• Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
Infomu
No Result
View All Result
Antara Keluarga, Gadget, dan Harapan Pendidikan Holistik

Partaonan Harahap

Antara Keluarga, Gadget, dan Harapan Pendidikan Holistik

Syaiful Hadi by Syaiful Hadi
31 Mei 2025
in Opini
0

Antara Keluarga, Gadget, dan Harapan Pendidikan Holistik

Oleh: Partaonan Harahap

Di era digital saat ini, dunia pendidikan mengalami transformasi besar-besaran. Kemajuan teknologi, terutama perangkat digital seperti gadget dan internet, telah mengubah cara manusia belajar, berkomunikasi, dan bahkan membentuk pola pikir generasi muda. Di sisi lain, keluarga yang seharusnya menjadi fondasi utama dalam pendidikan karakter dan pembentukan kepribadian anak mengalami tantangan besar dalam mengimbangi perubahan yang terjadi. Di tengah semua ini, muncul harapan besar akan hadirnya pendidikan yang tidak hanya fokus pada aspek kognitif semata, tetapi juga menyentuh sisi afektif dan psikomotorik: inilah yang disebut
pendidikan holistik. Tulisan ini mengulas hubungan kompleks antara keluarga, gadget, dan harapan terhadap sistem pendidikan holistik, serta menawarkan refleksi dan solusi yang dapat menjadi bahan pertimbangan bagi orang tua, pendidik, dan para pemangku kebijakan.

Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak, sejak awal, keluarga merupakan sekolah pertama bagi anak. Nilai, kebiasaan, norma, dan etika dasar diperoleh anak dari lingkungan rumah. Bahkan sebelum seorang anak mengenal guru, buku teks, atau sistem pendidikan formal, mereka sudah terlebih dahulu belajar melalui interaksi dengan orang tua dan lingkungan terdekatnya. Namun dalam beberapa dekade terakhir, peran keluarga sebagai pilar pendidikan mulai mengalami kemunduran. Keterbatasan waktu karena beban pekerjaan, perubahan gaya hidup, dan ketergantungan pada teknologi menjadi penyebab utama.

Banyak orang tua yang tidak lagi memiliki cukup waktu berkualitas bersama anak, dan alih-alih menggantikan kehadiran itu dengan komunikasi yang bermakna, mereka justru secara tidak sadar mendelegasikan peran mendidik kepada sekolah dan bahkan perangkat teknologi. Kondisi ini menciptakan generasi yang kehilangan kelekatan emosional dengan keluarganya, terutama orang tua. Anak-anak cenderung mencari perhatian dan hiburan dari luar rumah, termasuk dari dunia digital. Dalam banyak kasus, ini menjadi titik awal berbagai masalah psikologis, sosial, bahkan moral yang muncul di kalangan remaja dan anak-anak sekolah.

Gadget: Pisau Bermata Dua
Kehadiran gadget, khususnya smartphone dan tablet, telah membawa dampak luar biasa dalam kehidupan anak. Di satu sisi, gadget memberikan akses informasi tanpa batas, memperluas cakrawala pengetahuan, dan memungkinkan pembelajaran yang lebih interaktif dan fleksibel. Apalagi dalam konteks pandemi COVID-19 yang lalu, gadget menjadi alat utama yang memungkinkan proses belajar tetap berlangsung. Namun, di sisi lain, gadget juga menjadi ancaman besar bila tidak digunakan secara bijak. Studi menunjukkan bahwa penggunaan gadget secara berlebihan dapat menurunkan kemampuan fokus, menimbulkan kecanduan, serta menghambat perkembangan sosial dan emosional anak.

Belum lagi paparan terhadap konten negatif, cyberbullying, serta ketergantungan terhadap validasi dari media sosial yang semakin menjauhkan anak dari realitas kehidupan. Hal yang lebih memprihatinkan adalah ketika gadget bukan lagi hanya alat bantu belajar, tetapi menjadi "pengasuh digital" yang menggantikan kehadiran orang tua. Banyak orang tua yang secara sadar memberikan gadget kepada anak agar mereka diam, tenang, dan tidak mengganggu aktivitas orang dewasa. Ini bukan solusi jangka panjang, melainkan bom waktu yang menunggu untuk meledak.

Pendidikan Holistik: Menjawab Tantangan Zaman
Dalam konteks ini, harapan besar disematkan pada pendidikan holistic sebuah pendekatan yang berupaya mengembangkan seluruh potensi manusia secara utuh, meliputi aspek intelektual, emosional, sosial, fisik, dan spiritual. Pendidikan holistik tidak sekadar mengejar nilai akademik, tetapi juga membentuk karakter, empati, kreativitas, serta kemampuan beradaptasi dalam kehidupan nyata. Pendidikan holistik menuntut kolaborasi kuat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Sekolah tidak bisa bekerja sendiri, apalagi hanya mengandalkan kurikulum yang kaku dan padat. Dibutuhkan keterlibatan aktif dari orang tua dalam mendampingi proses belajar
anak, tidak hanya di rumah tetapi juga dalam merancang aktivitas bersama yang membangun nilai dan kebersamaan.

Sayangnya, sistem pendidikan kita masih banyak terjebak pada pola "drill and test", yaitu pengulangan materi dan pengujian hasil semata. Kurikulum sering kali tidak mengakomodasi kebutuhan perkembangan jiwa anak yang lebih luas. Padahal, di era disrupsi seperti sekarang, nilai akademik tinggi bukan jaminan kesuksesan di masa depan. Justru, keterampilan sosial, kepemimpinan, literasi digital, dan kemampuan berpikir kritis-lah yang lebih dibutuhkan.

Sekolah Lima Hari: Ruang atau Kekosongan?
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menginisiasi kebijakan sekolah lima hari, yang bertujuan memberi ruang lebih banyak untuk anak bersama keluarga. Secara ide, ini sangat mulia dan berpihak pada tumbuh kembang anak. Dengan waktu luang dua hari di akhir pekan, anak diharapkan bisa membangun hubungan yang lebih kuat dengan keluarga, menjelajahi minat di luar pelajaran akademik, atau sekadar beristirahat dari tekanan belajar. Namun, kebijakan ini belum tentu efektif jika tidak dibarengi dengan kesiapan
lingkungan. Di banyak keluarga, hari libur bukan berarti waktu berkualitas, melainkan waktu layar (screen time) yang makin panjang. Di sisi lain, orang tua masih disibukkan dengan pekerjaan tambahan di akhir pekan. Anak akhirnya dibiarkan sendiri, kembali mencari pelarian di dunia digital. Apa yang seharusnya menjadi waktu emas bersama keluarga justru berubah menjadi ruang hampa tanpa arah. Sekolah pun terkadang hanya mengganti beban 6 hari menjadi padat dalam 5 hari, tanpa memperbaiki pendekatan pengajaran. Siswa kelelahan, guru terburu-buru, dan efektivitas belajar bisa menurun jika tidak diimbangi dengan perencanaan dan inovasi
metodologis.

Jika ingin menciptakan pendidikan holistik yang benar-benar hidup, maka titik awalnya adalah rumah. Orang tua perlu mengubah pola pikir bahwa pendidikan anak bukan hanya tanggung jawab sekolah. Komunikasi dua arah, keterlibatan dalam proses belajar, serta contoh nyata dari orang tua jauh lebih efektif daripada sekadar nasihat. Penggunaan gadget harus mulai diatur secara bijak. Bukan dengan melarang total, tetapi dengan membangun kesepakatan penggunaan yang sehat dan produktif. Orang tua pun harus menjadi contoh: tidak mungkin anak
mengurangi waktu bermain gadget jika orang tuanya sendiri terus terpaku pada layar. Aktivitas akhir pekan bisa diarahkan pada kegiatan bersama seperti memasak, berkebun, membaca buku, berolahraga, atau melakukan kegiatan sosial. Inilah bentuk nyata pendidikan karakter yang tak bisa diajarkan di ruang kelas. Sekolah juga perlu membuka ruang kolaborasi yang lebih fleksibel dengan orang tua. Bukan hanya melalui rapat formal, tetapi melalui forum komunikasi terbuka, pelatihan parenting, hingga kegiatan keluarga bersama yang memperkuat nilai kebersamaan.

Peran Teknologi dalam Pendidikan Holistik
Penting juga untuk tidak melihat teknologi semata sebagai ancaman. Dengan pendekatan yang tepat, teknologi bisa menjadi alat luar biasa dalam pendidikan holistik. Misalnya, ada banyak aplikasi edukatif yang mengajarkan anak tentang empati, logika, seni, bahkan meditasi dan mindfulness. Sekolah dapat memanfaatkan teknologi untuk membuat pembelajaran lebih menarik, berbasis proyek, dan kolaboratif. Misalnya, anak diajak membuat dokumentasi keluarga, proyek sosial, atau konten edukatif yang melibatkan anggota keluarga mereka. Di sini, gadget bukan lagi alat pelarian, melainkan media keterlibatan antar-generasi. Namun tentu, ini hanya bisa tercapai jika ada sinergi antara visi pendidikan di sekolah dengan nilai yang dibangun di rumah. Tanpa itu, teknologi tetap akan menjadi ruang kosong yang diisi dengan konten instan dan pasif.

Kita tidak bisa memutar balik zaman. Dunia akan terus berubah, teknologi akan semakin canggih, dan tantangan pendidikan akan makin kompleks. Namun, kita punya pilihan: membiarkan arus ini menarik anak-anak kita tanpa arah, atau membimbing mereka menjadi navigator yang tangguh dalam samudra digital ini. Harapan terhadap pendidikan holistik bukan utopia. Sudah banyak sekolah, komunitas, bahkan keluarga yang mulai menerapkannya.  Di tengah keterbatasan, selalu ada ruang untuk perubahan—asal ada niat dan komitmen bersama. Pemerintah bisa mendukung dengan membuat kebijakan yang lebih memberdayakan guru dan
keluarga. Sekolah bisa menjadi ruang aman untuk belajar tidak hanya akademik, tetapi juga kehidupan. Dan keluarga bisa kembali menjadi tempat tumbuh terbaik bagi anak-anak, bukan sekadar tempat pulang.

Penutup
Antara keluarga, gadget, dan pendidikan holistik, terdapat satu kata kunci: keseimbangan. Ketika keluarga hadir dengan cinta dan keterlibatan, ketika gadget digunakan dengan bijak dan produktif, dan ketika pendidikan dirancang untuk membentuk manusia seutuhnya maka masa depan generasi muda akan berada di jalur yang tepat. Mari kita mulai dari diri sendiri, dari rumah masing-masing, dan dari langkah kecil. Karena masa depan pendidikan tidak ditentukan hanya oleh teknologi atau kebijakan, tetapi oleh sejauh mana kita peduli dan terlibat dalam kehidupan anak-anak kita. (***)

 

*** Penulis, adalah Ketua Assosiasi Alumni Teknologi Teladan Medan (AATT), Dosen Fakultas Teknik UMSU, Sekretaris LPCR-PM PWM Sumut

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
  • Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru) Cetak
Tags: gadgetholistikpendidikan
Previous Post

Deklarasi Sarajevo: Seruan Kemarahan Moral Kolektif Atas Genosida Israel di Gaza

Next Post

Tiga Pilar Asumsi Metode dalam Manhaj Tarjih

Next Post
Tiga Pilar Asumsi Metode dalam Manhaj Tarjih

Tiga Pilar Asumsi Metode dalam Manhaj Tarjih

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Beranda
  • Kabar
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar
  • Pendidikan
  • Redaksi
Call us: +1 234 JEG THEME

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.