• Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
Infomu
No Result
View All Result
Gerakan Literasi Berbasis Riset Kader

Macam-Macam Paradigma Ikatan

Syaiful Hadi by Syaiful Hadi
24 Juli 2024
in Opini
0

Macam-Macam Paradigma Ikatan

Oleh : Ahmad Rody Nasution Sekretaris Riset Pengembangan Keilmuan IMM FAI UMSU

Paradigma sebuah ikatan dapat didefinisikan dalam berbagai teori sesuai denga sudut pandang setiap kader. Ada yang menyatakan paradigma merupakan citra yang fundamental dari pokok permasalahan suatu ilmu. Oleh karena itu paradigma tak asing di dalam ikatan, sebab dapat mengkoordinasikan pengetahuan dan memberikan makna bagi yang berasumsi.

Paradigma Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang dimaksud penulis di sini menggariskan apa yang seharusnya dipelajari, pernyataan-pernyataan yang seharusnya dikemukakan dan kaidah-kaidah apa yang seharusnya diikuti dalam menafsirkan jawaban yang diperolehnya. Paradigma diibaratkan sebagai jendela, tempat mengamati dunia luar, dan bertolak menjelajahi dunia dengan wawasan. DjazmanAl Kindi mendefenisikan tentang paradigma ikatan itu gambaran fundamental mengenai subjek ilmu pengetahuan. Pak
Djazman memberikan batasan apa yang harus dikaji, pertanyaan yang arus diajukan, bagaimana arus dijawab , dan aturan-aturan yang harus diikuti dalam memahami jawaban yang diperoleh IMM. Paradigma merupakan unit consensus yang amat luas dalam ilmu pengetahuan dan dipakai untuk melakukan pemilihan masyarakat ilmu pengetahuan yang satu dengan masyarakat pengetahuan yang lain.

Konsep paradigma pertama kali dikenalkan oleh Thomas Kuhn dalam karyanya The Structure of Scientific Revolution, kemudian dipopulerkan ole Robert Friedrichs melalui bukunya Socilology of Sociology 1970. Tujuan utama dalam buku Kuhn ; ia menentang asumsi yang berlaku secara umum dikalangan ilmuan mengenai perkembangan ilmu pengetahuan. Kalangan ilmuan pada umumnya berdiri bahwa perkembangan kemajuan ilmu
pengetahuan merjadi secara komulatif.

Kuhn menilai pandangan demikian merupakan mitos yang harus dihilangkan. Sedangkan tesisnya mengatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan bukan terjadi secara komulatif tetapi secara revolusi.

Paradigma IMM mengacu pada orientasi perseptual dan kognitif yang dipakai oleh masyarakat komunikatif untuk memahami dan menjelaskan aspek tertentu dalam kehidupan sosial. Paradigma ikatan terbatas pada pandangan dua hal ; Pertama, paradigma ikatan yang hanya dimiliki oleh kalangan terbatas dan tidak mesti diterima oleh kader. Kader yang menerima paradigma ini adalah kader ilmiah, terciptanya komunikasi guna menciptakan paradigma ikatan. Kedua, paradigma ikatan yang berlaku dalam aspek tertentu dari kehidupan dan bukan aspek yang menyeluruh.

Sebagaimana dalam pandangan Stephen Cotgrove, bahwa paradigma memberikan kerangka makna,sebagai pengalaman memberikan makna dan dapat dipahami. Oleh karena itu, paradigma dalam ilmu dapat dijadikan referensi yang menjadi dasar dari ilmu ini untuk memecakan masalah ikatan.

Paradigma Positivistik Merupakan paradigma yang paling awal muncul dalam dunia ilmu pengetahun
berikatan. Keyakinan paham aliran ini pada antology realisme yang menyatakan bahwa realitas ada (exist) dalam kenyataan berjalan sesuai dengan hukum alam. Saint Simon menggunakan metodologi ilmu alam dalam membaca realitas masyaraakt (kader) harus menyeluruh dikarenakan gejalah ber-ikatan saling berhubungan satu dengan yang lain dan sejarah perkembangan masyarakat (kader) sebenarnya menunjukkan suatu kesamaan.
Cara berpikir manusia mulanya bersifat teologis, spekulatif tetapi kemudian berkembang mendekati kenyataan bersifat konkret, oleh karena itu besikap positif dan ilmiah.

Perkembangan pemikiran menurut Auguste Comte terbagi menjadi tiga macam kerangka teologi, dalam tingkat pemikirannya menganggap bahwa setiap gejala terjadi dan bergerak berada dibawa pengaruh Supranatural, Metafisik dengan kerangka berpikir Abstrak yang menganggap bahwa alam semesta dan segala isinya dapat dipahami dan diterangkan oleh kenyataan-kenyataan objektif atau positif.

 Paradigma Kontruktivisme

Paradigma kontruktivisme dalam ilmu ikatan sebagai kritik terhadap ilmu ikatan positivistik. Menurut paradigma ini, bahwa realitas ikatan secara ontologis memiliki bentuk bermacam-macam yang merupakan konstruksi mental, berdasarkan pengalaman sosial, bersifat lokal, spesifik dan tergantung pada kader yang melakukan. Realitas ikatan yang bisa dilakukan oleh kaum positivistik setelah diamati tidak dapat digeneralisir pada semua orang. Epistemologi antara pengamatan dan objek dalam aliran ini bersifar satu kesatuan, subjektif dan merupakan asil perpaduan interaksi antara keduanya. Aliran ini menggunakan metodologi hermeneutis dan dialektis dalam proses mencapai kebenaran. Konstruktivis dapat ditelusuri dari pemikiran Max Weber yang menjadi ciri khas bahwa prilaku manusia secara fundamental berbeda dengan realitas ikatan. Cara konstruksi

Macam-Macam Paradigma Ikatan yang dilakukan dengan cara memahami atau memberikan makna terhadap prilaku mereka (kader) sendiri. Oleh karena itu tugas ikatan dalam hal ini mengamati cara kader melakukan panafsiran, dan memberi makna terhadap realitas. Makna berupa partisipan kader dalam melakukan konstruksi melalui proses partisipasi dalam kehidupan dimana ia hidup.

 Paradigma Kritis
Kader kritis tidak dapat dilepaskan dari pemikiran filosofi kontemporer, yang mencoba mengembangkan teori Marxian guna memecakan persoalan yang dihadapi sekarang. Teori ini merupakan upaya pengkritikan terhadap Te Founding Father dari filsafat Jerman dan mengkritik pemikiran Marx yang telah menjadi ideologi bukannya ilmu. Marx yang telah menjadi ideologi dapat dilihat pada negara komunis sehingga ajaran Marx membatu dan tidak bersifat transformatif. Secara garis besar mazhab Frankfurt dalam kelahirannya menkritisi pemikiran ilmu dan realitas. Ritzer mencoba memetakan sasaran kritik pada pemikiran dari mazhab Frankfurt yang terdiri dari; kritik terhadap dominasi ekonomi dan sosiologi yang pada intinya mengatakan bahwa sosiologi bukan sekedar ilmu dan metode tetapi harus dapat mentransformasikan struktur ikatan dan membantu masyarakat keluar dari tekanan struktur.

Kritik filsafat positivistik yang memandang masyarakat sebagai objek (alam) dan tidak tanggap terhadap perubahan, kritik terhadap masyarakat modern yang telah dikuasi oleh revolusi budaya, kritik budaya (birokrasi) yang menyebabkan masyarakat dibatasi oleh mekanisme administrasi, dan melahirkan budaya semu yang lahirkan represifitas struktur yang melumpuhkan kader.

 Paradigma Profetik
Profetik merupakan tugas berat yang harus diemban agar dapat menjadikan nilai-nilai islam diterima. Secara kelahiran profetik merupakan suatu hasil dari pemikiran tokoh yang prihatin melihat realitas sekarang dan mencoba untuk melakukan transformasi guna menciptakan yang lebih baik. Profetik sebagai produk dari pemikiran perlu mendapatkan pengkritisan sebagai sarana pembenahan baik segi teori maupun metodologinya sehingga profetik dapat sejajar dalam paradigma ikatan yang lain. Profetik selama ini, merupakan suatu gerilya intelektual dan masih dimiliki oleh kalangan akademisi tetapi hanya sekedar wacana dan diskusi. Pemahaman kalangan akademisi tentang profetik belum dapat disejajarkan dengan paradigma ikatan yang lain.

Pemahaman tersebut menjadikan akademisi kurang begitu serius, menjadikan paradigma ini setara dan sejajar dengan paradigma ikatan lain yang bercorak liberal ataupun yang perfeksionis. Oleh karena itu, perlu adanya kajian yang lebih matang tentang profetik guna merekonstruksikan, agar profetik dapat digunakan untuk melihat dan menyelesaikan problem ikatan yang selama ini terjadi.

Sebagai mana dalam sosiologi pengetahuan , profetik sebagai produk dari pemikiran agar tidak membeku, menjadi ideologi dan menjadi mitos baru, maka perlu melakukan refleksi diri dan evaluatif. Dalam kata profetik juga, Kuntowijoyo memberikan gambaran tentang konsep kesadaran profetis, di lontarkan oleh Iqbal dalam bukunya Membangun Kembali Pemikiran Agama Islam. Muhammad dengan tuhan, seandainya nabi seorang
mistikus dan sufi, ia pasti tidak akan kembali karena sudah tentram dan tenang bersamanya.

Tetapi ini lain, nabi kembali ke bumi untuk melakukan perubahan dalam rangka merubah sejarah, melakukan transformasi profetik. Selanjutnya kata profetik juga terinspirasi dari seorang filosof Perancis Roger Garaudy dalam bukunya janji-janji Islam, disana dipaparkan bahwa peradaban barat tidak memuaskan dikarenakan terombang ambing dalam kedua kutub besar yakni idealisme dan materialisme .

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada allah Swt (QS. Al Imran; 110)

*** Penulis, Ahmad Rody Nasution Sekretaris Riset Pengembangan Keilmuan IMM FAI UMSU

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
  • Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru) Cetak
Tags: paradigma ikatan
Previous Post

Ketum PPNA: Keluarga Miliki Peran Penting dalam Pemenuhan Hak Anak

Next Post

Inna Lillahi wa Innailaihi Rajiun. Hamzah Haz Berpulang Kerahmatullah

Next Post
Inna Lillahi wa Innailaihi Rajiun. Hamzah Haz Berpulang Kerahmatullah

Inna Lillahi wa Innailaihi Rajiun. Hamzah Haz Berpulang Kerahmatullah

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Beranda
  • Kabar
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar
  • Pendidikan
  • Redaksi
Call us: +1 234 JEG THEME

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.