Kamis, 21 Januari 2021
  • Tentang Kami
  • Redaksi
Infomu
MCCC Sumut
  • Beranda
  • Berita
    • Kabar
    • Ekonomi
    • Sosial Politik
    • Hukum
    • Pendidikan
    • Kesehatan
  • Agama
    • Tarjih
    • Halal Center
    • Khutbah
  • Wahana
    • Lingkungan
    • Pertanian
  • Literasi
    • Kampus
    • Sekolah
    • Puisi
    • Opini
  • MCCC Sumut
  • Persyarikatan
  • Kolom
No Result
View All Result
Infomu
  • Beranda
  • Berita
    • Kabar
    • Ekonomi
    • Sosial Politik
    • Hukum
    • Pendidikan
    • Kesehatan
  • Agama
    • Tarjih
    • Halal Center
    • Khutbah
  • Wahana
    • Lingkungan
    • Pertanian
  • Literasi
    • Kampus
    • Sekolah
    • Puisi
    • Opini
  • MCCC Sumut
  • Persyarikatan
  • Kolom
No Result
View All Result
Morning News
mccc sumut
No Result
View All Result

Kolom Dr. Umar Zein : Vaksin dan Peradaban Bangsa

Syaiful Hadi by Syaiful Hadi
13 Januari 2021
in Kabar, Kesehatan, Kolom
0
Kolom dr. Umar Zein: Dokter Bertarung, Mari Merenung di Angka 100

Dr.dr. Umar Zein, DTM&H, Sp.PD, KPTI

210
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Vaksin dan Peradaban Bangsa

Oleh Dr.dr. Umar Zein, DTM&H, Sp.PD, KPTI
(Dosen FK – UISU)

Hari ini, 13 Januari 2021, diberitakan bahwa Presiden Jokowi akan divaksin dengan vaksin Covid-19 merk Sinovac buatan China. Ragam komentar berkelebat di media sosial dan televisi dilontarkan. Senator, dokter, dan berbagai profesi lain, menyatakan menolak divaksin. Ancaman hukuman pidana pun digaungkan. Berbagai meme pun banyak ditayangkan, baik yang mendukung maupun yang menentang. Ternyata, bangsa yang besar ini belum piawai mengusung perkembangan peradaban.

Catatan sejarah dunia Kedokteran tentang vaksin sudah sejak akhir abad ke-18. Bukti awal penyakit cacar (Variola/Smallpox) dipercaya ditemukan pada mummi orang Mesir yang meninggal sekitar 3.000-an tahun yang lalu. Cacar memengaruhi manusia dan peradaban dunia. Pandemi ini menyebabkan depopulasi penduduk di seluruh benua. Sejarah mencatat penyakit ini berjangkit sejak tahun 1588 M. Selama abad ke-18, penyakit ini menewaskan sekitar 400.000 orang Eropa setiap tahun, termasuk semasa lima pemerintahan Raja. Cacar sebagai penyebab sepertiga dari semua kebutaan yang terjadi akibat komplikasinya. Lebih dari 80% anak yang terinfeksi, meninggal karena penyakit ini.  Cacar – sama seperti Covid-19 – pernah menjadi salah satu isu menakutkan dalam sejarah peradaban. Tiga dari sepuluh orang yang menderita cacar meninggal dunia. Namun berkat Edward Jenner, seorang dokter Inggris menemukan vaksin cacar pada tahun 1756. Eksperimen sukses dari Edward Jenner bahkan disebut sebagai pencapaian terbesar dalam dunia medis. Berkat prestasi dan dedikasinya sebagai penemu vaksin cacar, ia mendapatkan julukan Bapak Perintis Imunologi.

Sebelum vaksin cacar ditemukan, salah satu teknik pertama yang digunakan untuk mengendalikan penyakit menular ini adalah variolasi. Diperkenalkan pada tahun 1721 di Inggris. Variolasi adalah tindakan memindahkan isi benjolan kecil cacar (pustula) dari  penderita cacar ke orang lain yang belum pernah mengalami cacar. Percobaan ini ternyata tak lepas dari risiko.Tidak hanya risiko meninggalnya pasien karena prosedur tersebut, gejala cacar yang timbul akibat variolasi dapat menyebar dan menyebabkan epidemi baru. Edward Jenner memulai ekperimennya para pemerah susu yang terkena cacar sapi (cowpox) justru tidak mengalami gejala cacar setelah variolasi. Jenner pun melakukan uji coba pada seorang pemerah susu dan seorang anak berusia sembilan tahun. Ia mengambil materi cacar sapi dari tangan pemerah susu dan memindahkannya ke lengan sang anak. Beberapa bulan kemudian, ia kembali memasukkan virus variola selama beberapa kali ke tubuh anak itu. Meski telah berkali-kali dilakukan, hasilnya tetap sama, yaitu sang anak sama sekali tidak terjangkit cacar alias kebal. Eksperimen Jenner tidak pernah berhenti. Ia terus melakukan penelitian-penelitian. Di tahun 1801, ia menulis buku yang fenomenal: “On the Origin of the Vaccine Inoculation” yang merangkum penemuan-penemuannya.

Dalam buku tersebut, ia mengungkapkan harapannya, penyakit cacar yang merugikan umat manusia ini bisa dibasmi total. Sejak itulah, vaksin cacar mulai diterima secara luas di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dunia dinyatakan bebas cacar pada tahun 1979. Kasus cacar alami terakhir ditemukan di Somalia pada tahun 1977. Selain karena jasa sosok Jenner, kabar baik ini juga tak lepas dari program vaksinasi global yang diprakarsai oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Setelah pemberantasan cacar sukses, vaksinasi cacar tidak dibutuh lagi.

Saat ini, tentunya prosedur pembuatan vaksin untuk Covid-19 tidak serumit pembuatan vaksin cacar. Akan tetapi, hingar-bingar pengadaan vaksin di negeri kita sungguh luar biasa, berbagai pakar dari berbagai bidang keilmuan semua bicara, menyampaikan pendapat beserta kesimpulannya, tentang vaksin ini sesuai kompetensinya. Di sisi lain, kehadiran vaksin salah satu upaya penting, dalam memutus rantai penularan virus yang tak bergeming, meski bergulut regulasi keluar beriring, akhirnya, rakyat jua jadi pusing. Seharusnya, kehadiran vaksin disambut gembira, hakikat suluruh warga mengharapkannya, agar pandemi berangsur sirna, asal tidak ada silang sengketa.  Kontoversi vaksin gaungnya seimbang, antara pendukung dan penentang, komunikasi antar profesi ternyata senjang, senator dan eksekutif frekwensinya beda terang. Ada pihak yakin informasi hasil penelitian tidak transparan, ada pula menduga kepentingan bisnis diutamakan, ada yang hanya percaya bila pakar Indonesia menciptakan. karena virus corona Indonesia berbeda “kebiasaan”. Silang pendapat kuat berkutat, simpul sepakat tak mampu dibuat. alasan masing-masing cukup kuat, walau data pasti tidak mencuat. Seperti ungkapan sebuah pantun:

Banyak orang suka kakap
Tapi tidak ikan peda
Banyak orang hanya bercakap
Tapi tidak berdasarkan data

Padahal, ilmu pengetahuan sesungguhnya pedoman, membuat yang sulit bisa dimudahkan, yang rumit bisa disederhanakan, yang berbeda bisa disamakan. Ilmu berkembang dengan penelitian, asal dilakukan sesuai kaidah pedoman, ilmuwan piawai harus dilibatkan, tak masalah bila masih ada kekurangan. Simpulan penelitian tidak mutlak, pro dan kontra tak dapat dielak, kontroversi keilmuan tidak telak, peradaban jualah memastikannya kelak.

Rasanya tak mungkin ilmuan sekaliber Edward Jenner pada abad ke-17, tidak ada di Indonesia pada abad ke-21 ini.

Cocok kam rasa?

Tags: dr umar zeinkolomVaksin dan Peradaban Bangsa

Dapatkan informasi terupdate dan terkini seputar InfoMu dan jadilah yang pertama

Tidak Setuju
Syaiful Hadi

Syaiful Hadi

Related Posts

KAUM dampingi Korban Kasus Pemukulan Advokat
Hukum

KAUM dampingi Korban Kasus Pemukulan Advokat

21 Januari 2021
Dekan FAI UMSU Muhammad Qorib Raih “Harmony Award”
Kabar

Dekan FAI UMSU Muhammad Qorib Raih “Harmony Award”

21 Januari 2021
Joe Biden Presiden Amerika ke 46 Dilantik, Begini Respon Tokoh Dunia
Kabar

Joe Biden Presiden Amerika ke 46 Dilantik, Begini Respon Tokoh Dunia

21 Januari 2021
Gubernur  terpilih Sumatra Barat Mahyeldi Ansyarullah Temu Ramah dengan IKM Sumatra Utara
Kabar

Gubernur terpilih Sumatra Barat Mahyeldi Ansyarullah Temu Ramah dengan IKM Sumatra Utara

21 Januari 2021
Koalisi HIMPIPSOS dan INPEPKES Tanjung Balai Galang Dana untuk Korban Bencana
Kabar

Koalisi HIMPIPSOS dan INPEPKES Tanjung Balai Galang Dana untuk Korban Bencana

21 Januari 2021
ACT Luncurkan Program ‘Sumut Bergerak Bersama Selamatkan Bangsa’
Kabar

ACT Luncurkan Program ‘Sumut Bergerak Bersama Selamatkan Bangsa’

21 Januari 2021
Next Post
Tiga Tokoh Tanjung Balai Berkomentar tentang Vaksinasi Covid

Tiga Tokoh Tanjung Balai Berkomentar tentang Vaksinasi Covid

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

POPULAR NEWS

Nadiem Makarim Akhirnya Minta Maaf ke Muhammadiyah

Nadiem Makarim Akhirnya Minta Maaf ke Muhammadiyah

29 Juli 2020
Hari ini, Sumut Masuk 5 Besar Penambahan Kasus Positif COVID-19

Hari ini, Sumut Masuk 5 Besar Penambahan Kasus Positif COVID-19

8 Juli 2020
Pesantren Darul Arafah Deli Serdang Terbakar

Pesantren Darul Arafah Deli Serdang Terbakar

27 Juli 2020
Kemendikbud Audit ‘POP’ Setelah NU, Muhammadiyah, PGRI Mundur

Kemendikbud Audit ‘POP’ Setelah NU, Muhammadiyah, PGRI Mundur

27 Juli 2020
Terpapar Covid: Wakil Dekan 3 FKH Unsyiah Dr. drh. Razali, Berpulang

Terpapar Covid: Wakil Dekan 3 FKH Unsyiah Dr. drh. Razali, Berpulang

11 Agustus 2020

EDITOR'S PICK

Direktur RSUD Zainoel Abidin: RS Rujukan Covid-19 Aceh Penuh

Direktur RSUD Zainoel Abidin: RS Rujukan Covid-19 Aceh Penuh

27 September 2020
Plt. Gubernur Aceh Ingatkan Bupati dan Walikota Waspada Covid

Plt. Gubernur Aceh Ingatkan Bupati dan Walikota Waspada Covid

23 Juli 2020
LADUI MUI Sumut Buka Posko Pengaduan Dampak Demo Tolak RUU Ciptaker

LADUI MUI Sumut Buka Posko Pengaduan Dampak Demo Tolak RUU Ciptaker

10 Oktober 2020
Ini Tiga Sanksi Bagi Pelanggar Protokol Kesehatan di Banda Aceh

Aminullah: Dukungan Pentahelix dalam Pembangunan Kota Sangat Dibutuhkan

5 November 2020
Infomu

© 2020 infoMU - Media Berkemajuan

Navigasi

  • Beranda
  • Berita
  • Agama
  • Wahana
  • Literasi
  • MCCC Sumut
  • Persyarikatan
  • Kolom

Follow Us

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Berita
    • Kabar
    • Ekonomi
    • Sosial Politik
    • Hukum
    • Pendidikan
    • Kesehatan
  • Agama
    • Tarjih
    • Halal Center
    • Khutbah
  • Wahana
    • Lingkungan
    • Pertanian
  • Literasi
    • Kampus
    • Sekolah
    • Puisi
    • Opini
  • MCCC Sumut
  • Persyarikatan
  • Kolom

© 2020 infoMU - Media Berkemajuan