Masjid Nabawi, Jantung Spiritualitas Umat Islam
DI bawah payung langit Madinah yang belakangan ini bersahabat dengan suhu sejuk berkisar 24-30 derajat Celcius di siang hari dan turun hingga 18 derajat Celcius pada malam hari, jutaan peziarah tetap memadati pelataran yang luas dan interior megah Masjid Nabawi. Angin sepoi-sepoi yang menyapu Kota Nabi tidak hanya meredam terik, tetapi juga seolah membawa bisikan sejarah dari tiap batu dan sudut masjid kedua tersuci dalam Islam ini.
Masjid Nabawi bukan sekadar tempat salat. Ia adalah saksi hidup perjalanan agama Islam, dibangun langsung oleh Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat pada tahun 1 Hijriyah (622 Masehi), tak lama setelah hijrah dari Makkah. Awalnya, masjid ini sangat sederhana: berdinding bata lumpur, bertiang batang kurma, beratap daun, dan berlantai tanah. Luasnya hanya sekitar 1.050 meter persegi. Namun, dari sanalah Nabi memimpin komunitas Muslim pertama, mengajar, memutuskan perkara, dan mengobarkan semangat persaudaraan (ukhuwah).
Sejarah yang Tertanam di Setiap Jengkal
Lokasi masjid dipilih di tempat unta Nabi berhenti.Nabi sendiri turun tangan mengangkut batu dan material. Arah kiblat awal menghadap Baitul Maqdis (Yerusalem), sebelum kemudian dialihkan ke Ka’bah di Makkah. Di dalam kompleks masjid yang asli, terdapat rumah-rumah sederhana Nabi dan sebagian istrinya, yang pintunya langsung menghadap ke pelataran masjid, mencerminkan kesederhanaan dan keterbukaan.
Di dalam masjid ini, tersimpan harta karun spiritual yang tak ternilai: Raudhah, taman surga. Nabi bersabda, “Antara rumahku dan mimbarku terdapat sebuah taman dari taman-taman surga” (HR. Bukhari-Muslim). Area seluas kira-kira 330 meter persegi ini menjadi tujuan utama peziarah untuk beribadah dan berdoa.
Yang paling sentral adalah Makam Nabi Muhammad SAW, yang berada di dalam kompleks masjid, tepat di sebelah timur Raudhah. Di sampingnya, dimakamkan pula dua sahabat utama dan Khalifah Rasyidin, Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab. Pada perluasan masjid, seluruh area makam ini dilestarikan di dalam bangunan khusus dengan kubah hijau yang ikonik.
Keutamaan yang Membuat Hati Bergetar
Masjid Nabawi memiliki keistimewaan (fadhilah) yang menjadikannya tujuan ziarah dan ibadah. Nabi menyebut salat di Masjid Nabawi lebih utama 1.000 kali daripada salat di masjid lain, kecuali Masjidil Haram (HR. Bukhari-Muslim). Ibadah di dalamnya juga menjadi sunah dalam perjalanan umrah atau haji.
Selain itu, masjid ini merupakan salah satu dari tiga masjid yang dianjurkan untuk dikunjungi dalam rangka mencari pahala, berdasarkan sabda Nabi, “Tidak boleh melakukan perjalanan (untuk ibadah) kecuali kepada tiga masjid: Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjid Al-Aqsha” (HR. Bukhari-Muslim).
Transformasi dan Perkembangan yang Tak Pernah Padam
Perjalanan Masjid Nabawi adalah narasi perkembangan yang terus berdenyut. Dimulai dari perluasan pertama oleh Khalifah Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan, masjid ini terus diperluas dan diperindah oleh penguasa Muslim sepanjang sejarah, dari Umayyah, Abbasiyah, hingga Utsmaniyah yang memberi kontribusi besar pada arsitektur dan dekorasinya.
Era modern mencatat lompatan terbesar. Di bawah Kerajaan Arab Saudi, serangkaian proyek perluasan raksasa dilakukan. Yang paling monumental adalah perluasan pada masa Raja Abdullah bin Abdulaziz (Proyek Perluasan Raja Abdullah) yang selesai beberapa tahun lalu, menambah kapasitas masjid secara signifikan. Saat ini, luas total Masjid Nabawi mencapai lebih dari 1,2 juta meter persegi, dengan kapasitas menampung lebih dari 2 juta jemaah sekaligus.
Arsitektur masjid memadukan keagungan modern dengan warisan sejarah Ottoman dan Islam klasik. Payung-payung raksasa yang otomatis terbang di pelataran masjid menjadi penanda modernitas, melindungi jemaah dari panas dengan teknologi canggih namun tetap elegan. Sistem pendingin, pencahayaan, suara, dan drainase air hujan dirancang dengan teknologi mutakhir.
Di bawah tanah, terdapat parkir bertingkat yang luas, terowongan penghubung, dan fasilitas logistik yang mendukung jutaan pengunjung. Proyek perluasan juga mencakup pembangunan plaza-plaza terbuka yang teduh dengan lantai berpendingin, memastikan kenyamanan jemaah di segala cuaca.
Keistimewaan yang Tak Tergantikan
Selain Raudhah dan Makam Nabi, masjid ini memiliki mimbar asli Nabi yang kemudian diganti dengan mimbar megah, serta Mihrab Nabawi tempat Imam memimpin salat. Kolam (hosh) yang digunakan untuk berwudu di masa lalu juga menjadi bagian sejarah. Keistimewaan lain adalah keberadaan tiang-tiang (ustuwanah) bersejarah, seperti “ustuwanah Aisyah” dan “ustuwanah at-Taubah”, yang menjadi saksi bisu berbagai peristiwa penting.
Suasana spiritual yang terasa begitu kental, dari lantai bersih yang selalu wangi, tilawah Al-Qur’an yang menggema, hingga kerapian dan ketertiban jemaah dari seluruh penjuru dunia, menciptakan atmosfer ketenangan dan kekhusyukan yang jarang ditemukan di tempat lain.
Kesibukan Spiritual di Bawah Langit yang Bersahabat
Pada hari-hari belakangan ini,menurut laporan Badan Meteorologi dan Lingkungan Saudi (PME), Madinah mengalami cuaca yang relatif stabil dan nyaman memasuki musim semi. Suhu maksimum berkisar 30-32°C dengan sinar matahari penuh, sementara malam hari terasa sejuk dan kering. Kondisi ini sangat mendukung aktivitas ibadah dan ziarah, membuat pelataran masjid ramai hingga larut malam oleh jemaah yang beribadah, membaca Al-Qur’an, atau sekadar menikmati keteduhan dan kedamaian Kota Nabi.
Dengan sejarah yang mengakar, keutamaan yang agung, perkembangan yang visioner, dan suasana spiritual yang menghanyutkan, Masjid Nabawi tetap berdiri sebagai mercusuar Islam, bukan hanya sebagai monumen masa lalu, tetapi sebagai pusat kehidupan dan peradaban Muslim yang terus hidup dan bernapas, meneduhkan jiwa di tengah dinamika zaman. Setiap batu, setiap karpet, dan setiap doa yang dipanjatkan di dalamnya, terus merajut benang-benang spiritualitas yang menghubungkan setiap Muslim dengan teladan utama mereka, Nabi Muhammad SAW. (jakartamu)

