Medan, InfoMu.co – Sekait dengan Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2021, Balai Bahasa Sumatra Utara (BBSU) menggelar Temu Sastrawan, Selasa (4/5) sore, dilanjut buka puasa bersama. Kegiatan mengusung topik “Bergerak Serentak Mewujudkan Merdeka Belajar Melalui Pergerakan Bahasa dan Sastra Nasional” ini, menghadirkan narasumber Dr. Shafwan Hadi Umry, M.Hum dan Siti Aisyah, S.Pd, M.Hum atau biasa disapa Aishah Basar.
Bertempat di Aula Sanusi Pane BBSU, Jalan Kolam Ujung No. 7 Medan Estate, di hadapan belasan peserta terdiri para sastrawan, Shafwan Hadi Umry memaparkan materi perihal kepenyairan Hamzah Fansuri.
Ciri penanda kepenyairan Hamzah Fansuri, ungkapnya, dia merupakan tokoh pembaharu akar bahasa Melayu/pemekar bahasa Indonesia, memakai licentia poetica, menampilkan kegembiraan mistikal, menggunakan tamsil/perumpamaan/ibarat/ merujuk Kitab Suci Al-Qur’an, dan mempribumikan konsep sastra tasawuf sebagai alat dakwah.
Sedangkan Aishah Basar mengetengahkan materi tentang peradaban Barus di masa silam sebagai akar pergerakan bahasa dan sastra Indonesia. Dalam hal ini, dikatakannya, adanya situs makam bernisan marmer dan batu granit di Komplek Makam Mahligai, Barus, salah satunya yang terkenal makam Syekh Rukhnuddin, bertarikh 48 Hijriah atau 672 Masehi merupakan bukti syiar Islam di Barus sudah dimulai jauh hari sebelum adanya makam tersebut.
Dengan demikian, lanjut Aishah Basar, di zaman itu diperkirakan sudah ada madrasah di Barus yang muridnya berasal dari berbagai daerah. Hal ini ditandai adanya tulisan di nisan yang menunjukkan asal daerahnya.
Dia pun mengatakan, Barus sebagai pusat madrasah terus berkembang dan terkenal di zaman kesultanan Samudera Pasai dan Aceh. Seiring itu pula berkembang tradisi literasi Arab-Melayu dan lebih lanjut dengan tradisi literasi Latin-Melayu. Pada abad ke-16 itulah lahir sastrawan sufi Hamzah Fansuri yang karya-karyanya merupakan karya sastra Melayu Islam paling awal.
Sebelumnya, saat menyampaikan pidato sambutan saat membuka acara tersebut, Kepala BBSU Dr. Maryanto, M.Hum menjelaskan, momentum Hari Pendidikan Nasional yang mengangkat tema “Bergerak Serentak Mewujudkan Merdeka Belajar” sangat identik dengan kemerdekaan berekspresi.
“Bagaimana para sastrawan memanfaatkan bahasa untuk berekspresi mengungkapkan perasaan dan pikiran keindonesiaan sehingga pergerakan bahasa dan sastra menggerakkan sukma keindonesiaan,” ujar Maryanto. (ysr)
BERFOTO – Sejumlah sastrawan berfoto bersama Kepala BBSU, Dr. Maryanto, M.Hum, seusai mengikuti Temu Sastrawan di Aula Sanusi Pane BBSU, Jalan Kolam Ujung No. 7 Medan Estate, Selasa (4/5) sore. (foto/ist)

