• Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
Infomu
No Result
View All Result
Kolom Dr. Masri: Taktik Membangun Diktator Proletar

Dr. Masri Sitanggang anggota BPU-PPII Pendirian Partai Masyumi

Kolom Dr. Masri: Taktik Membangun Diktator Proletar

Syaiful Hadi by Syaiful Hadi
6 Oktober 2020
in Kabar, Kolom
86

TAKTIK MEMBANGUN DIKTATOR PROLETAR

Oleh Dr. Masri Sitanggang

_*Komunisme tidak mungkin lepas dari kediktatoran. Lawan tersadar ketika segalanya sudah terlambat. Bagaimana di Indonesia ?*_

Semua negara berideologi komunis dipastikan diktator.  Tidak ada yang namanya demokrasi. Kalau pun ada, itu cuma kamuflase, sifatnya  sementara  dalam rangka merebut kekuasaan. Yang berkuasa adalah Partai Komunis. Partai lainnya harus terpenjara. Bahkan dalam tubuh partai komunis sendiri pun, orang yang bertentangan dengan pimpinan partai harus dihabisi dengan segala cara. Simaklah sejarah semua negara komunis, di belahan mana pun di dunia ini, akan ditemukan kisah-kisah sadis itu.

Ini ideologi ultra ekstrim, yang cuma bisa ditegakkan dengan pemaksaan. Karl Marx –“nabi”nya orang-orang komunis, sadar betul akan hal itu. Karena itulah dalam ajarannya, Marx membangun teori dialektika –untuk menghadapi kapitalisme, sebagai berikut : Kapitalisme sebagai these, kediktatoran proletar atau fase sosialisme sebagai antithese dan komunisme sebagai sinthese.

Kapitalisme yang dipandang sebagai sebuah sistem penghisapan kaum buruh oleh kaum bermodal, melahirkan mimpi Marx tentang kehidupan bersama di mana sumber daya menjadi milik bersama sehingga tercipta masyarakat sama rasa sama rata. Singkatnya, masyarakat tanpa kelas.  Tetapi masyarakan mimpi itu tidak akan hadir dengan sendirinya. Diperlukan antithese dari kapitalisme. Itulah diktator proletariat, diktator kelas buruh.

Jadi, dalam perjalanan ideologi komunis, kediktatoran adalah sebuah keniscayaan. Sesuatu yang harus diciptakan untuk meraih mimpi komunisme. Teorinya, kapitalisme harus dihabisi (oleh kaum buruh) sampai tuntas melalui kekuasaan diktator dan selanjutnya kekuasaan akan menciptakan hidup sama rata sama rasa itu. Pada tahap akhirnya, bila suasana yang diimpikan telah tercipta, negara pun tidak diperlukan lagi.

Mimpi komunis terasa indah bagi kaum marjinal dan oleh karenanya banyak yang terpikat. Tapi apakah bisa diwujudkan ? Tidak ! Sepanjang sejarah komunis di dunia, sejak landasan ideologinya dicanangkan Marx  dkk –dan diterapkan Lenin, Stalin Mao Zedong dll—masyarakat yang diimpikan tetap saja berupa mimpi.  Alih-alih terwujud, negara-negara komunis hancur berantakan setelah menelan korban 120 juta jiwa selama 74 tahun (1917-1991) di 76 negara di dunia.  Komunis gagal total sebagai ideologi dan menjadi penjagal manusia nomor wahid sepanjang sejarah.

Kini, bicara negara komunis, orang mungkin merujuk pada RRC yang tumbuh menjadi suatu kekuatan dunia. Tapi ternyata RRC justeru mengadopsi ekonomi negara kapitalis. Apakah kapitalis diterapkan sepenuhnya ? Tidak juga. Penguasa dan pemilik modal, bebas memiliki properti dan itu dari kalangan partai Komunis. Rakyat pekerja tetap saja diperlakukan sebagai orang yang tidak punya hak milik pribadi (ciri komunis). Hidup para pekerja dijatah negara. Watak dasar komunis, seperti memusuhi agama dan demokrasi serta menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, pun tetap dipertahankan.

Untuk mempertahankan diktator proletar, rakyat harus tetap dijejali mimpi hidup tanpa kelas. Suasana revolusi progressif melawan kaum borjuis terus didengang-dengungkan agar rakyat sepenuhnya memercayakan (menyerahkan) hidup mereka kepada negara. Dengan begitu, penguasa –atas nama negara, mendapat legitimasi kuat untuk menghabisi sesiapa yang dianggap berpotensi untuk berbeda pandangan. Penguasa Cuma perlu menyandangkan kepada tereksekusi predikat seperti menghambat jalananya revolusi, menentang ideologi negara, musuh negara,   musuh rakyat atau antek kapitalis.

Jadi, di negara komunis, jangan berharap ada diskusi beda pendapat. Kekuasaan ada di tangan segelintir, bahkan hanya di tangan satu orang. Ucapannya adalah firman dan akan menjadi ajaran bagi semua orang.

Apakah Marx dalam menyusun dialektikanya itu memang ingin membangun sebuah terori ilmu pengetahuan, atau ada semangat lain yang mendorongnya ? Soalnya, jika saja Marx mau sedikit jujur, ia akan menemukan jalan yang benar. Dialektika tersebut tidak memerlukan kediktaroran sebagai antithese. Jadi, cukup Kapitalisme (sebuah kenyataan) sebagai these dan sosialisme (sebuah teori) sebagai antithese. Tapi memang, hasilnya –sebagai sinthese, bukanlah komunisme; bukan masyarakat sama rata sama rasa. Hasilnya adalah : masyarakat yang mengakui adanya hak milik pribadi dan adanya hak milik serta tanggung jawab sosial yang diatur oleh negara. Yang demikian itu tidak lain adalah Islam. Sebuah ajaran yang menempatkan keadilan dan kemanusian dalam kehidupan sosial. Etahlah, apakah Marx pada masa itu tidak sempat bersentuhan dengan ajaran Islam, atau sejatinya ia memang terdorong untuk membuat ajaran sendiri. Yang pasti, oleh Marx, agama dijadikan musuh  seperti (bahkan melebihi) kapitalisme.

Untuk merebut kekuasaan dan membangun diktator proletar, kaum komunis menjalankan beberapa taktik, yakni :

Taktik “memotong salami”. Taktik ini mengikuti apa yang diajarkan Stalin, yakni mengiris tipis-tipis salami, seiris demi seiris hingga akhirnya selesai.

Taktik “desa mengepung kota”. Ini diajarkan Mao Tse Tung (Mao Zedong) ketika awal didirikannya Partai Komunis Cina, yakni  strategi menghindari pertempuran yang sulit di kota dan memokuskan merebut dan menguasai ladang dan sumber daya yang diandalkan oleh orang kota untuk bertahan hidup.

Taktik “strategi kubis”. Taktik ini seperti yang digambarkan Mayor Jenderal Zhang Zhaozhong dalam upaya akan mengambil alih Laut China Selatan. Dalam hal ini, Cina pertama-tama mengirim kapal penangkap ikan, kemudian kapal pengintai maritim untuk patroli, dan akhirnya kapal perang. “Pulau itu dibungkus selapis demi selapis seperti kubis… strategi kubis telah terbentuk,” kata Zhang Zhaozhong.

Tiga taktik ini bisa dijalankan sendiri-sendiri atau secara bersama-sama sekaligus.  Semuanya memiliki kesamaan, yakni membuat musuh tidak menyadari adanya ancaman.  Ketika kemudian sadar apa yang sedang terjadi, musuh merasa semuanya sudah terlambat.

Taktik Salami, biasa diterapkan di negara-negara demokrasi. Partai komunis bersekutu dengan partai-partai yang kuat untuk mengisolir dan membinasakan musuhnya yang sama kuat. Bila tugas itu telah usai, persekutuan lain dibuat lagi dengan maksud mengisolir dan membinasakan musuh yang tadinya dijadikan sekutu. Begitulah seterusnya sampai semua musuh dibinasakan dan tinggallah komunis yang berkuasa.

Di Indonesia, Partai Komunis (PKI) oleh para pemimpin bangsa dianggap sangat berbahaya. Sebab itulah, sejak merdeka, PKI selalu berada di luar pemerintahan. Keadaan berubah setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 (AZ Abidan  dan Baharuddin Lopa 1982). Melalui konsepsi Nasakom, dengan cara-cara pemaksaan, masuklah PKI dalam segala kegiatan pemerintahan baik dalam eksekutif atau pun legislative.

PKI merangkul kuat Sukarno (PNI) sehingga  PKI semakin berkuasa dan semakin dipercaya oleh Presiden Sukarno. Tokoh-tokoh PKI yang mengetahui betul watak dan sifat Sukarno yang suka diagung-agungkan,  menyeponsori pemberian gelar-gelar agung. Maka, Sukarno pun digelari Nakhoda Agung, Petani Agung, bahkan dinobatkan sebagai presiden seumur hidup yang sesungguhnya melanggar UUD 1945. Dalam pada itu, Sukarno pun mengapresiasi PKI dengan menyatakan bahwa PKI-lah yang paling revolusioner.

Mabuklah sang raja, tetapi mahkotanya belum bisa dirampas. Maka, taktik salami dirubah dalam operasinya. PKI menjadikan semua partai (PNI, Masyumi, NU, Parkindo, Katolik, PSII, PSI, Murba) sebagai salami. Lallu akan dipotong seiris demi seiris.

Musuh utama –dan yang paling ditakuti,  PKI adalah Partai Masyumi.  Maka, Masyumi-lah  pertama yang harus dihabisi. PKI membangun “perkawanan” dengan PNI, NU, Parkindo, Katolik, PSII dan Murba. Perkawanan diarahkan untuk mengucilkan dan memusuhi Masyumi. Ditebarlah berbagai fitnah dengan membuat dokumen-dokumen palsu yang menuduh Masyumi ingin membrontak. Berhasil. Terbitlah Keputusan Presiden RI No.200 Th 1960  tentang pembubaran Partai Masyumi (partai pemenang pemilu urutan ke-2 setelah PNI). Kemudian, terbit pula Keputusan Presiden RI No. 201 tahun 1960 tentang pembubaran Partai Sosialis Indonesia (PSI).  Selanjutnya, Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba) dibekukan dan dibubarkan pada September 1965. Partai ini dituduh menerima uang US$ 100 juta dari CIA untuk menggulingkan Presiden.

Sukses. Tapi Masyumi masih mempunyai akar kuat di masyarakat karena sejumlah organisasi massa pendukung seperti Pelajar Islam Indonesia (PII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII). Oraganisasi-organisasi ini tidak pelak menjadi sasaran untuk di habisi. Tapi cuma GPII yang berhasil dibubarkan melalui Keputusan Presiden RI No.139 tahun 1963. Dalihnya, beberapa anggota GPII terlibat usaha pembunuhan Soekarno di Cikini, Jakarta, serta dalam kesempatan shalat Idhul Adha di lapangan istana. Di sebut juga bahwa GPII telah “menghambat” penyelesaian revolusi.

Begitulah taktik salami dijalankan, sehinga partai-partai dan para pendukung Nasakom pun tidak lepas dari operasi ini. PNI sulit ditaklukkan, maka dibelah menjadi PNI-Asu yang pro komunis dan PNI-Osa-Maliki yang moderat anti PKI. Juga ABRI coba dipecah-belah, sehingga komposisi akhir yang diharapkan adalah PKI + PNI-Asu + sebahagian kekuatan ABRI (terutama diharapkan AURI dan ALRI) beserta massanya melawan Partai-partai Agama + PNI-Osa-Maliki dan sebagian besar AD (Abidin dan Lopa, 1982).

“Dari desa mengepung kota” dijalankan dengan menguasai lahan-lahan garapan yang dilakukan dengan berbagai cara termasuk menyingkirkan “setan-setan desa”, sebutan bagi guru-guru ngaji di desa. Misi ini ditunaikan oleh Barisan Tani Indonesia, organisasi underbow PKI. Di lapangan, mereka berhadapan dengan Serikat Tani Islam Indonesia, organisasi yang berafliasi dengan Masyumi.

Demikianlah taktik ini dijalankan, sampai akhirnya rakyat tersentak dan baru tersadar beberapa waktu menjelang G30S/PKI. Ini disebabkan karena sejumlah ulama telah menjadi korban penganiayaan atau dipenjarakan tanpa proses dan selanjutnya peristiwa malam penjagalan jendral-jendral itu.

Akankah Komunis bangkit kembali di Indonesia ? Jawabnya tergantung kesaradaran dan kepekaan kita. Apakah kita merasa ada operasi salami yang memecah belah kesatuan bangsa dan ummat Islam khususnya ? Apakah ada kita rasakan upaya melecehkan agama serta fitnah terhadap para pemimpin agama (ulama) ? Apakah kita merasa bahwa lahan-lahan –dan kekayaan sumber daya alam tentu saja, kita telah dikuasai kelompok tertentu ? Adakah gelagat yang menunjukkan upaya ingin membangun dan mengendalikan ideologi negara di tangan kekuasaan ? Terakhir, adakah kita rasakan upaya-upaya untuk menjadikan pemerintahan otoriter ? Jika jawab dari pertanyaan-pertanyaan ini adalah “ya”, maka waspadalah !

Mengenai ideologi, kita bersyukur karena Pancasila bukanlah ideologi negara, melainkan Landasan falsafah negara.  Pancasila adalah titik temu atau common platform dari semua aliran politik yang ada di Indonesia. Jika Pancasila kemudian dijadikan  ideologi negara, apalagi tafsirnya ada di tangan penguasa, maka diktator dipastikan akan lahir. Apakah komunis, tergantung siapa penguasanya.
_Wallahu a’lam bisshawab._

Penulis, Dr. Masri Sitanggang: Ketua Panitia Masyumi Reborn; Ketua Komisi di MUI Medan

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
  • Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru) Cetak
Tags: diktator proletarkolommasri sitanggang
Previous Post

Kolom Haedar Nashir: Muhammadiyah Gerakan Wasithiyah Berkemajuan

Next Post

Pemuka Agama Buat Petisi Tolak RUU Ciptakerja

Next Post
Pemuka Agama Buat Petisi Tolak RUU Ciptakerja

Pemuka Agama Buat Petisi Tolak RUU Ciptakerja

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Beranda
  • Kabar
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar
  • Pendidikan
  • Redaksi
Call us: +1 234 JEG THEME

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.