• Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
Infomu
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi
No Result
View All Result
Infomu
No Result
View All Result
Masyarakat Mandailing Kritik, Nama Abdul Haris Nasution tak Masuk Kamus Sejarah Indonesia

Masyarakat Mandailing Kritik, Nama Abdul Haris Nasution tak Masuk Kamus Sejarah Indonesia

Syaiful Hadi by Syaiful Hadi
28 April 2021
in Kabar
86

 

Jakarta, InfoMu.co – Masyarakat suku Mandailing asal Sumatera Utara (Sumut) mengkritik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) yang tak mengakomodasi tokoh-tokohnya, seperti Jenderal Besar Abdul Haris Nasution ke dalam Kamus Sejarah Indonesia.

“Kami dari masyarakat Mandailing memiliki tokoh-tokoh yang juga berperan penting dalam lintasan sejarah bangsa Indonesia, dan beberapa namanya belum disebutkan secara proporsional di dalam Kamus Sejarah tersebut,” kata Sejarawan Mandailing, Imsar Muda Nasution, Rabu (28/4)

Imsar menyebutkan tokoh Mandailing yang tidak dimasukkan Kemendikbud dalam Kamus Sejarah di antaranya ialah, pertama, Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, yang merupakan eks Kepala Staf Angkatan Darat, Wakil Panglima Tentara Keamanan Rakyat, hingga Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara.

Ia, kata Imsar, berjasa besar dalam perumusan perang gerilya di masa awal kemerdekaan RI, penumpas pemberontakan PKI di Madiun 1948, Republik Maluku Selatan (RMS), Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII), pemberontakan PRRI/Permesta, hingga penumpas Gerakan 30 September/PKI.

“Sebagai Ketua MPRS dia pernah melantik Presiden Suharto dan mempunyai peran dalam melarang ideologi Komunis di Indonesia. Itulah sebabnya kenapa rumah pribadinya dijadikan museum,” imbuhnya.

Tokoh kedua, lanjutnya, adalah SM Amin Nasution, yang merupakan tokoh Sumpah Pemuda 1928. Amin pernah menjadi Gubernur Sumatera Utara dan Riau dan kini sudah diangkat jadi Pahlawan Nasional.

Tokoh ketiga, Kolonel Zulkifli Lubis yang dikenal sebagai Bapak Intelijen karena dianggap sebagai peletak dasar berdirinya Badan Intelijen di Indonesia.

Imsar menyebut Zulkifli Lubis masuk ke pelatihan paramiliter Jepang Seinen Dojo di Yogyakarta selama enam bulan pada pertengahan kedua 1942 atau di usia 18 tanpa sepengetahuan orang tuanya.

Pada 1943, ia terpilih menjadi salah satu taruna gemblengan Jepang di PETA (Pembela Tanah Air) karena potensi kepintaran dibanding fisiknya. Selama di PETA, ia menjadi angkatan pertama yang lulus dari sekolah intelijen Jepang di Tangerang.

“Setelah itu, ia dikirim ke pusat intelijen Jepang di Asia Tenggara yang terletak di Singapura pada pertengahan 1944. Pada 7 Mei 1946, para perwira intelijen itu diberikan kartu pengenal dan resmi menjadi anggota Badan Rahasia Negara Indonesia (BRANI). Zulkifli menjadi kepalanya dan langsung bertanggung jawab di bawah kendali Sukarno,” sebutnya.

Sementara itu, Deklarator KMMPI (Koalisi Masyarakat Mandailing Peduli Identitas) Syahrir Nasution menyebutkan kamus sejarah itu menyesatkan apabila hendak menghilangkan jejak tokoh bangsa. (cnn)

Bagikan ini:

  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru) Telegram
  • Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru) Surat elektronik
  • Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru) LinkedIn
  • Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru) Cetak
Tags: abdul haris nasutionkamus sejarah indonesiamandailing
Previous Post

Jokowi Lantik Dua Menteri, Nadim Mendikbudristek dan Bahlil Menteri Investasi

Next Post

Ma’ruf Amin Ekonomi Syariah Tumbuh Menggembirakan

Next Post
Ma’ruf Amin Ekonomi Syariah Tumbuh Menggembirakan

Ma'ruf Amin Ekonomi Syariah Tumbuh Menggembirakan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Beranda
  • Kabar
  • Literasi
  • Kolom
  • Kesehatan
  • Muktamar
  • Pendidikan
  • Redaksi
Call us: +1 234 JEG THEME

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
    • Persyarikatan
    • Peristiwa
    • Ekonomi
    • Info LazisMu
    • InfoMU tv
  • Literasi
    • Kampus
    • Tarjih
    • Taman Pustaka
    • Jelajah Bumi Para Rasul
    • Majelis Pustaka & Informasi
    • Taman Pustaka
  • Kolom
    • Khutbah
    • Opini
  • Kesehatan
    • Lingkungan
    • Halal Center
  • Muktamar
    • Muktamar 48
    • Road To Muktamar 49
  • Pendidikan
    • umsu
    • Sekolah
  • Redaksi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.