• Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
Infomu
No Result
View All Result
Kolom Syahbana Daulay: Tawakkal dan Ketenangan Jiwa

Syahbana Daulay

Di Tengah Cahaya Layar, Kita Lupa Melihat Cahaya Ilahi

Syaiful Hadi by Syaiful Hadi
15 Juni 2025
in Opini
0

Di Tengah Cahaya Layar, Kita Lupa Melihat Cahaya Ilahi

Oleh: Syahbana Daulay

 

Di sebuah taman kota yang rindang, seorang anak duduk dikelilingi bunga, pohon, dan cahaya matahari sore yang hangat. Tapi matanya terpaku pada layar kecil di tangannya. Dunia nyata disekelilingnya yang begitu indah tak mampu menyaingi daya tarik cahaya dari gawai itu. Pemandangan ini mungkin terlihat biasa. Tapi bagi siapa pun yang mau merenung, adegan ini adalah cermin: kita semua, seperti anak itu, sedang kehilangan arah. Kita hidup dalam dunia yang penuh kesibukan, hiruk-pikuk informasi, banjir visual, dan beragam target duniawi. Tapi dalam kesibukan itu, kita pelan-pelan melupakan makna. Kita ada, tapi tidak benar-benar hadir. Kita mengejar, tapi tidak tahu untuk apa.

Banyak Pilihan, Tapi Kosong Arah
Dunia modern memberikan kita segala yang bisa diakses: hiburan, barang, informasi, bahkan identitas. Tapi justru di tengah kelimpahan ini, muncul krisis eksistensi. Pertanyaan-pertanyaan besar dalam hidup semakin jarang ditanyakan. “Siapa aku sebenarnya?”.  “Untuk apa aku hidup?” “Apa tujuan hidup ini?”

Tergantikan oleh pertanyaan yang dangkal dan cepat kadaluarsa:
” Apa yang lagi viral?” “Apa yang bisa bikin aku trending?” . Fenomena ini tak terjadi tiba-tiba. Banyak tokoh dunia telah memberi peringatan. Alvin Toffler, seorang futuris, menyatakan bahwa manusia hanya bisa menjaga nilai-nilainya jika masih merasa menjadi bagian dari keluarga atau komunitas yang dihormati. Tapi saat manusia merasa cukup menjadi penentu bagi dirinya sendiri, maka segala sesuatunya jadi cair. Nilai pun menjadi relatif: hari ini benar, besok bisa salah. Hari ini haram, besok bisa jadi tren. Thaha Abdurrahman menyebut fenomena ini sebagai bentuk berhala modern, bukan karena banyak tuhan, tapi karena terlalu banyak nilai yang dipilih seenaknya, tanpa wahyu sebagai penuntun.

Jacques Rancière menyebut manusia masa kini sebagai konsumen narsistik: memilih keyakinan seperti memilih barang, yang penting enak, bisa diganti kapan saja. Michael Hart menyebutnya sebagai zaman privatisasi batin: saat manusia tak hanya memilih pakaian, tapi juga identitas gender dan agamanya, agar sesuai dengan pasar, bukan dengan fitrah. Akhirnya, yang lurus dianggap aneh. Yang jujur tak laku. Yang suci dikatakan kolot. Karena semua diukur dari seberapa menguntungkan di pasar, bukan seberapa dekat dengan Allah.

Ketika Wahyu Tak Lagi Jadi Kompas
Lalu ke mana manusia menuju? Kita hidup dalam peradaban yang tahu cara mengelola tubuh, tapi tak tahu cara menyembuhkan jiwa. Kita punya banyak definisi untuk “sukses”, tapi kehilangan rasa malu, suci, dan takut kepada Tuhan.

Firman Allah SWT mengingatkan kita:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِّمَا فِي الصُّدُورِ

” Wahai manusia, telah datang kepada kalian nasihat dari Tuhan kalian, dan penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada.”  (QS. Yūnus: 57)

أَوَمَن كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ

” Apakah orang yang sudah mati (hatinya), lalu Kami hidupkan…” (QS. Al-An‘ām: 122)

Al-Qur’an bukan sekadar kitab bacaan seremonial. Ia adalah cahaya. Ia adalah arah. Ia adalah kalam Allah yang menghidupkan ruh yang nyaris mati oleh rutinitas dan kelelahan jiwa.

Menghidupkan Kembali Manusia
Rasulullah SAW diutus di zaman yang sama: zaman kebingungan nilai, kekosongan makna, dan disorientasi moral. Tapi tugas pertama beliau bukan mendirikan sistem politik atau ekonomi. Beliau memulai dari hati, dari mengingatkan manusia akan jati dirinya. Menghubungkan kembali ciptaan dengan Penciptanya. Satu kalimat dari lisannya bisa mengguncang jiwa dan mengubah bangsa. Karena beliau tidak hanya membawa hukum, tapi membawa cahaya. Tidak sekadar mengajarkan halal-haram, tapi membimbing manusia memahami hakikat kehidupan. Kita tak butuh filosofi baru. Kita butuh kesembuhan: – dari jauhnya kita kepada Allah, – dari kebingungan membedakan baik dan buruk, – dari nafsu yang terus kita benarkan.

Refleksi Kita Hari Ini
Kita hidup di tengah era salinan dan pencitraan. Cermin banyak, tapi yang asli sedikit. Banyak gaya, tapi sedikit makna. Anak kecil yang terpaku pada layar di taman itu sesungguhnya adalah representasi kita. Dia hilang dari momen keindahan. Kita hilang dari tujuan kehidupan. Kita sama-sama terpukau, tapi kehilangan arah.
Ya Allah… Bimbing kami untuk mempelajari kitab-Mu, memahami sunnah Nabi-Mu. Teguhkan langkah kami di jalan-Mu, kuatkan niat kami untuk mengikuti kebenaran-Mu. Beri kami kejernihan hati di zaman yang penuh cermin palsu dan nilai buatan. Teguhkan kami dengan cahaya wahyu-Mu di tengah gelapnya arus zaman.

Cahaya Tak Pernah Padam
Masalah kita hari ini bukanlah kekurangan informasi, tapi kehilangan cahaya. Bukan karena teknologi yang terlalu canggih, tapi karena kompas spiritual yang tak lagi digunakan. Selama kita mau kembali kepada Al-Qur’an sebagai cahaya, penunjuk, dan obat, harapan itu masih ada.

Dan selama kita masih bersedia bertanya dengan jujur kepada diri sendiri: "Siapa aku di hadapan Allah?", maka sesungguhnya jalan pulang itu belum tertutup.

Wallahua’lam.

*** Penulis, Dosen UMSU dan Anggota Majelkis Tabligh PW Muhammadiyah Sumatera Utara

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
  • Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru) Cetak
Tags: cahaya ilahiopinisyahbana daulay
Previous Post

PD Aisyiyah Kota Medan Wisuda 55 Lulusan Program Daycare Lansia

Next Post

Prabowo Putuskan Bakal Ambil Alih Sengketa 4 Pulau Aceh ke Sumut

Next Post
Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis

Prabowo Putuskan Bakal Ambil Alih Sengketa 4 Pulau Aceh ke Sumut

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Beranda
  • Kabar
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar
  • Pendidikan
  • Redaksi
Call us: +1 234 JEG THEME

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.