• Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
Infomu
No Result
View All Result
Ketua MUI: Dai Harus Cerdas Posisikan Diri Kapan Tegas dan Lentur

Ketua MUI: Dai Harus Cerdas Posisikan Diri Kapan Tegas dan Lentur

Syaiful Hadi by Syaiful Hadi
30 November 2022
in Kabar
0

Jakarta, InfoMu.co – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Cholil Nafis, berpesan agar para dai dapat bersikap statis tetapi di saat lain harus bersikap dinamis dalam menyampaikan kebenaran.

Hal itu disampaikan dalam standardisasi Dai ke-18 Komisi Dakwah MUI secara virtual. Kiai Cholil menjelaskan, umat Islam yang tergabung di MUI adalah ahli sunnah wal jamaah yang tidak ekstrem kanan dan kiri.

“Tidak menjadi radikalis dan ekstremis bahkan teroris, juga tidak boleh liberalis,” ujar Kiai Cholil secara virtual dalam perjalanannya menuju New Delhi, India, Senin (28/11/2022).

Oleh karena itu, Kiai Cholil berpesan agar para dai dapat moderat dalam memahami teks serta memahami kapan kalanya berbicara mengenai literalis, realistis, maupun substansialistis.

“Kapan kita mengambil teks secara apa adanya, kapan kita mengambil makna majaznya dan mengambil yang bisa dilaksanakan dari ajaran agama?,” paparnya.
Dalam kondisi tertentu seperti gempa di Cianjur ini, kata Kiai Cholil, para dai harus memahami kapan bersikap liberalis yang harus digantikan dan dikuburkan dalam keadaan biasa, tetapi dalam keadaan darurat bisa beradaptasi.

“Begitu juga dengan pemahaman agama, kapan kita tegas menyampaikan agama bahwa ini kebenaran yang nggak boleh diotak-atik,” tegasnya.
Tetapi, kata Pengasuh Pondok Pesantren Cendekia Amanah Depok ini, bahwa persoalan yang sifatnya zhanni apalagi khilafiyyah dapat ditoleransi.

“Berbeda dengan yang mengaku Nabi Muhammad SAW itu dilarang juga penyimpangan. Ini harus diamputasi,” tegasnya.

Kiai Cholil mengingatkan bahwa perbedaan yang tidak bisa ditoleransi ini memerlukan wawasan Islam wasathiyah yang jelas.

“Kapan kita tasamuh, kapan kita menjadi dinamis dan statis,” terangnya.

Sementara itu, Ketua Komisi Dakwah MUI, KH Drs Ahmad Zubaidi MA, saat memberikan laporan, mengatakan bahwa jumlah dai yang telah distandarkan MUI sampai saat ini sekitar 1.100 orang. Mereka ini insya Allah telah memahami persoalan keislaman, kebangsaan, dan metoda dakwah yang baik.

Ide terlaksananya program standardisasi ini, jelas Kyai Zubaidi, muncul karena banyaknya dai yang tampil di depan publik namun kurang menguasai konten. Di sisi lain, banyak pula dai yang kurang memiliki wawasan kebangsaan , dan metode dakwah yang kurang pas.

Dai dengan konten yang kurang memadai ini berisiko membuat masyarakat kurang tercerahkan, bahkan bisa memanas, padahal yang disampaikan tersebut kebenaran. Yang lebih mengkhawatirkan, para dai sendiri bisa terjebak dalam persoalan hukum negara.

“Sebenarnya ini bukan pelatihan. Kita berkumpul di sini untuk menyamakan visi dan misi, bahwa dakwah kita harus memiliki tujuan yang sama,” jelas Zubaidi. (Sadam Al-Ghifari)

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
  • Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru) Cetak
Previous Post

Waketum MUI: Pilih Materi Dakwah yang Sesuai Kebangsaan dan Keumatan

Next Post

Muhammadiyah Sumbar akan Gelar Muswil ke-42 pada 23-25 Desember 2022

Next Post
Muhammadiyah Sumbar akan Gelar Muswil ke-42 pada 23-25 Desember 2022

Muhammadiyah Sumbar akan Gelar Muswil ke-42 pada 23-25 Desember 2022

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Beranda
  • Kabar
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar
  • Pendidikan
  • Redaksi
Call us: +1 234 JEG THEME

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.