Ketua Majelis Diktilitbang: AIK Jangan Diletakkan di Pinggir
INFOMU.CO | Jakarta – Al Islam Kemuhammadiyahan (AIK) di Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah (PTMA) harus didesain menarik, gagah, dan bagus tidak boleh ‘orang yang sudah batuk-batuk’ ditugaskan mengurusi AIK.
Pesan itu disampaikan oleh Ketua Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Bambang Setiaji pada Senin (1/12) dalam Sosialisasi Panduan dan Kurikulum AIK di Universitas Muhammadiyah Prof.Dr. Hamka (UHAMKA), Jakarta.
Menyitir sejarah Nabi Muhammad, Bambang Setiaji meminta AIK di PTMA jangan diletakkan sebagai pinggiran – sebab Nabi Muhammad merupakan sosok mulia, bukan orang pinggiran dari segi manapun, termasuk nasabnya dan kelas ekonominya.
Menurutnya, saat ini terjadi pereduksian kebesaran Islam. Melihat dari sisi pelaku bisnis, kata Bambang, umat Islam terlihat begitu kecil. Reduksi ini tidak dilakukan dari luar melainkan juga dari dalam yaitu perilaku dan kecenderungan umat Islam itu sendiri.
Pilihan bisnis umat Islam menurutnya juga masih mengalami reduksi. Dia mengambil contoh seorang yang merasa sudah islami dan menjalankan sunnah Rasulullah hanya dengan berdagang minyak wangi Rp. 3.000 di pojokan masjid.
“Padahal Rasulullah itu bisnisnya unta – alat transportasi – kalau sekarang itu sama dengan jual beli pesawat,” ungkapnya.
Pada kesempatan ini Bambang Setiaji juga mengutip Surat Al Isra ayat 23 dan 24, yang berisi tentang perintah menghormati orang tua, Bambang Setiaji menjelaskan ini merupakan keunggulan Islam.
Pasalnya modernisasi yang terjadi dan dibawah oleh Barat, menjadikan anak-anak tidak lagi hormat ke orang tua. Kebebasan yang kebablasan ini menjadi fenomena modernisme di banyak tempat.
Sementara itu, dalam konteks penyelenggaraan pendidikan. Surat Al Isra ayat 23 dan 24 tersebut menjadi landasan orang tua ketika memilih sekolah untuk anak-anaknya. Sehingga sekolah yang dianggap tidak mengajarkan nilai keislaman semakin ditinggalkan. (muhammadiyah.or.id)
