Kampus Muhammadiyah di Papua Jadi Teladan Pendidikan Inklusif
INFOMU.CO | Gorontalo – Mengusung paradigma inklusif dalam praktik penyelenggaraan layanan pendidikan, mahasiswa Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah (PTMA) di Tanah Papua, mayoritas non Islam.
Fakta itu dipaparkan Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Bidang Pendidikan, Olahraga, Seni, dan Budaya, Irwan Akib pada (23/12) dalam Wisuda di Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGo).
Saat ini Persyarikatan Muhammadiyah telah memiliki lima kampus, yaitu Universitas Muhammadiyah Sorong, Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong, Universitas Muhammadiyah Papua, Universitas Muhammadiyah Papua Barat, dan Universitas Muhammadiyah Teluk Bintuni.
“Itu rata-rata mahasiswanya 60 sampai 80 persen non Islam,” kata Irwan.
Meski sebagai perguruan tinggi keagamaan Islam, namun kampus Muhammadiyah itu tidak menggiring mahasiswanya yang non-muslim untuk memeluk agama Islam. Bahkan ada penguatan keagamaan sesuai dengan kepercayaan masing-masing.
Sebab Muhammadiyah memandang, hidayah merupakan hak prerogatif Allah SWT. Tugas Muhammadiyah mengenalkan Islam, maka jika ada yang ingin memeluk agama Islam itu adalah keputusan personal bukan atas dasar paksaan.
Tak hanya untuk layanan bidang pendidikan, paradigma inklusif juga digunakan Muhammadiyah dalam memberikan bantuan kemanusiaan. Dalam situasi bencana bantuan Muhammadiyah untuk semua, tidak untuk warga Muhammadiyah saja.
Seperti yang terjadi di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat, Muhammadiyah bergerak cepat dan memberikan bantuan tanpa terkecuali. Tidak membedakan agama, suku, ras, dan latar belakang golongan.
“Muhammadiyah bergerak cepat dan tentu ketika memberikan pelayanan tidak ditanya dulu agamamu apa, sukunya apa, itu tidak ditanya. Semua dilayani dengan baik tanpa membedakan suku, agama, dan ras,” katanya. (muhammadiyah.or.id)

