Bekam Pada Terapi Aterosklerosis
Oleh : dr. Hendra Sutysna, M.Biomed, Sp.KKLP, AIFO-K/ Dosen Fakultas Kedokteran UMSU
Trainer dan Asesor Nasional PBI
Pendahuluan:
Dewasa ini penyakit Kardiovaskular (Jantung dan Pembuluh darah) telah menjadi penyebab utama kematian di negara-negara maju dan juga negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Laporan WHO tahun 2015 memperlihatkan bahwa 70% kematian di dunia disebabkan oleh Penyakit tidak Menular (39,5 juta dari 56,4 kematian). Dari seluruh kematian akibat Penyakit tidak menular tersebut 45% dantaranya disebabkan oleh Penyakit Kardiovaskular yaitu mencapai 17,7 juta dari 39,5 juta kematian.(WHO, 2015).
Data ini menunjukkan betapa tingginya angka kematian yang disebabkan oleh penyakit Kardiovaskular
pada beberapa tahun terakhir. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit Kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) di Indonesia mencapai 26,8% yang menjadi penyebab kematian tertinggi dan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Penyakit kardiovaskular menempati proporsi penyebab kematian utama. (Riskesdas, 2013) Penyakit kardiovaskular ini seperti aterosklerosis, hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke dan sebagainya, sering sekali dikaitkan dengan faktor resiko hiperkolesterolemia yang mendasarinya (Irawati, dkk, 2013).
Apakah Hiperkolesterol dan Atherosklerosis?
Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan abnormalitas kadar lemak (kolesterol) darah akibat gangguan metabolisme lemak yang ditandai dengan tingginya kadar kolesterol total dalam darah perifer. Batas normal kolesterol dalam darah adalah 200 mg/dl (Andygian, 2013). Kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks yang berada pada tiap sel didalam tubuh. Kolesterol berfungsi sebagai materi awal untuk pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).
Secara fisiologis lemak (kolesterol) dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah tertentu yaitu kurang dari 200 mg/dl kadarnya didalam darah. Apabila kadar kolesterol selalu berlebih diluar batas normal akan menyebabkan peningkatan konsentrasi kolesterol didalam darah dan berpotensi mengendap di dinding pembuluh darah, yang lama kelamaan akan menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah, pembuluh darah mengeras dan menyempit yang sering disebut dengan aterosklerosis dan kondisi ini dapat mengakibatkan serangan jantung dan stroke (Nilawati, 2008).
Menanggapi masalah kesehatan yang muncul di tengah masyarakat, beragam metode pengobatan dilakukan, baik dari yang modern hingga tradisional. Berdasarkan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) di bawah naungan Kementerian Kesehatan, masyarakat Indonesia dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisonal (yankestrad) terdiri dari 4 jenis, yaitu yankestrad ramuan (pelayanan kesehatan yang menggunakan jamu, aromaterapi, gurah, homeopati dan spa); keterampilan dengan alat (akupunktur, chiropraksi, kop/bekam, apiterapi, ceragem, dan akupresur); yankestrad keterampilan tanpa alat (pijat-urut, pijat-urut khusus ibu/bayi, pengobatan patah tulang, dan refleksi); dan yankestrad keterampilan dengan pikiran (Riskesdas, 2013)
Bagaimana Terapi Bekam?
Bekam merupakan salah satu pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisonal (yankestrad). Bekam diartikan sebagai peristiwa penghisapan darah dengan alat menyerupai tabung, serta mengeluarkannya dari permukaan kulit dengan penyayatan yang kemudian ditampung di dalam gelas. Tidak hanya di Indonesia, bekam juga sudah sangat dikenal di negara negara barat. Pada terapi bekam, tekanan negative yang ditimbulkan dari penghisapan menyebabkan congesti pasif dari jaringan lokal di permukaan superficial dan meningkatkan dilatasi pembuluh
darah (Umar, 2012).
Berbagai penelitian dan pembuktian tentang bekam telah dilakukan oleh beberapa ahli kesehatan didunia, diantaranya kekelompok tim medis di Syiria telah mengadakan penelitian terhadap 300 penyakit yang berhasil diobati dengan bekam, dengan menjelaskan kondisi yang terjadi pada setiap kasus. Salah satu hasil studi menyimpulkan bahwa terjadi penurunan kadar kolesterol darah pada 83,6% kasus penderita kelebihan kolesterol (Sharaf, 2012).
Terapi bekam merupakan metode pengobatan non farmakologis dengan prinsip membersihkan darah CPS (causative pathological substanses) yang meliputi zat sisa metabolisme, toksin, radikal bebas, ROS, partikel penyebab nyeri, kolesterol, asam urat, glukosa yang berlebih, dan mediator inflamasi. (El Sayed, 2013).

(Gambar 1.1 Kolestereol Berada Didalam Darah)
Sumber: Modifikasi El Sayed 2013
Pada gambar 1.1 diatas dapat diketahui keadaan kulit dan pembuluh darah sebelum dilakukan terapi bekam. Didalam pembuluh darah terdapat banyak sampah metabolisme yang disebut CPS (Causative Pathological Substance) salah satunya kolesterol. Terapi bekam basah dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Mekanisme yang mendasari efek terapi bekam basah terhadap penurunan kadar kolesterol darah total dalah terbukanya barier kulit yang akan meningkatkan fungsi ekskresi kulit, diantaranya mengeluarkan lipid dan
substansi/material yang bersifat hidrofobik (Zhou, et al, 2012 dalam Fitriyah).
Menurut penelitian yang dilakukan El Sayed, 2013, menyatakan bahwa terapi bekam basah memungkinkan terjadinya perlukaan kecil dan tipis pada permukaan kulit dan ditambah adanya tindakan vakumisasi sehingga memungkinkan terjadinya ekskresi melalui kulit secara
CPS cth: Kolesterol
artifisial yakni suatu proses ekskresi atau pengeluaran material CPS melalui kulit yang dibuat dengan cara melakukan insisi atau perlukaan tipis pada permukaan kulit yang dikombinasi dengan adanya vakumisasi atau penyedotan. Pada kasus penyumbatan pembuluh darah koroner, efek terapi bekam memberikan gambaran pengurangan lemak dan kolesterol berbahaya (LDL) dalam darah maupun yang mengendap di dinding pembuluh darah sehingga meningkatkan suplai darah ke otot jantung (Sharaf, 2012). Plak-plak kolesterol berlebih dalam darah akan terbawa keluar tubuh. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki sirkulasi darah. Hal ini sesuai teori homeostasis (Umar, 2012).
Di Indonesia juga sudah sangat banyak penelitian dan pembuktian tentang khasiat terapi Bekam terkhusus terhadap penyakit kardiovaskular sampai saat ini. Menurut Buku Bekam Medik (Wadda A Umar, Tahun 2018) bahwa penentuan Titik Bekam dapat didasarkan pada beberapa aspek, yaitu : titik bekam dari sunnah Rasulullah,
titik bekam dari Tradisional Chinese Medicine (TCM) dan titik bekam Medik Modern Pada penatalaksanaan Penyakit kardiovaskular berupa aterosklerosis yang disebabkan hiperkolesterolemia ini saya merekomendasikan melakukan terapi bekam pada titik bekam Medik Modern dengan kombinasi terapi Farmakologik dari dokter/medis. Terapi bekam yang direkomendasikan untuk masalah penyakit Kardiovaskular aterosklerosis akibat dari Hiperkolesterolemia diantaranya adalah:
1. Titik al Kahil, titik sunnah ini secara anatomis berada setentang dengan pembuluh darah aorta dan percabangannya.
2. Titik al akhdain, titik sunnah ini secara anatomis berada setentang dengan pembuluh darah arteri utama ke kepala dan otak.
3. Titik antara 2 sudut bawah tulang belikat (scapula) dikenal dengan az zhahrul a’la kanan dan kiri.
4. Terapi ini hendaknya dilakukan dengan kontrol ulang rutin setiap bulan sekali (tanggal sunnah)
Dalam ilmu kedokteran modern, efektifitas dari terapi bekam dapat dievaluasi melalui Indeks Terapeutik Klinis (Clinical therapetik Index/CTI) yaitu perbaikan persentase dari parameter klinis yang diuji, misalnya (tekanan darah, kadar kolesterol darah, dll) setelah mendapat terapi bekam/al Hijamah tunggal maupun terapi kombinasi. CTI dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
CTI = {100 x (parameter klinis sebelum bekam-parameter klinis sesudah bekam) /
parameter klinis sebelum bekam} Sehingga dari hasil pengukuran CTI ini kita bisa merencanakan kapan terapi bekam ini kita berikan dan efektifitas terapi bekam tunggal atau terapi kombinasi terhadap penyakit
kardiovaskular aterosklerosis yang sedang ditangani.
Demikianlah ulasan singkat dari saya terhadap Kajian Bekam pada Penyakit Kardiovaskular yang disebabkan oleh Hiperkolesterolemia. Atas kekurangannya saya memohon maaf dan kebenarannya hanya milik Allah SWT.
Referensi:
1. Andygian. (2013) Pengaruh Pemberian Jus Kulit Delima Terhadap Kadar Kolesterol
Wanita Hiperkolesterolemia. Universitas Diponegoro.
2. El Sayed SM, Mahmoud HS, Nabo MM. (2013). Medical And Scientific Bases
Of Wet CuppingTherapy (Al-Hijamah): In Light Of Modern Medicine And Prophetic
Medicine. Alternative And Integrative Medicine.
3. Gondosari, A.H. (2010). Kolesterol, asam lemak jenuh, dan asam lemak tak
jenuh. Dalam:Wijdan FR, editor. The Miracle Of 5 Elements Energy. Depok: E-
tera,
4. 2010;hal 43-50
5. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013.
Jakarta
6. Nilawati, S., Et Al. (2008). Care Your Self Kolesterol. Cetakan 1. Jakarta: Penebar
Plus.
7. Sharaf, Ahmad Razak. 2012. Penyakit dan Terapi Bekamnya Dasar-Dasar Ilmiah
Terapi Bekam. Surakarta: Thibbia. 304 halaman
8. Umar, A. Wadda. 2012. Sembuh dengan Satu Titik 2: Bekam Untuk 7 Penyakit Kronis.
Solo: Thibbia.
9. Umar, A. Wadda. 2018. BekamMedik. Solo: Thibbia.
10. World Health Organization (WHO), Tahun 2015
11. Yasin, Syibab Al-Badri. 2005. Bekam: Sunnah Nabi dan Mukjizat Medis. Solo:
Al-Qowam.






