اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَة اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلٌحَمْدُلِلهِ اَللَّهُمَّ مَٰلِكَ ٱلۡمُلْكِ تُؤْتِي ٱلۡمُلْكَ مَنْ تَشَآءُ وَتنْزِعُ ٱلۡمُلْكَ مِمَّنْ تَشَآءُ وَتُعِزّ مَنْ تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُ بِيَدِكَ ٱلۡخَيْرُ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٞ، أشْهَدُ أنْ لَاإِلَهَ إِلَاّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنّ سَيِّدَنا مُحُمدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْله، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى محمد وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرً
قَالَ اللهُ تَعالى: يَاأَيُّهاالَّذِيْنَءَامَنُوْ
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
أَمَّا بَعْدُ
اللهُ أكْبرُ اللهُ أكْبرُ اللهُ أكْبرُ اللهُ أكْبرُ كبِيرْاً والْحمْدُ للهِ كثِرْاً وسُبحْان اللهِ بُكْرة وأصِيْلاً لا إلِه إلِا اللهُ اللهُ أكبرُ ، اللهُ أكبرُ ولله الْحمْدُ
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Dengan karunia-Nya kita dapat menunaikan shalat Idul Fitri sebagai klimaks dari rangkaian ibadah Ramadan. Lebih dari 1,2 milyar Ummat Isam di seluruh dunia, pada pagi ini, menghadap Allah swt. seraya bertakbir, bertahlil dan bertahmid mengagungkan Asma Allah, memuji kebesaran dan kekuasaan-Nya.
LA ILAHA ILLALLAH, tidak ada yang pantas disembah selain Allah; tidak ada yang pantas ditaati kecuali Allah; tidak ada yang patut dicintai melebihi kecintaan kepada Allah; dan tidak ada pula yang patut ditakuti selain Dia. Dia-lah Pemiliki Kerajaan, yang memberi kekuasan kepada sesiapa yang Dia kehendaki dan mencabut kekuasan dari sesiapa yang Dia kehendaki. Dialah yang memuliakan sesiapa yang Dia kendaki dan Dia pula yang menghinakan sesiapa yang Dia kehendaki. Dialah yang menciptakan segala sesuatu dari yang tiada menjadi ada dan dari yang ada menjadi tiada. Dialah yang menghidupkan dan mematikan. Dialah Yang Maha Berkehendak, yang atas kehendak-Nya segala sesuatu terjadi. Dialah tempat manusia kembali.
WALILLAHILHAMD, segala puji hanya milik Allah. Tidak ada yang pantas menerima pujian kecuali Dia. Dia-lah satu-satunya pemberi rezeki dengan tanpa perhitungan, pemberi kedudukan dan pemberi kemuliaan, pemberi pertolongan dan keampunan. Tidak ada yang dapat memberi manfaat atau pun mudharat kecuali atas ijin-Nya.
Takbir, tahlil dan tahmid yang dikumandangkan pada pagi ini Insya Allah adalah ungkapan yang lahir dari kesadaran hamba-hamba yang bertaqwa, sebagai buah Puasa Ramadhan. Inilah ungkapan kegembiraan sekaligus kemerdekaan dan menyerahan diri secara total kepada Allah swt. Merdeka, lepas dari kungkungan dan budak hawa nafsu dan kembali hanya menggantungkan diri kepada Zat yang mencipta dan menguasai alam semesta.
Ungkapan dan sikap penyerahan diri kepada Allah secara total ini tidak akan lahir dari mereka yang masih diperbudak hawa nafsu. Sebab, mereka tidak mampu berpikir dengan akal sehatnya dan tidak pula dapat menggunakan rasa bathiniah kemanusiaannya untuk menilai benar-salah atau baik-buruknya sesuatu. Mereka hanya mampu menilai segala sesuatu berdasarkan kehendak hawa nafsu : suka atau tidak, menguntungkan atau tidak, menyenangkan atau tidak. Mereka tumbuh sebagai menusia sombong tetapi penakut disebabkan cintanya kepada dunia; tidak tahan terhadap godaan apalagi tekanan. Demikianlah, sehingga dalam hidupnya, mereka lebih memilih berkompromi terhadap kebathilan ketimbang menegakkan kebenaran.
أَرَءَيۡتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيۡهِ وَكِيلًا ٤٣ أَمۡ تَحۡسَبُ أَنَّ أَكۡثَرَهُمۡ يَسۡمَعُونَ أَوۡ يَعۡقِلُونَۚ إِنۡ هُمۡ إِلَّا كَٱلۡأَنۡعَٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّ سَبِيلًا ٤٤
Tidakkah kamu perhatikan orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilahnya (Tuhannya). Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu) (QS 25:43-44)
Secara aqidah, orang yang meng-ilah-kan (mempertuhankan) hawa nafsunya telah mengingkari syahadatnya : Laa ilaha illallah; ia telah membatalkan sendiri sumpahnya : ’’tiada ilah (Tuhan) selain Allah’’. Oleh karena itu, sesungguhnya ia telah keluar dari golongan orang bertauhid dan masuk ke dalam golongan musyrik, yakni orang yang telah memiliki ilah selain Allah.
Ternak yang dilepas dari kandang akan memakan semua yang ia mau, apakah itu milik tuannya atau bukan. Tetapi itu hanya untuk dirinya sendiri, setalah ia kenayang lalu pulang kandang. Manusia, bila “dilepas”, akan mencuri dan korupsi tidak hanya untuk dirinya tetapi juga untuk anak-cucunya; tidak perduli orang lain menderita karenanya. Lebih sesat dari binatang, sebab binatang jantan pun tidak ingin mengawini binatang jantan lainnya, atau betina mengawini betina lainnya seperti yang dilakukan oleh pendukung LGBT. Lebih sesat dari binatang, sebab induk binatang tidak pernah mau menggugurkan kandungannya. Sebuas-buasnya harimau dan singa, ia masih menjaga anak-anaknya sehingga tidak ada yang boleh mengganggu. Tetapi lihatlah, betapa banyak kasus manusia yang membunuh bayinya sendiri dengana cara-cara di luar akal sehat.
Nafsu memang anugrah Allah yang patut disyukuri, karena nafsu memberi makna bagi kehidupan. Ia adalah mesin pendorong kehidupan. Tanpa nafsu, maka hidup akan terasa sangat hambar : tidak ada selera; tidak ada keinginan, tidak ada kemajuan.
Puasa Ramadhan diwajibkan oleh Allah sebagai sarana latihan mengendalikan hawa nafsu agar tidak bergejolak liar. Orang beriman, yang berhasil mengendalikan hawa nafsu dan melepaskan diri dari kungkungan “musuh besarnya” itu, adalah orang yang sukses memurnikan tauhid sehinggah aqidahnya tidak tergoyahkan. Mereka inilah orang-orang yang telah kembali kepada fitrahnya, yakni manusia merdeka, manusia yang bertauhid. Mereka tidak lagi hidup dengan dorongan-dorongan hawa nafsu dan tidak lagi terkukung oleh keinginan-keinginan yang menyesatkan. Akalnya berfungsi sebagaimana mestinya dan arah hidupnya jelas. Mereka berbuat semata-mata karena dorongan Allah, mengerjakan perbuatannya mengikuti hukum-hukum Allah dan tujuannya semata meraih ridho Allah: lillahi, ma’allahi, ilallahi. Mereka tidak gentar mendapat tantangan, tidak pula luluh oleh bujukan dan rayuan. karena tidak silau lagi dengan tipu daya dunia. Merekalah itulah orang-orang yang bertaqwa.
Wahaiai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Robbmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
Cinta seorang yang berjiwa tenang tidak lagi kepada harta, tidak lagi kepada jabatan dan tidak pula kepada wanita sebagaimana yang dimaksud Allah pada surah At-Taubah ayat 24. Mereka lebih mencintai Allah, Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya dari pada kenikmatan duniawi itu. Jiwa inilah yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah SAW ketika beliau ditawari tahta, harta dan wanita jika saja beliau bersedia berhenti menyebarkan ajaran tauhid yang mulia ini; serta ancama pembunuhan diri Beliau andai kata Beliau tidak juga berhenti berdakwah. Tantangan ini dijawab dengan tegas :
“Letakkan matahari di tangan kananku, bulan di tangan kiriku, setapak aku tidak akan mundur sampai aku menang atau mati karenanya”.
Pribadi-pribadi taqwa pada gilirannya akan membentuk kehidupan sosial yang khusus, yak
Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat
.
Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan
وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا ٱسۡتَطَعۡتُم مِّن قُوَّةٖ وَمِن رِّبَاطِ ٱلۡخَيۡلِ تُرۡهِبُونَ بِهِۦ عَدُوَّ ٱللَّهِ وَعَدُوَّكُمۡ وَءَاخَرِينَ مِن دُونِهِمۡ لَا تَعۡلَمُونَهُمُ ٱللَّهُ يَعۡلَمُهُمۡۚ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيۡءٖ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ يُوَفَّ إِلَيۡكُمۡ وَأَنتُمۡ لَا تُظۡلَمُونَ ٦٠
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan) (QS 8:60)
Alhamdulillah, Allah memberi kita Bulan Ramadhan. Marilah kita jadikan Ramadhan sebagai gaya hidup kita sehingga seolah-olah sepanjang tahun ke depan adalah Bulan Ramadhan.. Agar dengan demikian, Aqidah dan Ukhuwah Islamiyah kita semakin kuat dan kokoh untuk selanjutnya mempersiapkan kekuatan-kekuata lainnya hingga musuh-musuh Allah merasa gentar.
رَبَّنَآ اَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وانْصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِٱلْكَفِرِينَ
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةَ وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَة اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Disampaikan pada 1 Syawal 1442 H di Masjid Amaliyah Jl Amaliun Gg Bandung, Medan.

