Tarutung, InfoMu.co – Ulos batak di Tapanuli Utara menjadi salah satu produk lokal yang memenuhi pasar lokal, nasional bahkan internasiona. Hampir sebagian besar masyarakat di Tarutung mengandalkan hasil tenun ulos dan songket untuk membantu perekonomian mereka.
Dari Tarutung, jurnalis infoMu.co Muslim Hutabarat melaporkan, di Tapanuli Utara, para penenun kain ulos adalah kaum wanita dan ada juga laki-laki yang sudah pandai bertenun tapi masih terbatas. Ada yang pokus pekerjaan hanya menenun ulos saja ada juga Usai bekerja di ladang, ketika mereka pulang kerja lalu mulai menenun di sebuah ruangan khusus untuk bertenun di rumah mereka. Di dalam ruang kerja terdapat alat tenun tradisional dan alat pintal benang beraneka warna.
Para wanita di Tarutung sudah belajar memintal sejak masih sangat kecil karna mereka di ajari orang tuanya. Diawali dengan membantu penenun yang sudah mahir, kemudian belajar keahlian menenun tahap demi tahap, mulai dari mengikat, menata benang hingga menenun dengan motif yang berbeda-beda.
Umumnya, ulos memiliki warna merah, hitam dan putih dengan sentuhan benang emas atau perak.
Biasanya para wanita penenun di Tarutung memiliki alat tenun sendiri. Jadi, mereka bisa membuat ulos dari rumahnya masing-masing. Dalam seminggu ada yang hanya bisa menghasilkan satu helai kain ulos dan ada juga yang lebih dari satu. Masing-masing lembar ulos umumnya memiliki panjang dua meter.
Hasil tenun mereka akan di jual ke pasar Tarutung dan ada juga diambil oleh toke atau orang yang mengumpulkan kain ulos untuk di jual. Sehelai ulos biasanya dihargai sekitar 200 – 400 ribu. Nilai tersebut tergantung pada seberapa halus dan kualitas kain ulos yang dihasilkan.
Selain ulos, Tarutung juga dikenal sebagai salah satu penghasil songket dengan kualitas terbaik. Songket Tarutung juga dihargai lebih mahal dibandingkan ulos.
Hasil tenun songket Tarutung memang diakui lebih halus dibandingkan dengan yang dihasilkan di daerah lainnya. Makanya, tak heran jika satu setel ulos dan songket asal Tarutung bisa dihargai mulai dari Rp 1 juta.
Ulos sendiri merupakan bagian penting dalam kehidupan masyarakat Batak. Setiap helai ulos memiliki motif masing-masing dengan makna yang berbeda-beda. Penggunaan ulos pun memiliki makna yang berbeda-beda. Tergantung pada yang memakai lelaki atau perempuan, suasana senang atau sedih dan hal lainnya.
Ulos dan songket biasanya digunakan pada saat upacara adat. Hasil tenun dari daerah di Tapanuli Utara, salah satunya Tarutung, menjadi yang paling dicari karena kualitasnya.
Kini, tenun Taturung mulai dimodifikasi menjadi pakaian modern, seperti jas, kemeja, gaun dan lainnya. Namun, memang yang paling sering kita jumpai adalah tenun berbentuk songket dan ulos yang masih umum digunakan oleh masyarakat Batak pada acara keagamaan atau pun pernikahan. (muslim hutabarat)

