Jakarta, InfoMu.co – Situasi COVID-19 di Indonesia lagi-lagi sukses menarik perhatian media massa dari berbagai negara. Terlebih, saat ini, jumlah infeksi di Indonesia telah resmi menembus angka 1 juta kasus.
Dalam situs Worldometer, tercatat jumlah infeksi persisnya berada di angka 1.012.350. Sementara, jumlah kematian melambung hingga 28.468 kasus.
Menanggapi itu, Indonesia pun langsung menempati tajuk utama di banyak media asing ternama. Termasuk dari Asia, Australia, Amerika Serikat (AS), Inggris, hingga Timur Tengah.
Surat kabar populer Singapura, Strait Times misalnya, sudah memberitakan kasus 1 juta infeksi Indonesia sejak Selasa (26/1) kemarin. Dalam laporannya, Strait Times juga membahas soal rumah sakit (RS) yang kewalahan sejak pandemi menyerang Indonesia Maret lalu.
“Indonesia telah melewati satu juta kasus virus corona karena rumah sakit didorong ke tepi jurang, tertekan di bawah pandemi yang telah mencengkeram negara terpadat keempat di dunia sejak Maret lalu. Negara itu mencatat 1,01 juta kasus pada Selasa (26 Januari), setelah melihat 13.094 infeksi dalam 24 jam terakhir,” tulis Strait Times dalam tajuk berjudul ‘Kasus COVID-19 Melonjak Jadi 1 Juta di Indonesia, Membuat Stres Rumah Sakit’.
Sesuai judulnya, Strait Times pun ikut fokus menggambarkan carut marutnya penanganan pasien di Indonesia. Strait Times juga mengkritik bahwa kisah pasien yang susah mencari pertolongan adalah hal yang biasa di Indonesia.
Tak hanya itu, Strait Times bahkan menyertakan prediksi terkait potensi runtuhnya sistem kesehatan di Indonesia.
“Di seluruh Indonesia, kisah pasien – bahkan mereka yang mencari pertolongan medis antara hidup dan mati, dipukul oleh rumah sakit yang kewalahan, sayangnya menjadi hal yang biasa. RS di Indonesia semakin kewalahan oleh masuknya pasien COVID-19 dalam jumlah besar, bahkan ketika (mereka) telah memberlakukan pembatasan yang lebih ketat di seluruh Jawa, pulau terpadat di negara itu, dan Bali sejak 11 Januari, dan ahli epidemiologi mengkhawatirkan potensi runtuhnya sistem perawatan kesehatannya,” tulis Strait Times.
Media AS, Reuters, juga melaporkan gambaran yang tak jauh berbeda dari Strait Times. Dalam laporannya, Reuters pun memberi label kasus 1 juta infeksi sebagai tonggak suram bagi Indonesia.
“Indonesia melampaui satu juta kasus virus corona yang dikonfirmasi pada hari Selasa (26/1), tonggak sejarah yang suram bagi negara Asia Tenggara yang telah berjuang sejak Maret lalu untuk mengendalikan epidemi COVID-19,” tulis Reuters dalam tajuk berjudul ‘Tonggak Suram bagi Indonesia karena Kasus Virus Corona Telah Melewati Angka 1 Juta’.
Di samping itu, Reuters juga ikut menginfokan bahwa angka di Indonesia adalah yang tertinggi di Asia. Disebutkan pula bagaimana penularan di Indonesia bisa jadi tiga kali lipat lebih tinggi.
“Negara terpadat keempat di dunia itu telah mencatat 1.012.350 kasus, dengan peningkatan harian rata-rata berjalan di atas 11.000 selama lebih dari seminggu, menurut data resmi. Angka itu termasuk yang tertinggi di Asia dan hampir dua kali lipat jumlah penularan seperti tetangganya Filipina, yang Oktober lalu sempat melaporkan kasus lebih banyak dari Indonesia.”
“Pakar kesehatan yakin penyebaran virus yang sebenarnya di Indonesia bisa tiga kali lebih tinggi,” sambung Reuters.
Lebih lanjut, Reuters melaporkan bahwa pihak berwenang Indonesia telah dikritik atas penanganannya terhadap COVID-19. Itu termasuk dalam hal tingkat pengujian dan penelusuran yang rendah, terlalu memfokuskan vaksin, hingga protokol kesehatan yang dinilai tidak seketat seperti kebanyakan negara.
Hampir sama, media Australia, ABC News juga memuat ulasan kritikan terkait dengan momen 1 juta infeksi Indonesia. Dalam pembukaannya misalnya, ABC News mengutip kata-kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengklaim telah berhasil menangani pandemi. Namun, sehari setelahnya, infeksi justru langsung meroket menembus angka 1 juta kasus.
“Indonesia telah resmi mencatat 1 juta kasus COVID-19, menurut kementerian kesehatan negara itu, hanya sehari setelah Presiden Joko Widodo mengatakan negara itu ‘berhasil’ menangani pandemi,” tulis ABC News.
Selain itu, ABC News menyebut bahwa Jokowi telah dikritik karena lebih memprioritaskan ekonomi alih-alih kesehatan masyarakat.
“Pemerintahan Jokowi menghadapi kritik karena dianggap memprioritaskan pertumbuhan ekonomi daripada kesehatan masyarakat selama pandemi. Ketika negara-negara lain, termasuk Australia, bersiap untuk menutup perbatasan mereka pada Februari tahun lalu, Pemerintah Jokowi mengalokasikan hampir USD8 juta untuk mempromosikan pariwisata domestik Indonesia,” sambung ABC News (akuratmews)
Dapatkan informasi terupdate dan terkini seputar InfoMu dan jadilah yang pertama