Hari Arafah, jatuh pada tanggal 9 Zulhijah, merupakan momen yang sangat dinanti dalam kalender Islam. Umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan puasa ‘Arafah karena memiliki keutamaan besar: menghapuskan dosa (al-shaghair wa al-lamam) setahun sebelumnya dan setahun yang akan datang. Pelaksanaan puasa ini bersamaan dengan momen wukuf di Padang Arafah, di mana para jamaah haji berkumpul untuk berdoa dan merenung.
Berdasarkan metode Hisab Hakiki Wujudul Hilal yang dipegang Muhammadiyah saat ini, Ruslan mengatakan bahwa tanggal 9 Zulhijah 1995 jatuh pada Ahad, 16 Juni 2024. Pada tanggal tersebut, kaum Muslimin disunnahkan untuk berpuasa Arafah, meskipun pelaksanaan wukuf mungkin dilakukan pada hari yang berbeda sesuai penentuan tanggal oleh Pemerintah Arab Saudi.
Esensi puasa Arafah tidak hanya terletak pada aspek ritualnya, tetapi juga pada nilai spiritual yang terkandung di dalamnya. Puasa ini mengajarkan umat Muslim untuk merenungi kehidupan, memperbaiki diri, dan memohon ampunan kepada Allah SWT. Selain itu, puasa Arafah juga menjadi simbol solidaritas dengan para jamaah haji yang tengah menunaikan salah satu rukun Islam di Tanah Suci.
Hari Arafah merupakan kesempatan emas bagi setiap Muslim untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Melalui puasa, doa, dan refleksi, umat Muslim diajak untuk mengintrospeksi diri dan memperbaharui tekad dalam menjalankan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.
Maka, meskipun mungkin ada perbedaan dalam penentuan tanggal wukuf dan pelaksanaan puasa, yang terpenting adalah kesatuan hati dalam menjalankan ibadah. Semangat ini, diharapkan, dapat membawa ketenangan batin dan kekuatan spiritual bagi setiap individu yang menjalankannya.
