Kelas Heritage MPI Lampung Telusuri Jejak Sejarah Muhammadiyah di Metro Barat
INFOMU.CO | Metro — Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Wilayah Lampung menggelar Kelas Heritage, bagian dari kegiatan Pers dan Literasi berlangsung selama dua hari di Universitas Muhammadiyah Metro, sebelumnya ke Masjid Al Wustho, melanjutkan penelusuran langsung ke salah satu Panti Asuhan Muhammadiyah di Metro Barat, pada Ahad (14/12)
Kunjungan disambut hangat pengurus Panti Asuhan Muhammadiyah Metro, Ketua Sekretaris dan bendahara.
kegiatan ini didampingi ketua MPI Lampung ini, merupakan kegiatan ini diikuti peserta dari berbagai daerah di Lampung dan menjadi tindak lanjut dari pemaparan materi para pemateri sebelumnya di oleh pemateri.
Peserta diajak menelusuri langsung jejak-jejak sejarah Muhammadiyah melalui pendekatan lapangan, bukan sekadar teori.

Ketua MPI Wilayah Lampung, Saad Shobari, dalam sambutannya menjelaskan bahwa kunjungan ini merupakan praktik langsung untuk “mengukur” dan membaca sejarah secara nyata.
“Apa yang sudah kita dengar di kampus hari ini kita lihat wujudnya langsung. Sejarah itu harus bisa dihadirkan dan dilihat orang dalam bentuk apa pun. Kalau layak masuk museum itu bagus, tapi kalau tidak, minimal ada dokumentasi—bahkan fotokopi pun tidak apa-apa yang penting menjadi memori kolektif,” ujar Saad.
Ia Menambahkan bahwa Kelas Heritage ini diharapkan mampu melahirkan jurnalis dan pegiat literasi Muhammadiyah yang peka terhadap sejarah, mampu mendokumentasikan jejak persyarikatan, serta menjadikannya bagian dari narasi dakwah dan kemajuan Muhammadiyah ke depan.
Menurutnya, jejak sejarah Muhammadiyah adalah amanah besar persyarikatan yang harus diinventarisasi, dicatat, dan disampaikan kepada publik melalui berbagai medium jurnalistik dan literasi.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan sambutan Tukijo, Ketua PCM setempat sekaligus Ketua Pengurus Panti Asuhan. Ia mengapresiasi kegiatan kelas heritage yang dinilainya luar biasa karena tidak semua orang tertarik dan mampu menekuni kerja-kerja sejarah.
“Al-Qur’an sendiri penuh dengan kisah sejarah. Allah memberi contoh bahwa sejarah itu penting dan harus ditulis. Maka benar sekali jika hari ini panjenengan semua belajar menulis dan menelusuri sejarah,” ungkapnya.
Tukijo juga memaparkan bahwa Panti Asuhan tersebut merupakan salah satu panti tertua di Lampung, meski secara fisik bangunan lama sebagian besar telah berubah. Bangunan yang ada saat ini mulai berdiri pada sekitar tahun 1985 dan terus mengalami pembaruan.
Namun demikian, masih ditemukan sejumlah artefak bernilai sejarah, seperti sisa kayu langgar lama yang kini dimanfaatkan sebagai kisi-kisi jendela, serta satu pintu asli yang masih bertahan. Benda-benda inilah yang menjadi objek praktik peserta dalam mengidentifikasi, mendeskripsikan, dan menilai nilai sejarah suatu peninggalan.
“Walaupun tidak semuanya utuh, keberadaan bangunan, struktur kawasan, dan benda berusia lebih dari 50 tahun sudah cukup menjadi dasar pencatatan sejarah Muhammadiyah,” tambahnya.
Selain menelusuri sejarah, H.Tukijo memaparkan kepada peserta mendapatkan gambaran perkembangan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di Metro Barat, yang menaungi ribuan siswa dan tenaga kerja, serta memiliki empat ranting aktif. Panti asuhan ini sendiri berstatus sebagai LKSA (Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak). (***)

