• Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
Infomu
No Result
View All Result
Syahbana Daulay

Syahbana Daulay

Bila Pemimpin Berbohong

Syaiful Hadi by Syaiful Hadi
23 Oktober 2025
in Opini
0

Bila Pemimpin Berbohong

Oleh: Syahbana Daulay

(Tulisan Pertama dari Dua Tulisan)

Kepemimpinan adalah amanah yang besar dan suci. Ia bukan sekadar kekuasaan, melainkan tanggung jawab moral dan spiritual. Dalam pandangan Islam, setiap pemimpin adalah wakil Allah di bumi untuk menegakkan keadilan dan kebenaran. Ketika kejujuran hilang dari diri pemimpin, maka lenyap pula kepercayaan rakyat dan keberkahan dalam pemerintahan.

Pemimpin pembohong tidak hanya menyesatkan rakyat melalui kata-kata, tetapi juga mengkhianati amanah yang diemban. Kebohongan menjadi sumber kerusakan moral dan sosial yang meluas, sebagaimana api kecil yang membakar hutan besar. Tulisan ini menelaah apa yang terjadi ketika pemimpin berbohong, bagaimana cirinya, serta bagaimana Islam memandang dan memberi solusi atas masalah tersebut.

Ciri-Ciri Pemimpin Pembohong

Pemimpin pembohong dapat dikenali dari beberapa perilaku yang tampak berulang, antara lain:

  1. Ketidakkonsistenan ucapan dan fakta. Pernyataannya berubah-ubah sesuai kepentingan politik.
  2. Manipulasi informasi publik. Data ekonomi, laporan kinerja, atau janji kampanye dipalsukan untuk membentuk citra.
  3. Menutupi kesalahan dengan kebohongan baru. Ia menghindari tanggung jawab dengan menyalahkan pihak lain.
  4. Propaganda berlebihan. Fokus pada pencitraan dan pengendalian opini publik ketimbang realisasi kebijakan.
  5. Penutupan akses informasi. Media, aktivis, atau lembaga pengawas dibatasi agar kebenaran tidak terungkap.

Dalam kerangka etika Islam, perilaku semacam ini merupakan bentuk ghisy (penipuan), yang jelas dilarang keras.

Dampak Kebohongan Pemimpin dari beberapa Sisi

a. Politik dan Tata Kelola

Kebohongan dalam dunia politik adalah racun yang perlahan menghancurkan bangunan negara dari dalam. Politik sejatinya adalah ruang pengabdian dan tanggung jawab untuk menyejahterakan rakyat. Namun, ketika kebohongan dijadikan alat untuk mempertahankan citra atau kekuasaan, maka politik berubah menjadi permainan kepentingan.

Pemimpin yang kerap memanipulasi fakta kehilangan moral authority di hadapan rakyat. Ketika kepercayaan publik terkikis, legitimasi pemerintahan pun goyah. Dalam situasi seperti ini, rakyat menjadi apatis terhadap proses demokrasi, partisipasi menurun, kritik dibungkam, dan kecurigaan antar kelompok meningkat.

Krisis kepercayaan politik juga menimbulkan ketidakstabilan. Kebijakan publik sering ditolak bukan karena isinya, tetapi karena pembawanya dianggap tidak jujur. Akibatnya, roda pemerintahan tersendat, dan konflik horizontal dapat muncul dari ketidakpuasan yang meluas. Dalam pandangan Islam, kepemimpinan tanpa kejujuran kehilangan barakah dan akan berakhir dengan kehancuran, sebagaimana sabda Nabi SAW:

إِذَا ضُيِّعَتِ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ

“Apabila amanah disia-siakan, maka tunggulah kehancuran.” (HR. al-Bukhārī)

b. Hukum dan Keadilan

Kebohongan seorang pemimpin dalam konteks hukum merupakan bentuk penghianatan terhadap prinsip keadilan. Ketika pemimpin menggunakan kekuasaan untuk menutupi kesalahan atau melindungi kelompoknya, maka lembaga hukum menjadi tumpul ke atas dan tajam ke bawah. Inilah awal dari budaya impunity, ketika pelaku pelanggaran hukum dari kalangan elit terbebas dari hukuman.
Dalam masyarakat seperti ini, rakyat kehilangan rasa percaya kepada pengadilan dan aparat penegak hukum. Rasa keadilan pun mati, dan muncul anggapan bahwa hukum hanya alat politik.
Padahal dalam Islam, keadilan adalah sendi utama pemerintahan. Allah SWT berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan.” (QS. an-Naḥl [16]: 90)
Ketika kebohongan merasuki lembaga keadilan, maka hilanglah ruh negara hukum, dan yang tersisa hanyalah bentuk luar kekuasaan tanpa legitimasi moral.

c. Ekonomi dan Kepercayaan Publik

Dalam sistem ekonomi, kejujuran merupakan modal yang lebih berharga dari emas. Ekonomi yang sehat dibangun atas kepercayaan, antara pemerintah dan rakyat, antara produsen dan konsumen, serta antara pengusaha dan investor.

Namun, jika pemimpin berbohong tentang data pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan, atau kondisi fiskal negara, maka yang terjadi adalah krisis kepercayaan. Investor menarik modalnya, pasar menjadi tidak stabil, dan mata uang kehilangan nilai.
Lebih jauh, rakyat kecil menjadi korban paling nyata. Mereka merasakan dampak dari inflasi, pengangguran, dan mahalnya harga kebutuhan pokok.
Islam menekankan pentingnya kejujuran dalam segala transaksi, termasuk dalam pengelolaan ekonomi negara. Nabi SAW bersabda:

التَّاجِرُ الصَّدُوقُ الأَمِينُ مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ

“Pedagang yang jujur dan amanah akan bersama para nabi, orang-orang yang benar, dan para syuhada.” (HR. at-Tirmidzī)

Dari sini jelas bahwa kebohongan ekonomi bukan hanya kesalahan administratif, melainkan pelanggaran moral yang menjerumuskan bangsa ke dalam krisis multidimensi.

d. Sosial dan Budaya

Pemimpin adalah cermin masyarakatnya. Ketika pemimpin berbohong, masyarakat pun akan belajar bahwa kejujuran tidak membawa keuntungan. Maka lahirlah budaya permisif terhadap dusta: pejabat memanipulasi laporan, guru menipu data, siswa menyontek, dan orang tua berbohong di depan anak demi alasan pragmatis.

Dalam jangka panjang, integritas sosial mengalami degradasi. Kepercayaan antar warga melemah, solidaritas sosial pudar, dan masyarakat kehilangan pegangan nilai.
Budaya dusta ini menggerogoti peradaban. Masyarakat yang terbiasa berbohong tidak akan mampu membangun kemajuan yang berkelanjutan, karena kemajuan sejati hanya tumbuh dari kepercayaan dan kejujuran.
Rasulullah SAW telah menegaskan pentingnya keteladanan moral dalam kepemimpinan:

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. al-Bukhārī dan Muslim)

Maka pemimpin yang berbohong bukan hanya mencederai rakyatnya, tetapi juga merusak akar moral masyarakat yang dipimpinnya.

e. Spiritual dan Moral

Secara spiritual, kebohongan pemimpin merupakan bentuk pengkhianatan terhadap amanah Allah SWT. Kepemimpinan dalam Islam bukanlah kehormatan, tetapi amanah besar yang akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak.
Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ

“Sesungguhnya kebohongan membawa kepada kefajiran, dan kefajiran membawa kepada neraka.” (HR. al-Bukhārī dan Muslim)

Pemimpin yang terbiasa berdusta telah kehilangan rasa takut kepada Allah dan tidak lagi menyadari beratnya amanah yang diemban. Kebohongan politik yang tampak ringan di dunia, bisa berubah menjadi dosa besar di akhirat karena menyangkut nasib banyak manusia.

Dalam pandangan ulama, dosa seorang pemimpin yang menipu rakyat lebih berat dibandingkan dosa pribadi, sebab kebohongannya menimbulkan kerusakan publik (mafsadah ‘āmmah).
Oleh karena itu, pemimpin sejati bukan hanya harus cerdas dan visioner, tetapi juga memiliki murāqabah, kesadaran batin bahwa Allah selalu mengawasi setiap ucapan dan kebijakan yang dibuatnya. (bersambung tulisan kedua)

*** Penulis, Syahbana Daulay, Dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

 

 

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
  • Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru) Cetak
Tags: opinipemimpin berbohongsyahbana daulay
Previous Post

Mahasiswi Tunarungu Pertama UMPP Lulus dengan IPK 3,47, Sampaikan Pesan Haru Saat Wisuda

Next Post

Suara Muhammadiyah Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari Serikat Perusahaan Pers

Next Post
Suara Muhammadiyah Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari Serikat Perusahaan Pers

Suara Muhammadiyah Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari Serikat Perusahaan Pers

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Beranda
  • Kabar
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar
  • Pendidikan
  • Redaksi
Call us: +1 234 JEG THEME

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.