. Membasahi pada ladang pertanian. Sawah ladang basah. Segar. Para petani bisa panen. Rejeki berkah dari sang pemilik alam. Tuhan seru sekalian alam. Kontradiksi dengan catatan luka, yang hujan membasahi malah membuat lubang luka yang menganga. Luka alam. Luka hati. Luka tak kenal lelah. Memperdalam kepedihan sesama manusia.

KERINDUAN

Angin telah membawa kerinduan
Entah sampai ke mana
Rumput, ilalang dan pepohonan tak pernah sampai menggapainya

Di lautnya yang dalam : sepi membusuk
Bersama bayang-bayang kelam
Mengalir ke dadaku

Medan, 2012

Puisi Kerinduan ini jika dibaca sekilas sangat klise. Diksi-diksinya pun biasa saja. Hanya pada bait kedua kita dibuat terperangah /Di laut yang dalam : sepi membusuk/  kalimat sepi membusuk pada laut yang dalam. Pada faktanya laut paling dalam tentunya banyak biota laut yang hidup. Penuh misteri. Kita harus menyelam baru bisa mengamati kehidupan yang berkelindan pada laut itu. Puisi adalah multi tafsir. Kerinduan menangkap, bahwa kehidupan ini penuh misteri. Rasa rindu, kangen pada sesuatu kadang tak sampai. Jika ini terjadi pada seseorang tentunya kecewa. Rasa kecewa dan sedih yang berkepanjangan akan mempengaruhi jiwa orang tersebut.
Kiranya lima puisi pendek di atas bisa memantik orang lain, untuk menyelami enam puluh judul puisi  lain yang  terdapat di buku ini.

Sehimpun  puisi Wirja Taufan, Bunga, Kupu-Kupu, Mimpi dan Kerinduan, ini nampaknya dipersiapkan cukup serius oleh penyairnya. Terbukti beberapa nama yang sudah mapan dalam dunia kepenyairan, ikut urun rembuk berkomentar tentang buku yang cukup mewah ini. Ada Dr. Shafwan Hadi Umry, M. Hum, Damiri Mahmud, Afrizal Makna, D. Zawawi Imron, dan Baharuddin Saputra SH.

Sayang buku sekeren ini dengan puisi-puisi, yang sudah mapan dalam kepenyairan, penyair Wirja Taufan ini, bahkan beberapa puisinya sudah mendunia, disambut dingin oleh publik sastra Medan. Indikasi ini mengabarkan semakin jelas bahwa kehidupan sastra memang makin menjauh dari dunia nyata. Mungkin cuitan saya ini, bisa mengetuk siapa yang tertarik mengupas lebih menukik kedalaman karya Wirja Taufan.. Penyair ini lahir di Medan 15 September 1961, dengan nama Suryadi Firdaus. Mulai menulis puisi sejak 1980. Diberbagai terbitan lokal, nasional dan internasional. Majalah sastra Horison, website Internasional Writer Asscociation (IWA) Bogdani, dan Internasional Forum for Creativity and Honored (IFCH) puisi-puisinya juga banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol, Inggris, antologi bersama De Antologi Amor Enprimavera (Amazon, 2020) dan Antology of Love In Spring. (Amazon 2020) juga majalah sastra Azahar, Spanyol.

Tetap semangat sang penyair, Abangda Wirja Taufan. Tetap berkarya. (S. Ratman Suras)

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
  • Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru) Cetak
Tags: puisis. ratman suraswirja taufan
Previous Post

FKIP UHAMKA Ciptakan Tenaga Pendidik dengan Mengutamakan Al-Islam dan Modernisasi Pendidikan

Next Post

Lima Pernyataan Kontroversial Luhut tentang PPKM Darurat

Next Post
Lima Pernyataan Kontroversial Luhut tentang PPKM Darurat

Lima Pernyataan Kontroversial Luhut tentang PPKM Darurat

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Beranda
  • Kabar
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar
  • Pendidikan
  • Redaksi
Call us: +1 234 JEG THEME

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.