Tanjungbalai, InfoMu.co – Kota Tanjung Balai, adalah salah satu kota di provinsi Sumatra Utara, Indonesia. Luas wilayahnya 60,52 km² dan penduduk berjumlah 175.233 jiwa tahun 2019. Kota ini berada di tepi Sungai Asahan, sungai terpanjang di Sumatra Utara.
Penduduk Kota Tanjungbalai secara umum terdiri dari 6 (enam) suku yang berdasarkan sensus penduduk tahun 2015 antara lain yaitu Suku Batak,Jawa, Melayu, Minang, Aceh dan lainnya. Hampir 80% penduduknya adalah memeluk Agama Islam.
Walau demikian, kerukunan dan toleransi ummat beragama disini sangat lah dijunjung tinggi, pasalnya Tanjungbalai Betuah ini adalah kota para alim ulama, pencetak qori-qoriah serta hafiz dan hafizoh Qur’an.
Sekum Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Tanjungbalai (PD IPM) M Perdana Syah,mengatakan bahwa apa yang ada di Tanjungbalai ini adalah rahmad dan karunia nya dari ALLAH SWT, baik itu sumber daya alam dan Sumber daya manusianya.
Di kota ini masyarakat nya baik dan ramah-ramah orang nya, memang terlihat sepintas sangar wajah nya padahal hellokity hatinya. jadi kalau ada orang diluar sana mengatakan bahwa Tanjungbalai ini kota Intoleran maka tunjukkan kepada saya dimana itu tempatnya.
Ditempat yang berbeda, Indra Syah ketua Forum Umat Islam Tanjungbalai (FUI) memberikan tanggapan nya kepada Jurnalis InfoMu.co Yuha Syufat.(19/01)
Saya merasa heran karena Kota Tanjungbalai disebut intoleran oleh sekelompok orang di luar daerah beberapa waktu lalu. karena kota Tanjungbalai yang kental dengan budaya melayu yang notabene kota raja kesultanan Asahan yang selalu menghargai perbedaan dan memegang teguh simbol-simbol toleransi antar umat beragama,serta sikap tenggang rasa yang tinggi dinegeri berbilang kaum ini yang menyimpan sejarah kejayaan keislaman dan keulamaanya.
“Menurut pendapat saya toleransi dan tenggang rasa ini adalah salah satu bahagian warisan yang telah diwariskan kesultanan kepada pemerintahan kota tanjungbalai dan masyarakatnya, ” Jelas Indra Syah. Artinya toleransi bukanlah hal yang baru bagi kota Tanjungbalai ini. Kurang lebih 400 tahun masyarakat kota Tanjungbalai telah mengamalkan dan melaksanakan nilai-nilai toleransi tersebut.
Sebut saja Kesbangpol, para tokoh Agama Islam, Kristen, Katholik, Budha ,
Kota Tanjungbalai bersama-sama masyarakat telah mengelola harmonisasi kebhinekaan dalam bermasyarakat yang dapat kita lihat sendiri dengan sangat terangnya persaudaraan atas nama masyarakat kota Tanjungbalai menjadi salah satu pilar kekuatan dalam membangun kota ini. (Yuha Syufat)