Politik Islam Dalam Perspektif Alquran dan al-Hadis
(Sebagai Panduan Umat Menyambut Pilkada Serentak 2020)
(Bagian Pertama dari Dua Tulisan)
Oleh : Dr. Sulidar, M.Ag
Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara
Periode 2015-2020.
Pengertian Politik
Secara umum politik adalah menghimpun kekuatan, meningkatkan kualitas dan kuantitas kekuatan, mengawasi dan mengendalikan kekuatan, dan menggunakan ke kuatan, untuk mencapai tujuan kekuasaan dalam negara dan institusi lainnya. Dengan bahasa sederhana politik adalah merupakan perjuangan kekuasaan. Politik Islam adalah mengatur dan mengurusi kemaslahatan umat manusia sesuai dengan syariat Islam (berdasarkan Alquran dan as-Sun nah/al-Hadis). Keberadaan Politik Islam adalah sangat penting, sebab bagaimana umat manusia itu dalam memenuhi kehidupannya tidak mengalami benturan-benturan, karena diatur sedemikian rupa, sehingga hubungannya, kepada Allah swt (Khaliq), maupun kepada sesama manusia (makhluq) dapat berjalan dengan baik, damai, rukun dan pada akhirnya mewujudkan kebahagian bersama. Politik dalam kajian ini akan ditinjau dari perspektif Alquran dan al-Hadis, juga perilaku Rasul saw dalam kehidupan politiknya.
Mengapa Kekuasaan Politik itu Penting?
Jika ditelusuri perjalanan dakwah Rasul saw, dapat dilihat secara jelas dan sesuai fakta bahwa pada saat Rasul saw di kota Makkah, dakwahnya kurang efektif, bahkan boleh dikatakan hampir tidak berjalan. Pertanyaannya mengapa itu terjadi? Jawabannya adalah Rasul saw tidak memiliki kekuasaan politik. Akibatnya, umatnya atau pengikutnya dikejar-kejar, dianiaya, bahkan Rasul saw direncanakan akan dibunuh. Pada saat seperti itu, Rasul saw diperintahkan oleh Allah swt untuk hijrah menuju kota Yasrib, senuah kota kecil, belakanga kota ini berganti dengan nama al-Madinatul Munawwarah, kota yang tercerahkan. Di kota ini, Rassul saw pertama kali membangun markas besar umat Islam, yaitu masjid Quba. Kemudian lewat masjid, Rasul saw menyusun kekuatan, dengan mengumpulkan komunitas yang ada di kota Madinah. 3 komunitas besar yang dikumpulkan Rasul, yaitu Muslim, Yahudi dan Nasrani membuat kesepakatan bersama dalam suatu bentuk negara dengan pimpinannya Muhammad Rasulullah yang dipilih secara aklamasi. Memgapa Muhammad Rasulullah yang dipilih, karena Rasulullah saw sejak kecil memiliki brand kejujuran (shiddiq) yang luar biasa.
Setelah Rasulullah saw menjadi kepala negara atau presiden, maka tidak ada lagi yang berani mengejar-ngejar Rasul saw, bahkan Rasul saw menulis kepada semua negara di jazirah Arab, jika bukan kepala negara surat-surat Rasul saw tentu tidak akan dibaca oleh pimpinan negara lain. Namun tentu saja surat-surat Rasul ada yang menerima, ada yang menolak, ada yang simpati lalu memberi hadiah, tapi ada juga yang merobek-robek. Setelah kuat Negara Madani, di kota Madinah, Rasul saw bisa membebaskan kota Makkah yang dikenal dengan Fath al-Makkah. Inilah sekelumit betapa pentingnya kekuasaan politik dalam dakwah amar ma’ruf nahi munkar.
Jika dihubungkan zaman kekinian, maka dapat kita ilustrasikan, jika umat Islam ingin melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, tanpa kekuasaan politik, maka sangat tidak efektif.
Sebagai contoh, ada segolongan umat Islam ingin menutup kedai tuak atau minuman yang memabukkan, atau rumah pelacuran, mereka menggunakan golok, tombak atau senjata tajam lainnya dengan mengucapkan Allahu Akbar, memang kedai tuak tersebut mungkin tutup. Namun, energi yang digunakan hanya menutup satu kedai tuak demikian besar. Bandingkan, jika umat Islam memiliki kekuasaan politik, dengan memiliki presiden yang bertaqwa, maka cukuplah Presiden membuat keputusan, atau Kepres, dengan menyatakan “ Dalam satu bulan tidak boleh ada pabrik minuman keras, rumah-rumah judi, rumah pelacuran di wilayah Republik Indonesia”. Jika ini yang dilakukan alangkah efektifnya dakwah amafr ma’ruf nahi mungkar, karena kuasaan negara memiliki perangkat yang sangat lengkap untuk membasmi kemungkaran. Inilah fakta kecil mengapa kekuasaan politik itu sangat penting bagi umat Islam.
Alquran Mengungkap Tentang Politik
Tidak ada satau agamapun yang kitab sucinya memberikan panduan yang sangat komplit berkenaan dengan hubungan kepada Tuhannya (Hablum minallah), dan hubungan sesama manusia (habl; minannas), kecuali agama Islam, yang berdasarkan Alquran dan al-Hadis.
Allah swt Menyukai Orang Mukmin agar mempersiapkan Barisan yang Kokoh. Q.S.as-Saf/61:4:
إنَّ اللهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ (4)
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mere ka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
Pentingnya Kekuasaan Politik untuk Menjalankan Amar ma’ruf Nahi munkar Q.S.Ali Imran/3:110.
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ (110)
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Melaksanakan Amanah (bertanggung jawab)
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا اْلأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا (58)
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada mu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Q.S.an-Nisa’/4:58.
Memelihara Amanah. (bertanggung jawab)
وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (8)
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (Q.S.al-Mukminun/23:8).
Dilarang Mengkhianati Amanah yang Diemban
يَاأَيُّهَاالَّذِينَ آمَنُوالاَ تَخُونُوااللهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُواأَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. Q.S.al-Anfal/8:27.
Berperilaku Shiddiq (benar/jujur) (Q.S.at-Taubah/9:119)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ (119)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar/jujur.
Pemimpin harus adil dan tidak berbuat keji, kemungkaran dan tidak menyebarkan permusuhan dengan rakyatnya.
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (90)
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. Q.S.an-Nahl/16:90.
Berbuat Adil, Berbuat Baik dan Dilarang Beruat Fakhsya dan Mungkar serta membuat Permusuhan. Jadi, pemimpin mengayomi semua rakyatnya.
Pemimpin Mesti Berakal Sehat/Cerdas (Fathana), tidak boleh bodoh dan tolol (Botol)
يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُولُو اْلأَلْبَابِ (269)
Allah menganugerahkan al-hikmah (memahami Alquran dan As-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). Q.S.al-Baqarah/2:269.
Jika pemimpin negara bodoh dan tolol, maka akan dikendalikan oleh orang-orang yang cerdas disekelilingnya. Jika orang-orang yang pintar tersebut orang bertakwa , tidak jadi maslah, namun, jika disekelilingnya adalah bandit-bandit, atau para mafia, inilah yang menjadi bencana nasional yang akan menyengsarakan masyarakat dan rakyatnya sendiri
Tablig (menyampaikan) (Q.S.al-Maidah/5:67)
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ (67)
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan ama nat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manu sia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
Tabligh menyampaikan secara transparan semua pelaksanaan program oleh penguasa/pemerintah. Jadi, pemimpin harus transparan, tidak boleh ada yang disembunyikan untuk kepentingan rakyatnya.
Premimpin Mesti Bersifat Istiqama (Konsisten)
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (30) نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ (31) نُزُلا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ(32)
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:”Tuhan ka mi ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan:”Janganlah kamu takut dan janganlah mera sa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepa damu.”Kamilah pelindung-pe lindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di da lamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Se bagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengam pun lagi Maha Penyayang. Q.S.Fusilat/41:32-33.
Istiqama maknanya konsisten atau teguh pendiri annya dalam menjalankan kebenaran, kejujuran, keadilan dan amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupannya. Da lam hal ini adalah dalam menjalankan kekuasaan pemerin tahannya, terutama dalam melaksanakan hukum secara adil baik rakya biasa maupun pejabat.
Larangan Memilih Pemimpin Politik Orang Kafir
01 Q.S.Ali Imran/3:28. 10 Q.S.Al-Maidah/5:80.
02 Q.S.Ali Imran/3:118. 11 Q.S.Al-Maidah/5:81.
03 Q.S.Ali Imran/3:149. 12 Q.S.At-Taubah/9:16.
04 Q.S.Ali Imran/3:150. 13 Q.S.At-Taubah/9:23.
05 Q.S.An-Nisa’/4:138. 14 Q.S.Al-Qasas/28:86.
06 Q.S.An-Nisa’/4:139. 15 Q.S.Al-Mujadilah/58:14
07 Q.S.An-Nisa’/4:144. 16 Q.S.Al-Mujadilah/58:15.
08 Q.S.Al-Maidah/5:51. 17 Q.S.Al-Mumtahanah/60:13
09 Q.S.Al-Maidah/5:57.
Sebagai contoh Larangan Memilih Pemimpin Yahudi dan Nasrani
Q.S.al-Maidah/5:51:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (51)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
Larangan menolong orang kafir. Q.S.Al-Qasas/28:86.
وَمَا كُنْتَ تَرْجُو أَنْ يُلْقَى إِلَيْكَ الْكِتَابُ إِلا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُونَنَّ ظَهِيرًا لِلْكَافِرِينَ (86)
Dan kamu tidak pernah mengharap agar Alquran diturun kan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong bagi orang-orang kafir.
Al-Hadis berbicara tentang politik
Menggunakan(تَسُوسُهُمْ)
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ فُرَاتٍ الْقَزَّازِ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا حَازِمٍ قَالَ قَاعَدْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ خَمْسَ سِنِينَ فَسَمِعْتُهُ يُحَدِّثُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي وَسَيَكُونُ خُلَفَاءُ فَيَكْثُرُونَ قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ الْأَوَّلِ فَالْأَوَّلِ أَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ.
Telah bercerita kepadaku Muhammad bin Basysyar telah bercerita kepada kami Muhammad bin Ja’far telah berce rita kepada kami Syu’bah dari Furat Al-Qazaz berkata, aku mendengar Abu Hazim berkata;”Aku hidup mendampingi Abu Hurairah ra. Selama lima tahun dan aku mendengar dia bercerita dari Nabi saw. yang besabda:”Bani Isra’il, kehidupan mereka selalu diurusi (siyasah) urusannya oleh para Nabi, bila satu Nabi meninggal dunia, akan dibang kitkan Nabi setelahnya. Dan sungguh tidak ada Nabi se peninggal aku. Yang ada adalah para khalifah yang banyak jumlah nya”.Para sahabat bertanya;”Apa yang baginda pe rintahkan kepada kami?”Beliau menjawab:”Penuhilah bai’at kepada khalifah yang pertama (lebih dahulu di angkat), berikanlah hak mereka karena Allah akan bertanya kepada mereka tentang pemerintahan mereka” .H.R.al-Bukhari. No hadis 3196.
Dari hadis di atas menegaskan bahwa politik (siyasah) itu bermakna mengurusi urusan masyarakat. (bersambung)

