• Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
Infomu
No Result
View All Result
Sastra : Perjalanan ini Terasa Sangat Menyedihkan

S. Ratman Suras, Penyair

Sastra : Perjalanan ini Terasa Sangat Menyedihkan

Syaiful Hadi by Syaiful Hadi
18 Juli 2021
in Puisi, Seni dan Budaya
86

Sastra : Perjalanan ini Terasa Sangat Menyedihkan

Oleh : S. Ratman Suras

Pada dini hari yang beku.  Ketika warga desa Kepucukan, Batur, Banjarnegara, Jawa-Tengah, tengah terbuai dalam tidur nyenyak. Ada suara dentuman yang cukup keras menggetarkan desa yang terdekat dengan pegunungan Dieng. Seketika desa itu  pun sontak geger. Seluruh penghuninya kalang kabut. Semua berhamburan menyelamatkan diri masing-masing. Jerit tangis berkumandang.

Dentuman itu berasal dari tiga kawah aktif, Timbang, Sinila, Sikendang. Lumpur panas dihamburkan dibarengi dengan gas Co2, H2S, dan So2, yang mengandung racun karbon monooksida. Rupanya gas bersifat seperti air, ia mencari tempat yang terbuka dan rendah. Usai prahara itu, yang terjadi pada 20 Februari 1979, bergelimpangan korban bencana alam sebanyak 149 korban. Tragedi ini terkenal sebagai bencana gas beracun Sinila. Dieng  1979.

Sebagai putra daerah, Ebiet G Ade, merasa terpanggil untuk mengabadikan peristiwa dahsyat itu ke dalam puisi, menjadi lagu. Album Camelia 2 yang dirilis akhir (1979) makin melambungkan namanya sebagai penyair, musisi balada, dengan puisi lagu andalannya, Berita Kepada Kawan.

-Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk di sampingku kawan
Banyak cerita yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan..
Oh…oh…oh..

Tubuhku terguncang dihembas batu jalanan
Hati bergetar nampak kering rerumputan
Perjalanan ini pun seperti jadi saksi
Gembala kecil menangis sedih…

Oh…oh…oh…

Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika ku tanya mengapa?
Bapak ibunya telah lama mati
Ditelan bencana tanah ini

Sesampainya di laut
Ku kabarkan semua nya
Kepada karang kepada ombak kepada matahari
Tetapi semua diam
Tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri
Terpaku menatap langit

Barangkali di sana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput
Yang bergoyang
Oh…oh ..oh….

Selain terilhami bencana Dieng, berita kepada kawan juga terinspirasi dari kemarau panjang yang pernah melanda tanah Jawa pada 1976-1977, (kemarau 9 bulan),  keadaan tanah waktu itu, kering kerontang. Banyak pagebluk penyakit. Busung lapar, diare, dan terkhusus daerah Banyumas Raya warga sering keracunan tempe bongkrek. Pada masa itu saya masih teringat sempat makan gaber, ampas singkong dari pabrik yang sudah diambil acinya. Rasanya sepa, jika diolah  dan dimakan harus banyak minum karena seret di tenggorokan. Gaber juga harus dimakan berteman sambel krosak yang pedas. Sungguh sebuah masa yang penuh derita, buat wong cilik.

Ada frasa terakhir pada Berita Kepada kawan, (konon lagu ini menjadi salah satu lagu terpopuler negeri ini dari 150 lagu pop Indonesia hingga kini) yaitu,  Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang?

Banyak orang menduga bahwa rumput yang  bergoyang adalah sekumpulan orang alim yang tengah berdzikir pada sebuah mesjid usai sholat subuh. Ada juga yang mengira rumput yang bergoyang adalah massa yang banyak yang menggeruduk kantor dewan, (demo menuntut haknya) Dan banyak lagi penafsiran yang lain. Tapi kebanyakan orang jika sudah menempuh cari jalan, tak ada jalan lain. Buntu. Maka mereka akan berkata, Coba tanya, pada rumput yang bergoyang?

Selain puisi dan lagu Berita Kepada Kawan, pada album Camelia 2 sang legenda juga mengusung, Camelia 2, Cita-cita Kecil si Anak Desa, Nyanyian Ombak, Cinta di Kereta Biru Malam, Mimpi Di Parangtritis, Hidup III, Kontradiksi Di Dalam, Frustasi, dan Sajak Pendek Bagi IR.

Mari kita nikmati dentingan gitarnya yang khas.

-Aku pernah punya cita-cita jadi petani kecil
Tinggal di desa dengan sawah ladang di sekelilingku
Luas kebunku sehalaman akan ku tanami buah dan sayuran
Dan di belakang rumahku akan kupelihara bermacam-macam piaraan

Aku akan hidup tenang jauh dari bising kota yang kering dan kejam.
Aku akan turun sendiri mengerjakan
Tanah ladang ku sendiri menuai padi yang kuning bernas dengsn istri dan anakku
Aku merasa bangga sebab aku terlahir dari desa

Istriku harus cantik lincah dan gesit
Tapi dia juga harus cerdik dan pintar
Siapa tahu aku akan terpilih
Jadi kepala desa
Kan kubangkitkan semangat rakyatku dan kubangan desaku
Desaku pun mengharap aku pulang
Aku pun rindu membasahi bumi
Dengan keringatku
Namun semua tergantung padanya jua
Tapi aku merasa bangga setidak-tidaknya
Aku punya cita-cita-

Pada album ini lagu-lagu bertema cinta terasa sekali getarnya. Selain cintanya kepada gadis imajinernya Camelia yang makin hot, tentunya.

Gugusan hari-hari indah bersamamu
Camelia
Bangkitkan kembali rinduku mengajakmu
Ke sana
Ingin ku berlari mengejar seribu bayangmu
Tak peduli harus kutembus padang ilalang

Tiba-tiba langkahku terhenti
Seribu tangan telah menahan ku
Tak perlu kau berlari
Mengejar seribu bayangmu
Hati ini juga mimpi
Maka biarkan ia datang
Di hatimu di hatimu

Tembang cinta Ebiet G Ade, adalah puisi cinta yang tangguh. Tidak cengeng. Tak melow. Tapi menyuarakan cinta yang benar-benar asyik. Walau cinta tak kesampaian. Tak tergambar keputusasaan. Cinta yang kuat.

Mimpi Di Parangtritis.

Engkau terlena dalam pelukan dingin
Malam
Matamu terpejam kembang erat masih kau genggam
Butir pasir berterbangan
Sinar bulan berkilauan
Kau tersenyum dalam diam

Kau tertidur makin lelap
Seperti bintang wajahmu gemerlap
Kudekap erat sukmanya
Kuselimuti tubuhmu

Aku terjaga pekik ombak laut selatan
Matahari bangkit di atas puncak bukit
Karang
Sebatang pohon kering
Membelah matahariku
Kubertanya kepadamu
Mimpi indah lah kau semalam?
Kiranya  kini kau telah hilang musnah
Seperti namamu
Terukir di pasir ditelan ombak
Pantai laut selatan

Sangat puitis dan jadi renungan panjang. Mimpi di pantai selatan Jogja, ini jadi multi tafsir juga. Apakah goresan ini menandakan bahwa sang legenda ini sudah mengisyaratkan bahwa hubungannya dengan Camelia gadis imajinasinya tak menerima cintanya?

Ini bisa kita nikmati juga Cinta Di Kereta Biru Malam. Dan Sajak Pendek Bagi IR.
Dua lagu puisi cinta ini syairnya agak berani dan menyentil, menyengat, kadar batin pendengar. Lagu cinta bukan harus cengeng mendayu-dayu. Tapi cinta juga orang bisa melangkah dengan muka sayu, sedih, linglung, bingung dan lusuh
Tapi cinta juga bisa orang garang, gagah perkasa dan merasa sempurna..

Demikian sekedar sekelumit kabari
saya  si penggemar dari sang maestro, Ebiet G Ade. Efek dari banyak di rumah, tak ada kegiatan. Camilia 1 sudah saya tulis beberapa  lalu. Jika ada waktu esok lusa Camelia 3.
Tetap semangat. (*)

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
  • Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru) Cetak
Tags: ebit g.ades. ratman suras
Previous Post

426 Mahasiswa Unmuha-Aceh Ikuti Pembekalan KKN

Next Post

Khutbah Idul Adha: Memaknai Hari Raya Idul Adha di Tengah Pandemi

Next Post
Khutbah Idul Adha: Memaknai Hari Raya Idul Adha di Tengah Pandemi

Khutbah Idul Adha: Memaknai Hari Raya Idul Adha di Tengah Pandemi

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Beranda
  • Kabar
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar
  • Pendidikan
  • Redaksi
Call us: +1 234 JEG THEME

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.