Yogyakarta, InfoMu.co – Karena lekat dengan identitas purifikasi kembali kepada Alquran dan Sunnah, gerakan tajdid Muhammadiyah seringkali disalahpahami oleh masyarakat awam sebagai gerakan Islam yang tidak bisa berkompromi dengan seni dan kebudayaan/kearifan lokal. Padahal, nyatanya Muhammadiyah justru bersikap moderat dan apresiatif terhadap kesenian, kebudayaan atau kearifan lokal, demikian jelas Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, H. Tafsir.
Dalam Seminar Pra Muktamar di UMP, Jumat (1/7), Tafsir menyebut bahwa ketiga dokumen itu bahkan memiliki kedudukan setara dengan rujukan organisasi Muhammadiyah seperti Ideologi Muhammadiyah, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah, Pokok Pikiran Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Kepribadian Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, serta Pernyataan Muhammadiyah Abad Kedua.
“Dengan paham moderasi ini otomatis berpengaruh pada perspektif dakwahanya sehingga dakwah Muhammadiyah tidak bisa lepas dari paham-paham moderasinya ini. Baik menyangkut paham agama yang mengambil posisi salaf dan khalaf, juga dalam identitasnya yang ada unsur tajdid,” jelas Tafsir.
Dari adanya dokumen resmi ini terkait cara pandang dan sikap terhadap kesenian dan kebudayaan, Muhammadiyah menurutnya tetap meniscayakan akidah yang kuat, namun dengan pemahaman bayani, burhani, dan irfani yang menjadikan setiap sikap Muhammadiyah itu khair, makruf, dan arif.
“Maka dakwah Muhammadiyah itu tidak hanya soal Alquran dan sunnah, tapi juga sesuai dengan kearifan-kearifan yang tumbuh di sekitar mana kita berdakwah,” tegasnya. (afn)

