• Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
Infomu
No Result
View All Result
Muhammadiyah dan Perlis dapat Menjadi Kekuatan Islam yang Lahir dari Asia Tenggara

Haedar Nashir: Tidak Ada Sistem Politik Islam yang Tunggal dan Absolut

Syaiful Hadi by Syaiful Hadi
11 Oktober 2023
in Sosial Politik
0

Yogyakarta, InfoMu.co – Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir menegaskan, dalam konteks politik, Muhammadiyah berpandangan bahwa segala hal terkaitnya adalah sebagai ranah ijtihad. Hal itu diperkuat oleh fakta sejarah bahwa tidak ada sebuah sistem politik Islam yang definitif, absolut, dan tunggal.

Menurut dia, Nabi Muhammad tidak pernah secara ‘jahr’ (secara terang, jelas, gamblang) menyebutkan seperti apa bentuk negara atau sistem politik yang paling tepat, bahkan hingga menyebabkan perdebatan panjang di kalangan para sahabat dan umat Islam, sepeninggal Rasulullah.

“Realitas ini sebagai sinyal kuat bagi kita, baik pembelajar ilmu politik Islam maupun kita sebagai elit maupun umat Islam untuk menempatkan politik yang rentangan aspek dan cara pandangnya yang A sampai Z,” terang Prof Haedar, dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Jumat (29/9/2023) lalu.

Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu menjelaskan, umat Islam modern tidak memiliki pilihan tunggal tentang sistem politik, baik sebgai entitas nation maupun sebagai entitas state di negara-negara Islam. Hal itu disebabkan realitas bahwa Nabi Muhammadiyah tidak pernah menetapkan atau menunjukkan sistem politik tunggal, baik dalam Al-Quran maupun hadits.

“Karena memang bahan dasarnya berada pada wilayah ijtihad. Masalah kemudian terjadi di kemudian hari ada golongan-golongan yang dengan pandangan absolute, dan memutlakkan pandangan-pandangan politik dan sistem politik tunggal,” ungkap Prof Haedar.

Lebih lanjut, menyitir pandangan dari Bahtiar Effendy, Prof Haedar menerangkan, sistem politik Islam kehilangan tiga aspek, disebabkan oleh semakin menguatnya kelompok-kelompok islamis yang kemudian berpandangan tunggal dan absolut terhadap sistem politik.

Pertama, kata dia, umat Islam telah kehilangan kemampuan dalam negosiasi, baik di kalangan sendiri maupun dengan pihak lain. “Kedua, karena sistem politik tunggal dan serba prinsip umat Islam kehilangan kemampuan untuk beradaptasi. Ketiga, karena sistem politik tunggal tersebut umat Islam kehilangan kemampuan untuk berkompromi,” tandas Prof Haedar.

Dampak dari kegagalan dalam mengelola tiga aspek tersebut, menurut Prof Haedar menyebabkan kegagalan politik Islam, yang kemudian itu semakin menambah dan mengakumulasi politik Islam menjadi semakin rigid, reaktif, semakin tunggal, dan kegagalannya semakin menguat. “Dari ini kemudian lahirlah neo-revivalisme Islam dan neo-fundamentalisme Islam,” kata dia.

Ketika melihat kecenderungan sikap partai politik yang mengatasnamakan Islam saat ini, Prof Haedar berpendapat, bahwa mereka lebih cenderung sebagai kelompok neo-fundamentalisme Islam. Bagi dia, kecenderungan tersebut memiliki potensi besar kegagalan-kegagalan yang akan terus berulang. (maklumat)

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
  • Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru) Cetak
Tags: sistem politik islam
Previous Post

Bantu Anak Penyandang Tuna Rungu-Wicara, Mahasiswa FKIP UMSU Membuat Inovasi Animation Mathbook

Next Post

Musyran Muhammadiyah Perluasan, Titik Awal Konsolidasi PCM Serbelawan

Next Post
Musyran Muhammadiyah Perluasan, Titik Awal Konsolidasi PCM Serbelawan

Musyran Muhammadiyah Perluasan, Titik Awal Konsolidasi PCM Serbelawan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Beranda
  • Kabar
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar
  • Pendidikan
  • Redaksi
Call us: +1 234 JEG THEME

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.