Seperti dijelaskan Nasrul Zaman, meski belum mencuat ke publik namun kita mengetahui kalau manajemen Perta Arun Gas anak perusahaan Pertamina yang dimiliki BUMN dan Pemerintah Aceh saat ini sedang mengalami “goncangan distrust” atau ketidak percayaan dari para low manajemen dan karyawannya.
Hal ini dipicu dari model manajemen yang diperagakan oleh salah satu direkturnya berkaitan dengan impelemntasi program CSR dan pola relasinya yang dianggap sangat ekslusif pada karyawan warga lokal Aceh.
Kita tidak ingin perusahaan yang sangat baik ini mengalami kemunduran capaian produksi dan kinerja hanya karena satu orang direkturnya, ini bisa berdampak pada menurunnya pendapatan keuntungan dari perusahaan dan akibatnya kontribusi deviden juga akan rendah bagi paa pemegang saham (pemerintah aceh), jelas Narsul yang melakukan pengamatan perusahaan yang melakukan eksplorasi di Aceh itu.
Nasrul Zaman berharap, Gubernur dan Pertamina sebagai pemegang saham terbesar kita harapkan segera duduk dan menyelesaikan masalah ini dan mengganti direktur tersebut dengan “putra aceh”. ini penting dilakukan agar terjadi “transfer knowledge” secara bertahap bagi Aceh di masa mendatang untuk mampu mengelola perusahaan berteknologi tinggi ini secara mandiri (Agusnadi B)

