• Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
Infomu
No Result
View All Result
Kolom Dr. Sulidar : Wawasan Idul Fitri dalam Perspektif as-Sunnah

Kolom Dr. Sulidar : Wawasan Idul Fitri dalam Perspektif as-Sunnah

Syaiful Hadi by Syaiful Hadi
12 September 2021
in Kolom, Tarjih
86

Wawasan Idul Fitri dalam Perspektif as-Sunnah (Bagian Pertama)

Oleh : Dr. Sulidar, M.Ag
Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara
Periode 2015-2020.

Pendahuluan
Idul fitri tahun ini (1442 H/2021 M) akan sangat berbeda dengan tahun-tahun yang lewat, karena hingga kini Covid-19 masih belum reda, sehingga Pemerintah melarang umat Islam untuk mudik, bahkan dengan penjagaan yang sangat ketat di berbagai pos antar kota/kabupaten, provinsi serta tempat-tempat di mana arus mudik akan berlangsung. Dengan demikian umat Islam merayakan Idul Fitri hanya bersama keluarganya masing-masing di rumah. Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih  dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah sudah memberikan panduan agar mengikuti tuntunan ibadah dan muamalah dalam masa pandemi covid-19. Sebagai anggota persyarikatan mestinya mematuhinya. Secara kemanusiaan sulit diprediksi kapan pandemi covid-19 berakhir di Indonesia. Dampak penyebaran virus dalam kehidupan manusia, bukan saja terhadap sisi kesehatannya, tetapi hampir semua segi kehidupan manusia terkena imbasnya, baik kehidupan sosial, ekonomi, politik bahkan agama. Berdasarkan ini, umat Islam diingatkan untuk waspada, dan ikutilah protokol kesehatan secara ketat, memakai masker ketika keluar rumah, selalu mencuci tangan dengan sabun, serta menjaga jarak antar sesamanya. Ketika tidak mudik, maka membaca artikel akan bermanfaat. artikel ini akan mengulas wawasan Idul Fitri dalam perspektif as-Sunnah, semoga dapat menambah khazanah wawasan as-Sunnah dalam berildul fitri.

Pengertian Idul Fitri
‘Idul Fitri, menurut bahasa “Id” artinya Hari Raya, “Fitri” maknanya berbuka puasa. Jadi Idul Fitri dapat diartikan sebagai hari raya berbuka puasa secara jamaah, artinya umat Islam kembali berbuka puasa yang sebelumnya berpuasa sebulan penuh. Makna seperti itu dijelaskan dalam suatu hadis Rasul saw.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ فِي حَدِيثِ أَيُّوبَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ذَكَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهِ قَالَ وَفِطْرُكُمْ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَأَضْحَاكُمْ يَوْمَ تُضَحُّونَ وَكُلُّ عَرَفَةَ مَوْقِفٌ وَكُلُّ مِنًى مَنْحَرٌ وَكُلُّ فِجَاجِ مَكَّةَ مَنْحَرٌ وَكُلُّ جَمْعٍ مَوْقِفٌ.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Uba id, telah menceritakan kepada kami Hammad dalam hadits Ayyub dari Muhammad bin Al-Munkadir dari Abu Hurairah, Nabi saw. Menyebutkan padanya, beli au berkata:”Dan Fithri kalian adalah hari kalian ber buka, Adha kalian adalah hari kalian menyembelih, dan seluruh ‘Arafah adalah tempat berwukuf, seluruh Mina adalah tempat menyembelih, dan seluruh jalan Mekkah adalah tempat untuk menyembelih dan seluruh Muzdalifah adalah tempat wukuf.”H.R.Abu Da wud. No. 1979.

أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنِي عَبْدُ اللهِ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ مُحَمَّدٍ الْأَخْنَسِيِّ عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَالْأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ وَفَسَّرَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ هَذَا الْحَدِيثَ فَقَالَ إِنَّمَا مَعْنَى هَذَا أَنَّ الصَّوْمَ وَالْفِطْرَ مَعَ الْجَمَاعَةِ وَعُظْمِ النَّاسِ.
Telah mengabarkan kepadaku Mu hammad bin Isma’il telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Al-Mun zir telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ja’far bin Muhammad telah menceritakan kepadaku Abdul lah bin Ja’far dari ‘Usman bin Muhammad Al-Akhnasi dari Sa’id Al-Maqburi dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi saw.bersabda:”Berpuasa itu pada hari kalian ber puasa dan ((Idul) al-Fitri) berbuka itu pada hari dima na kalian semua berbuka, demikian juga dengan (Idul) Adha, yaitu pada hari kalian semuanya berkurban. “Abu ‘Isa berkata, ini merupakan hadis hasan gharib, sebagian ulama menafsirkan hadis ini yaitu, Sesung guhnya shaum dan berbuka itu bersama jamaah dan kebanyakan manusia. H.R.at-Tirmizi. No. 633.

Dalam Sunnah di atas dijelaskan bahwa Idul Fi tri adalah hari raya berbuka puasa, yang dilakukan secara jamaah, sebagaimana melakukan puasa Ramadhan juga dilakukan bersama selama sebulan penuh.
Ada juga yang memberi pengertian Idul Fitri se bagai kembali ke fitrah, yakni asal kejadian manusia yang suci-bersih dari dosa, layaknya bayi baru lahir. Pengertian ini dikaitkan dengan hadis Rasul aw:

حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ حَدَّثَهُمْ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
Dan telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Mu’adz bin Hisyam telah menceritakan kepadaku bapakku dari Yahya bin Abu Katsir ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa Abu Hurairah telah menceritakan kepada mereka, bahwa Rasul saw. bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharap (pahala dari Allah), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. Dan siapa yang mene gakkan (salat pada malam) Lailatul Qadr dengan keimanan dan mengharap (pahala dari Allah), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”H.R.Muslim.No. 1268.

Karena sudah melaksanakan berbagai amal salih di bulan Ramadan dan puasa itu sendiri tujuannya agar menjadi orang yang bertaqwa, maka gelarnya adalah Mutta qin (orang yang bertaqwa), orang yang senantiasa menjalankan ketentuan Allah swt dan Rasul-Nya (melalui Alquran dan as-Sunnah).

Mengimplementasikan atau mewujudkan nilai-nilai Islam (Alquran dan as-Sunnah)  maknanya adalah melakukan Istiqamah dalam beribadah kepada Allah swt (vertikal); Meyebarkan nilai-nilai kemanusiaan (horizontal). Mestinya umat Islam yang sudah menjalan berbagai amal di bulan Ramadhan mewujudkan nilai-nilai Islam dalam mengisi bulan Syawal dan  bulan-bulan berikutnya, sehingga merupakan indikator keberhasilan dalam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan dengan gelar muttaqun. Di antara implementasi nilai-nilai Islam tersebut adalah sebagai berikut:
1. Berperilaku Jujur.
2. Berperilaku salam.
3. Berperilaku Dermawan, Pemaaf dan Tawadu’.
4. Rendah hati (tidak sombong).
5. Berlaku adil.
6. Memanfaatkan waktu luang dan waktu sehat.
7. Tidak berperilaku pemboros (mubazir).
8. Tepat waktu dan bekerja profesional.
9. Berlomba dalam kebaikan
10. Silaturahim

Dalil-dalilnya:
1. Berperilaku Jujur (Benar)
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا.
Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Sya ibah telah menceritakan kepada kami Jarir dari Mansur dari Abu Wa`il dari Abdullah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda:”Sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan itu akan mem bimbing ke surga, sesungguhnya jika seseorang yang senantiasa berlaku jujur hingga ia akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan pada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke neraka. Dan sesung guhnya jika seseorang yang selalu berdusta sehingga akan dicatat baginya sebagai seorang pendusta.”. H.R. al-Bukhari. No. 5629.

2. Berperilaku Damai (Salam)
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ عَوْفٍ عَنْ زُرَارَةَ بْنِ أَوْفَى حَدَّثَنِي عَبْدُ اللهِ بْنُ سَلاَمٍ قَالَ لَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ انْجَفَلَ النَّاسُ قِبَلَهُ وَقِيلَ قَدْ قَدِمَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ قَدِمَ رَسُولُ اللهِ قَدْ قَدِمَ رَسُولُ اللهِ ثَلاَثًا فَجِئْتُ فِي النَّاسِ ِلأَنْظُرَ فَلَمَّا تَبَيَّنْتُ وَجْهَهُ عَرَفْتُ أَنَّ وَجْهَهُ لَيْسَ بِوَجْهِ كَذَّابٍ فَكَانَ أَوَّلُ شَيْءٍ سَمِعْتُهُ تَكَلَّمَ بِهِ أَنْ قَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلاَمَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصِلُوا اْلأَرْحَامَ وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ.
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari ‘Auf dari Zurarah bin Aufa telah menceritakan ke padaku Abdullah bin Salam dia berkata, “Tatkala Nabi saw. tiba di Madinah, maka orang-orang bergegas me nyambut kedatangan beliau dengan menyerukan, “Ra sul saw. datang! Rasulullah datang! Rasulullah datang!” hingga tiga kali. Maka aku ikut berjubel di tengah-tengah kerumunan manusia untuk melihat be liau, ketika telah jelas kupandang wajahnya, maka bisa kuketahui bahwa raut muka beliau bukanlah raut muka seorang pendusta. Ucapan pertama kali yang aku dengar dari beliau adalah: “Wahai manusia, sebarkanlah kedamaian (salam), berilah makan, sambunglah tali persaudaraan (silaturrahim), salatlah di malam hari ketika manusia terlelap tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat (salam).H.R.Ibn Majah.No. 3242. juga oleh Abu Dawud, at-Tirmizi, dan ad-Dar at-Qutni.

3. Berperilaku Dermawan, Pemaaf dan Tawadu’
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ ِللهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ.
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah dan Ibnu Hujr mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami Isma’il yaitu Ibnu Ja’far da ri Al-A’la dari Bapaknya dari Abu Hurairah dari Rasul saw. bersabda:”Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi ma af kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” H.R.Muslim. No.4689.

4. Hamba Yang disayangi oleh Allah, rendah hati dan berperilaku salam (damai)
وَعِبَادُ الرَّحْمنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلى اْلأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلاَمًا(63)
Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi de ngan rendah hati dan apabila orang-orang jahil me nyapa mereka, mereka mengucapkan (salam) kata-kata yang baik dan damai. Q.S.al-Furqan/25:63:

5. Berlaku adil, Q.S.an-Nahl/16:90:
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (90)
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kera bat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemung karan dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

6. Memanfaatkan waktu luang dan waktu sehat
حَدَّثَنَا الْمَكِّيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ سَعِيدٍ هُوَ ابْنُ أَبِي هِنْدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ.
Telah menceritakan kepada kami Al-Makki bin Ibra him telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Sa ‘id yaitu Ibnu Abu Hind dari Ayahnya dari Ibnu Abbas ra dia berkata; Nabi saw. bersabda: “Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia ada lah kesehatan dan waktu luang.” H.R. al-Bukhari. (al-No. 5933.
7. Tidak berperilaku pemboros, Q.S.al-Isra’/17:27:
إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُواإِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا (27)
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah sauda ra-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ing kar kepada Tuhannya.

8. Tepat waktu dan bekerja profesional
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا (7)
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.Q.S.al-Kahfi/18:7.
حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ هِشَامُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ الْوَلِيدُ بْنُ الْعَيْزَارِ أَخْبَرَنِي قَالَ سَمِعْتُ أَبَا عَمْرٍو الشَّيْبَانِيَّ يَقُولُ حَدَّثَنَا صَاحِبُ هَذِهِ الدَّارِ وَأَشَارَ إِلَى دَارِ عَبْدِ اللهِ قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ قَالَ الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ.
Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Walid Hisyam bin ‘Abdul Malik berkata, telah menceritakan kepada kami Syu’bah berkata, telah mengabarkan kepadaku Al-Walid bin Al-‘Aizar berkata, Aku mendengar Abu ‘Amru Asy-Syaibani berkata,”Pemilik rumah ini menceritakan kepada kami-seraya menunjuk rumah Abdullah-ia berkata,”Aku pernah bertanya kepada Nabi saw.”Amal apakah yang paling dicintai oleh Allah? “Beliau menjawab: “Salat pada waktunya.” Abdullah bertanya lagi,”Kemudian apa lagi? Beliau menjawab:”Kemudian berbakti kepada kedua orang tua.”Abdullah bertanya lagi,” Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab:”Jihad fi sabilillah.”H.R.al-Bukhari. No. 496.

9. Berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللهُ جَمِيعًا إِنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (148)
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu bera da pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Q.S.al-Baqarah/2:148:

10. Silaturrahim membawa rezeki dan berkah
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ.
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami Al Laits dari ‘Uqail da ri Ibnu Syihab dia berkata; telah mengabarkan kepada ku Anas bin Malik bahwa Rasul saw. bersabda: “Barangsiapa ingin lapangkan pintu rizqi untuknya dan dipanjangkan umurnya hendaknya ia menyambung tali silaturrahmi.” H.R. al-Bukhari. No. 5527. (Bersambung tulisan ke dua)

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
  • Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru) Cetak
Tags: idul fitrikolommajelis tarjih dan tajdid
Previous Post

Pemuda Muhammadiyah Pidie Ajak Yatim Belanja Baju Lebaran

Next Post

Muhammadiyah Minta, Pemerintah Diminta Konsisten dalam Memberlakukan Larangan Mudik

Next Post
Muhammadiyah Kritik ‘Agama’ Hilang dari Visi Pendidikan 2035

Muhammadiyah Minta, Pemerintah Diminta Konsisten dalam Memberlakukan Larangan Mudik

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Beranda
  • Kabar
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar
  • Pendidikan
  • Redaksi
Call us: +1 234 JEG THEME

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.