10 Kota yang Terancam Tenggelam dan Lenyap pada 2100
INFOMU.CO | Jakarta – Sejumlah kota di dunia diprediksi tenggelam, bahkan menghilang pada 2100 akibat kombinasi kenaikan permukaan laut dan penurunan muka tanah. Peningkatan suhu global mendorong naiknya permukaan air laut, yang dampaknya kini mulai dirasakan kota-kota pesisir dataran rendah. Banjir besar kian sering terjadi, merusak permukiman dan infrastruktur, sekaligus memaksa pemerintah setempat mencari berbagai solusi adaptif untuk menghadapi ancaman tersebut.
Di sejumlah wilayah, tenggelamnya kota dipicu oleh naiknya muka laut yang perlahan menggerus kawasan pesisir, dikutip dari Earth Date pada 6 Februari 2024. Sementara itu, di wilayah lain, penurunan tanah terjadi akibat pengambilan air tanah secara berlebihan. Praktik ini memicu perubahan tekanan dan volume tanah, sehingga permukaan daratan terus mengalami amblesan.
Lantas, kota mana saja yang terancam menghilang pada akhir abad ini? Kota-kota yang berpotensi tenggelam dan lenyap pada 2100 Berdasarkan data World Economic Forum, Jakarta termasuk salah satu kota dengan risiko tertinggi menghilang pada tahun 2100. Kondisi ini akibat penurunan muka tanah yang cepat dan kenaikan permukaan air laut. Ibu kota Indonesia ini tenggelam beberapa sentimeter setiap tahun, dengan sebagian wilayah kota pelabuhan tersebut tenggelam hingga 10 inci (25 cm) per tahun.
Bahkan, saat ini, sebanyak 40 persen wilayah kota berada di bawah permukaan laut dan hanya dilindungi oleh tembok laut setinggi 6 kaki (2 m). Kondisi tersebut terutama dipicu oleh eksploitasi air tanah yang berlebihan serta urbanisasi yang tidak terkendali. Tanpa intervensi serius, sebagian besar wilayah Jakarta berpotensi berada di bawah permukaan laut pada akhir abad ini. Ancaman tersebut menjadi salah satu alasan pemerintah merancang relokasi ibu kota ke Nusantara, Kalimantan Timur, sebagai bagian dari strategi pembangunan jangka panjang yang lebih berkelanjutan.
Namun, Jakarta bukan satu-satunya kota yang menghadapi ancaman eksistensial ini. Lagos di Nigeria mengalami erosi pesisir dan banjir besar yang semakin parah, sedangkan Houston di Amerika Serikat juga menghadapi penurunan tanah akibat ekstraksi air tanah dalam jangka panjang. Kondisi di kota-kota tersebut mencerminkan persoalan global yang sama, yaitu tekanan pembangunan perkotaan berlebihan, pemanfaatan sumber daya tidak berkelanjutan, serta dampak perubahan iklim terhadap wilayah pesisir.
Di Asia Tenggara, Bangkok turut masuk dalam daftar kota yang terancam tenggelam. Tanah di ibu kota Thailand ini terus menurun akibat beban urbanisasi dan berkurangnya cadangan air tanah.
Berikut sejumlah kota di dunia yang terancam tenggelam dan berisiko menghilang:
1. Jakarta, Indonesia. Jakarta mengalami penurunan muka tanah hingga sekitar 17 sentimeter per tahun. Kondisi ini dipicu oleh pengambilan air tanah secara berlebihan yang mengubah tekanan dan volume tanah. Akibatnya, sebagian besar wilayah Jakarta diperkirakan berpotensi terendam air pada 2050. Untuk mengurangi risiko banjir yang kian parah dan melindungi sekitar 10 juta penduduk, pemerintah Indonesia menyetujui rencana pemindahan ibu kota Nusantara, Kalimantan Timur.
2. Lagos, Nigeria Kota Lagos di Nigeria memiliki garis pantai yang rendah dan terus mengalami erosi. Kenaikan permukaan laut akibat pemanasan global menempatkan kota terbesar di Afrika ini dalam ancaman banjir serius. Sebuah studi pada 2012 dari University of Plymouth menyebutkan bahwa kenaikan muka laut setinggi 1–3 meter akan berdampak “katastrofik” terhadap aktivitas manusia di wilayah tersebut.
Sementara itu, permukaan laut global diperkirakan naik hingga 2 meter pada akhir abad ini.
3. Houston, Amerika Serikat Sebagian wilayah Houston mengalami penurunan tanah dengan laju sekitar 5 sentimeter per tahun akibat pengambilan air tanah yang berlebihan. Semakin kota ini tenggelam, semakin besar pula kerentanannya terhadap bencana ekstrem.
Salah satu contohnya adalah Badai Harvey, yang merusak hampir 135.000 rumah dan memaksa sekitar 30.000 orang mengungsi.
4. Dhaka, Bangladesh. Meski hanya menyumbang sekitar 0,3 persen emisi global penyebab perubahan iklim, Bangladesh justru menghadapi dampak kenaikan permukaan laut yang sangat besar. Diperkirakan, laut dapat menenggelamkan sekitar 17 persen wilayah negara tersebut dan memaksa sekitar 18 juta penduduk mengungsi pada 2050.
5. Venesia, Italia Kota bersejarah Venesia tenggelam sekitar 0,2 sentimeter per tahun. Baca juga: Apakah Tanah Papua Cocok untuk Ditanami Kelapa Sawit? Italia sendiri mulai membangun sistem penghalang banjir bernama Mose pada 2003, yang terdiri dari 78 pintu air di tiga jalur masuk laut. Proyek ini semula ditargetkan rampung pada 2011, tetapi mengalami penundaan bertahun-tahun.
Saat badai besar melanda pada 2018, proyek senilai 6,5 miliar dolar AS itu belum sepenuhnya selesai, sehingga banjir yang terjadi menjadi terburuk dalam satu dekade.
6. Virginia Beach, Amerika Serikat. Virginia Beach tercatat sebagai salah satu wilayah dengan laju kenaikan permukaan laut tercepat di Pantai Timur AS. Kondisi ini disebabkan oleh kombinasi naiknya permukaan laut dan penurunan tanah. National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) memperkirakan wilayah ini dapat mengalami kenaikan muka laut hampir 3,6 meter pada 2100.
7. Bangkok, Thailand. Bangkok tenggelam lebih dari 1 sentimeter per tahun dan diperkirakan berpotensi berada di bawah permukaan laut pada 2030. Untuk mengurangi risiko banjir, terutama saat musim hujan, sebuah firma arsitektur membangun taman seluas 4,5 hektare bernama Chulalongkorn University Centenary Park. Taman ini dirancang untuk menampung hingga 3,8 juta liter air hujan.
8. New Orleans, Amerika Serikat. Sebagian wilayah New Orleans mengalami penurunan tanah sekitar 5 sentimeter per tahun dan berisiko terendam sepenuhnya pada 2100. Beberapa kawasan kota bahkan berada hingga 4,5 meter di bawah permukaan laut. Letaknya di delta sungai menjadikan New Orleans sangat rentan terhadap kenaikan muka laut dan banjir.
9. Rotterdam, Belanda. Sekitar 90 persen wilayah Rotterdam berada di bawah permukaan laut. Seiring naiknya permukaan air laut, risiko banjir di kota ini pun semakin meningkat. Belanda mengembangkan berbagai solusi adaptasi, termasuk pembangunan “taman air” yang berfungsi sebagai waduk penampung dalam proyek Room for the River, serta penghalang badai berukuran raksasa untuk melindungi kota.
10. Alexandria, Mesir. Pantai-pantai Alexandria terus tergerus dan menghilang akibat kenaikan permukaan laut. Laut Mediterania diperkirakan dapat naik hingga 60 sentimeter pada 2100, memperbesar ancaman bagi kota pesisir bersejarah ini. ( kps )

