Semarang, InfoMu.co – Meski Muhammadiyah saat ini lebih dikenal dengan gerakan pendidikan, kesehatan, sosial, budaya, dan ekonomi. Namun jarang publik mengetahui perjuangan Muhammadiyah untuk kemerdekaan Indonesia juga dilakukan secara fisik.
“Jadi perjuangan Muhammadiyah bukan hanya dari aspek pendidikan, kesehatan, sosial. Tapi juga gerakan perlawanan fisik untuk Indonesia yang merdeka. Dan ini menandakan bahwa kontribusi dari kiprah gerakan Muhammadiyah itu buka hanya dalam cakupan Islam yang eksklusif tetapi menghadirkan yang inklusif. Islam yang semuanya. Sebagai manifestasi islam rahmatan lil alamin,” kata Haedar.
Tidak banyak orang tahu, selain Resolusi Jihad yang meletus di Surabaya, di Yogyakarta dan sekitarnya juga meletus gerakan Askar Perang Sabil (APS) yang dikomando langsung oleh Ketua PP Muhammadiyah yaitu Ki Bagus Hadikusumo untuk berjuang meraih kemerdekaan Indonesia secara utuh.
“Perang Gerilya bahkan kita tahu di komandani langsung oleh jendral sudirman sebagai kader Muhammadiyah,” kata Haedar.
Bahkan Presiden Sukarno Sang Proklamator adalah kader Muhammadiyah. Sukarno muda merupakan kader yang belajar langsung kepada KH. Ahmad Dahlan. Perjumpaan yang terjadi antara KH. Ahmad Dahlan dengan Sukarno muda sering berlangsung di Surabaya di rumah HOS Cokroaminoto.
“Kita tahu soekarno adalah anggota resmi Muhammadiyah, bahkan menjadi pimpinan majelis pendidikan Muhammadiyah (di Bengkulu) saat itu. Yakni tahun 30-an sampai bahkan beliau ketika berada di bengkulu tahun 1938,” ungkap Haedar.
Guru Besar Sosiologi ini berharap, jejak sejarah tentang kiprah Muhammadiyah itu menyatu dalam jiwa dan semangat kader Muhammadiyah masa kini, sampai nanti. Islam yang dipraktikan oleh Muhammadiyah bukan yang ekslusif, tapi inklusif dan mencerahkan bagi semua.
Haedar menambahkan, untuk PP Muhammadiyah periode 2022-2027 sedang menguatkan pilar ketiga hasil Mukatamar ke-47 yaitu pilar ekonomi. Sehingga selain gerakan fisik, pendidikan, kesehatan, sosial, budaya, juga ada gerakan ekonomi. (muhammadiyah.or.id)

